Chereads / My Chance / Chapter 7 - Kepikiran

Chapter 7 - Kepikiran

Rupanya saat pulang dari dokter gigi waktu itu Naya menceritakan tentang pertemuannya dengan sang mama. Tentu saja itu juga menyangkut tantenya Elza, gadis kecil itu mengatakan dokter giginya dan tantenya, mereka terlihat sangat dekat, terlebih anaknya Kaira tampak menyukai Elza.

Mendengar hal itu ia sedikit tak percaya tapi putrinya bukan orang yang suka berbohong.

Jadi sepertinya itu memang benar, ia jadi bertanya-tanya bagaimana caranya sang adik bisa mengenal dokter gigi itu.

Terlebih Elza bukan orang yang bisa akrab dengan mudah pada lawan jenis jika tak mengenalnya lama seperti Azri.

Ingin sekali rasanya ia menanyakan kejelasannya pada Elza maupun Arvin tapi bagaimana caranya ia menanyakan hal tersebut.

Kemudian entah ini adalah sebuah pertanda, tak sengaja ia melihat seseorang yang mirip Arvin, bukan mirip tapi memang benar dia, pria itu rupanya tengah menghadiri acara pesta juga, tanpa menunggu Ia pun langsung memanggilnya, pria itu langsung menoleh ke arah suara, seperti saat dirinya yang ada di klinik, pria itu juga sangat ramah di luar.

Lalu memang Zara akui, kalau Arvin itu itu tampan, postur tubuhnya juga bagus, mapan pula, profesi jelas dan berkepribadian baik, tapi tentu saja ia tetap memilih suaminya yang sekarang.

Ia hanya merasa takjub saja melihatnya, karena itu pula kalau pun adiknya kepincut itu sih hal yang biasa.

Terlebih Arvin memang sangat baik pada putrinya yang bernama Kaira itu.

Jiwa papanya langsung keluar.

Meski kekurangan sendiri adalah duda, meski begitu jika adiknya suka maka ia akan mendukungnya, walau dulunya ia berharap adiknya bisa berjodoh dengan Azri saja, tapi kelihatannya tidak ada ada peningkatan sama sekali.

Beberapa kali sebagai kakaknya Elza, ia sudah mengode pada Azri.

Pemuda itu malah nampak biasa saja, seperti teman.

Sama halnya dengan orang-orang kebanyakan, pada mulanya mereka berbasa-basi semacam Arvin yang menanyakan bagaimana dengan gigi Naya, apakah yang merasa kurang nyaman atau ada keluhan, tapi gadis itu langsung menggeleng dan mengatakan semakin sering diobati oleh Arvin, giginya makin baik.

Dan dalam pikiran Zara sekarang adalah bagaimana caranya ya bisa mendekatkan adiknya dengan Arvin, tepat ketika itu, ia tiba-tiba melihat gelagat aneh dari Kaira dan benar saja seperti yang putrinya katakan bahwa Kaira dan Elza itu dekat.

Kaira tiba-tiba saja memanggil Kakak peri. langsung saja ia berbalik dan mendapati Elza kini tengah melongo menatap ke arah mereka. Mungkin ikut kaget karena dipanggil seperti itu.

"Sempurna," gumamnya tersenyum simpul.

Dia pun pada akhirnya ikut menyuruh Elza untuk mendekat mulanya Elza terlihat ragu-ragu, namun ketika kakaknya yang menyuruh Ia pun langsung mendekat, lagi pula tak enak juga terlebih karena Kaira duluan yang memanggilnya, Ia langsung tersenyum dan menyapa Kaira terlebih dahulu.

Jika saja tak ingat mengenakan pakaian pesta, ingin rasanya ia mensejajarkan tubuhnya pada Kai, tapi bergerak saja sudah agak susah sementara video call tadi masih belum dimatikan ia sejenak lupa, kemudian ia sadar kembali ketika mendengar suara Azri memanggil.

Ia mengumamkan kata maaf sambil menyerahkan ponselnya itu pada sang kakak.

"Kakak nggak mengira kalau kamu kenal dengan dokternya," kata kakaknya memotong.

Elza mengatakan bahwa mereka tak sengaja kenal, ia yang masih menyodorkan ponselnya pada sang kakak mengatakan bahwa ada Azri yang ingin menyapa nya, bicaralah sebentar.

"Azri? mana?" sambut Zara agak kaget dan langsung menerimanya dan memang benar ada Azri di sana, tak enak, Ia pun langsung pamit untuk menjauh sedikit ia ingin berbicara dengan Azri hingga meninggalkan adiknya dan Arvin.

"Kakak peri cantik sekali," kata Kaira dengan mata berbinar.

Dipuji seperti itu bukannya senang ia malah merasa geli. Elza memang termasuk spesies lain, dipuji cantik tak percaya, dikatai jelek tak terima.

"Kaira juga cantik kok, mana lucu lagi," sahut Elza balas memujinya, bukan sekedar pujian karena Kaira memang sangat lucu.

Gadis yang awalnya memegang tangan Papanya itu kemudian tiba-tiba langsung menggenggam tangan Elza juga.

Cukup membuatnya terkejut lagi.

"Maafkan sikap putri saya," bisik Arvin merasa tidak enak, dan Elza berlangsung menggeleng, mengatakan tidak apa-apa, ia tak keberatan.

Tapi sejujurnya ia merasa tidak enak ketika pria itu bicara sangat formal padanya, sepertinya ia benar-benar tak mengingat Elza.

Sementara itu Zara sendiri tengah berbicara pada Azri.

Ia memuji Azri yang terlihat makin tampan dan keren saja.

Kemudian ia melihat ke arah adiknya yang tengah main dengan Kaira.

"Tapi Elza bicara dengan siapa tadi Kak?" tanya Azri tiba-tiba, dan Zara berusaha untuk menahan senyum.

"Kayaknya temenmu itu lagi jatuh cinta deh, ada cowok tampan banget," kata Zara memanas-manasi Azri, ia ingin melihat reaksi pria itu sambil mengarahkan kamera sejenak pada Arvin.

Mata Azri menyipit untuk memerhatikannya dengan seksama.

Elza nampak tengah bicara dengan seorang gadis kecil dan seorang pria, dan memang ia akui cukup tampan.

"Dia siapa?" tanya Azri kemudian.

"Dia dokter gigi langganan Naya, oh iya kapan kamu pulang?" kata Naya langsung mengalihkan topik pembicaraan.

Azri berusaha untuk mengatur ekspresi wajahnya, jangan berpikiran yang macam-macam.

"Dua bulan lagi aku pulang, Kak—"

"Ma, Naya mau pipis," kata putrinya tiba-tiba.

"Wah bentar lagi dong ya, seneng bicara sama kamu, ngomong-ngomong nanti kita bicara lagi ya kapan-kapan, si Naya minta dianterin ke toilet nih, bye Azri."

Setelah itu telepon pun dimatikan. Ia menghela napas panjang.

"Sudah nelponnya? ngomong-ngomong beneran cantik banget, Ri, kalau aku jadi kamu ga bakalan ku temenin deh, tapi kunikahin dia," kata temannya tadi langsung mendekat dan kembali duduk di sampingnya.

"Pasti banyak yang naksir tuh, seriusan dia gak punya pacar? hati-hati loh pas pulang entar tiba-tiba dia sudah sama yang lain," ujar temannya lagi ketika melihat Azri seperti banyak beban pikiran.

Sementara Azri nampak melamun, jujur saja ia agak kepikiran dengan apa yang dikatakan kakaknya Elza tadi ditambah dengan ucapan temannya barusan.