Chapter 13 : Cegukan.
_Likenzo_
"Hik hik hik.."
Kenzo mematung, diam tak bergeming dengan tubuh yang seketika kaku. Suara itu.. Suara itu mulai menghantuinya, suara hantu yang menjadi legenda tiba tiba mengikutinya.
"Yo.." Panggil Kenzo.
Aryo menatap Kenzo heran, tumben nada suaranya seperti orang ketakutan. "Apa?" Sahut Aryo.
"Apa kau mendengar sesuatu? Seperti.. Suara seseorang cegukan," Tanya Kenzo dengan suara setengah berbisik.
"Suara cegukan?" Kenzo mengangguk.
Aryo terdiam sesaat mencoba melihat sekitar dan menajamkan telinga, banyak suara bising dari anak anak kantin yang bergosip sampai suara spatula dan katel seblak yang berdenting.
"Gak ada tuh," Geleng Aryo lalu menggedikan bahu.
"Hik hik hik.."
"Sungguh?" Tanya Kenzo lagi saat suara cegukan tersebut kembali terdengar.
Aryo menggelengkan kepala tanda tak mendengar. Kenzo sendiri memejamkan matanya sesaat, sudah ia duga pasti akan ada masalah baru yang harus ia hadapi kedepan.
"Heol shit! Apa sekarang tantangan hidup ku harus dibarengi dengan sosok astral?" Gumam Kenzo mengumpat kesal.
"Sosok astral?" Tanya Aryo yang tak sengaja mendengar.
Kenzo menatap sahabatnya lalu menggangguk lemah. "Tadi.. Tadi saat aku berangkat sekolah, aku tak sengaja hampir saja menabrak siswi yang satu sekolah dengan kita. Bedanya seragam gadis itu kotor berlumuram darah dan.. Kau tahu Yo? Gadis itu bermuka cacat, matanya terkatup sebelah. Dia tersenyum sinis ke arah ku sambil mengenalkan namanya. Ihh.. Aku mengingat itu langsung membuat bulu kuduk ku berdiri lagi," Jelas Kenzo.
Aryo mendengarnya ikut merinding. "Kau serius?" Dan Kenzo mengangguk cepat.
"Siapa Namanya?" Tanya Aryo.
"Hiki-"
"Hikiko?" Potong Aryo menyela cepat kalimat temannya.
"Dari mana kau tahu?" Tanya Kenzo curiga.
Aryo memutar bola matanya malas, lelaki ini cukup cupu untuk orang yang mengetahui legenda rakyat.
"Tentu aku tahu karena nama itu sudah sangat terkenal dikisah cerita rakyat jepang. Teman kecil ku dari jepang juga sering menceritakan hantu hantu di sana dan salah satu cerita yang dia ceritakan pada ku ya itu." Jawab Aryo.
"Benarkah?" Aryo mengangguk.
"Dan kau harus tahu, orang yang bertemu dengannya akan langsung diikuti bahkan di hantui dengan suara suara aneh." Sambung Aryo.
"Benar, aku juga barusan mendengar cegukan seperti hik hik hik seperti itu." Sahut Kenzo berubah ketakutan.
"Kau tenang saja Ken, hik hik hik yang kau bicarakan itu bukan cegukan tapi kaset butut yang ada di meja belakang mu." Sahut Aryo menenangkan sahabatnya.
"Hah?"
"Lihat saja ke belakang mu!" Suruh Aryo.
Kenzo menoleh ke belakang dan benar, ia menemukan radio butut di sana. Terlihat juga kaset butut yang sengaja di masukan setengah ke monitor kuno, Kenzo mengerutkan dahi bingung.
"Kenapa radio dan monitor legend itu ada di kantin?" Tanya Kenzo.
"Radio itu milik suaminya Bu Mina. Setiap hari radio dan kaset itu pasti di simpan disitu dulu sampai suaminya menjemput. Katanya radio itu sengaja di bawa karena untuk mainan anaknya di kala Bu Mina sibuk melayani siswa siswi beli gorengan." Jawab Aryo.
"Ouh.." Kenzo paham.
"Ngomong ngomong apa kau melihat Jeya?" Tanya Aryo.
Kenzo menggeleng. "Tidak, bahkan dekat dengannya saja aku tidak. Harusnya aku yang bilang, kemana pacar mu itu?" Jelas Kenzo.
"Pacar mata mu hah?" Decih Aryo.
"Lalu?"
"Aku dan Jeya tak ada hubungan apapun, kami clear bersahabat. Lagi pula kita bertiga dulu sudah membuat janji dari kecil, di antara kita tidak boleh ada yang saling menyukai. Kau akan bilang tak tahu tentang ini karena kau tak ingat," Jelas Aryo.
"Itu kan dulu, memangnya kau yakin perasaan mu untuk gadis itu hanya sekedar sahabat?" Remeh Kenzo.
"Tentu saja, aku bukan diri mu yang dulu menyukai teman sendiri." Cibir Aryo.
"Maksud mu?" Tanya Kenzo tak mengerti.
Aryo melotot. Ia baru tersadar ucapannya sendiri, Aryo tersenyum kaku ke arah Kenzo. "Ya.. Kan dulu kau dan dan Febee berteman, iya berteman." Gugup Aryo.
"Kau yakin?" Kenzo memicing curiga.
Aryo mengangguk cepat.
"Tapi.. Tunggu, apa kau tahu kisah percintaan ku dulu? Saat aku terbangun dari koma, semua orang memandang ku pria menjijikan karena mencintai sesama jenis. Sekarang aku tanya, apa kau tahu siapa yang ku cintai dulu?" Tekan Kenzo menuntut jawaban.
Aryo gelagapan, ini semua gara gara mulutnya yang ember. "Euu.." Aryo bingung.
"Jawab Yo!" Bentak Kenzo.
Seisi kantin memandang mereka aneh, kebisingan mereka berdua nampaknya mengundang salah satu siswa populer dari Esktrakurikuler Basket.
"Ada apa ini ribur ribut?" Tanyanya lalu duduk di kursi tengah tengah mereka.
Kenzo menatap siswa asing itu, ia merasa tak asing dengan wajahnya, tapi dimana ya?
"Kau siapa?" Tanya Kenzo dengan nada suara membentak.
"Aku?" Tanya siswa tampan itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Kenalkan, aku Arsha. Aku Arhaka Raja. Kau tak mengingat ku manis?" Ujarnya mengenalkan diri lalu tanpa malu mencolek dagu Kenzo.
Orang orang kantin terkejut melihatnya, Pangeran Basket baru saja menggoda seorang adik tingkat. Iya, dia Arshaka Raja. murid SMA atas yang sebentar lagi akan lulus, Ketua Basket di sekolah mereka.
Sedangkan di sisi lain, Febee melihat itu hendak menghampiri mereka namun di cegah oleh teman temannya.
"Tidak Bee!" Kata temannya.
Di sisi Aryo. Dia terlihat semakin gelagapan, melirik keduanya antara Kenzo dan si Ketua Basket.
'Gawatt, jangan sampai Kenzo tahu siapa dia.' Batin Aryo.
"Cih!" Kenzo meludah ke tanah arah samping kirinya. "Aku tidak perduli siapa kau, untuk apa kau duduk di situ? Kau lihat sekeliling mu, masih banyak tempat kosong. Kau tak perlu duduk di sini sambil membawa anak buah mu itu, mengganggu saja!" Ketus Kenzo lalu bangkit untuk segera pergi mengajak Aryo.
"Hey mau ke mana?" Tanya Arsha.
"Bukan urusan mu," Kenzo.
"Apa kau tak merindukan ku?" Bisik Arsha. Dia mencekal pergelangan tangan Kenzo mencegahnya pergi.
Kenzo mencondongkan wajahnya mendekat pada Arsha. "Aku sangat merindukan mu," Mendengar itu membuat Arsha tersenyum simpul.
"Tapi untuk membunuh." Lanjut Kenzo tersenyum miring lalu menepis kasar cekalan Arsha.
Aryo yang tidak tahu harus berbuat apa, tiba tiba ditarik Kenzo meninggalkan kantin. Arsha membalas dengan tersenyum tipis, tangannya langsung mengepal melihat Kenzo mengabaikannya.
"Di abaikan?"
Arsha dan anak buahmua menoleh ke arah lain, dimana ia melihat banyak siswa siswi yang baru saja menonton drama gratis di depan mata. Tapi bukan itu yang Arsha lihat, tapi seorang gadis dengan seragam kakak tingkat yang khas memakai cardi bebas.
Dia Jeya. Entah sejak kapan dirinya sudah berada disana, melihat senyum puas dari gadis itu membuat Arsha memalingkan wajahnya muak. Jeya menghampiri Arsha.
"Sudah ku bilang dari awal Arsha. Kau harus tahu sesuatu, dia bukan lagi budak mu. Kenzo sudah menjadi orang lain setelah melupakan mu, buktinya sekarang dia acuh pada mu dan lebih memilih memacari seorang gadis. Miris sekali bukan hidup mu?" Kekeh Jeya bersedekap dada, menatap Arsha.
"Kau pikir aku perduli?" Tanya Arsha.
"Mana ku tahu, kau tak lihat kekasihnya sedari tadi melihat mu dengan garang?" Sahut Jeya melirik sekilas ke arah Febee dan teman temannya.
Arsha mengikuti arah lirikan Jeya. Seorang gadis cantik berseragam sama, menatap ke arahnya dengan tatapan hendak mencabik cabik, dia Febee.
"Dengar ini," Tiba tiba saja Jeya sudah berada dekat dengannya, seraya hendak membisikan sesuatu.
"Sesuatu yang sama bukan berarti asli, dan sesuatu yang menarik terkadang sangat sulit di gapai. Sebaiknya kau pergi saja, karena kau tahu aku dan yang lainnya tidak akan pernah membiarkan siapaun mendekati Kenzo.." Bisik Jeya lalu terkekeh ringan. Setelah itu dia lewat tanpa mengatakan apapun lagi dengan ekspresi wajah yang datar.