Chloe bukanlah seseorang yang gampang ditekan terutama oleh seseorang seperti Doktor Aldrich Caesar yang menjadi dosennya saat ini. Ia tak akan membiarkan Aldrich menginjak harga diri dan mempermalukannya di depan kelas seperti hari ini. Jadi begitu Chloe pulang, ia langsung mengambil buku dan belajar untuk menyelesaikan tugas serta mata kuliah yang sama esok hari.
Baru setengah jalan, Chloe mendengus lagi dengan kesal. Pikirannya selalu terbawa pada bentakan Aldrich tadi siang. Chloe mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahang.
"Huh, aku jadi malas belajar kalo gini!" sungut Chloe begitu kesal dan marah. Ia baru masuk di pertengahan semester dan Aldrich langsung menyemprotnya seperti itu. Tak bisakah ia memanggilnya terlebih dahulu sebelumnya?
Sambil bersungut, Chloe kembali mencoba belajar kembali dengan penuh konsentrasi. Ia membuat makalah dan tugas-tugasnya sebelum tidur. Setelah lelah dan agak haus, Chloe berdiri dan hendak pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Di rumah seharusnya tak ada siapa pun.
Kelurga Harristian sudah tercerai berai. Ayah dan Ibu Chloe sedang mengurus perceraian mereka. Kakak tertuanya Rei sudah tinggal sendirian di penthousenya yang mewah dan begitu ketat penjagaannya. Sementara kakak keduanya yaitu Venus sibuk dengan dunia tarik suara. Venus adalah penyanyi wanita terkenal saat ini dan ia juga sudah memiliki tempat tinggal sendiri meski kerap masih datang ke apartemen orang tua mereka.
Sekarang tinggallah Chloe yang tak tega jika harus ikut keluar rumah untuk tinggal sendirian. Setidaknya sampai ibunya Claire mungkin bercerai dari ayahnya Arjoona dan memulai hubungan baru. Mungkin setelah ibunya menikah lagi, ia akan keluar dari rumah juga.
"Nona belum tidur?" sapa salah satu pelayan yang tiba-tiba masuk ke dapur tak sengaja melihat Chloe yang tengah minum air. Chloe berbalik dan tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Aku sedang membuat tugas kuliah!" cetusnya membuat pelayan itu sedikit terkekeh kecil. Pelayan itu lalu mendekat dan menawarkan susu hangat agar Chloe bisa tidur.
"Apa mau aku buatkan susu hangat?" Chloe berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya.
"Nanti aku bisa mengantuk. Aku harus bergadang, Emanuela!" sungut Chloe sambil memajukan bibir tipisnya yang sensual. Pelayan yang bernama Emanuela itu terkikik kecil dan menggeleng.
"Jangan terlalu banyak bergadang, Nona. Nanti kamu bisa sakit!"
"Jika tidak, si berang-berang itu akan sangat gampang menghina dan menjelek-jelekkan aku!" gerutu Chloe mengadu. Emanuela sampai mengernyit tak mengerti.
"Berang-berang?"
"Maksudku dosenku. Aku memanggilnya berang-berang!" sahut Chloe dengan raut malas dan seenaknya. Emanuela sontak tertawa begitu mendengar Chloe menamai dosennya sendiri dengan nama hewan pembuat bendungan itu.
"Kenapa kamu memanggilnya seperti itu? memangnya wajahnya mirip berang-berang?" Chloe menggelengkan kepalanya.
"Dia adalah orang yang paling suka menghalangi kesuksesan orang lain. Dia tidak suka melihat jika aku berhasil, jadi dia seperti berang-berang!" jawab Chloe memberikan alasannya. Emanuela jadi mengernyit tak mengerti.
"Aku tidak mengerti," lanjut Emanuela tak bisa menangkap maksud dari Chloe. Chloe menghela napas panjang dan menegakkan tubuhnya seakan tengah mengambil ancang-ancang seperti akan melakukan pidato yang maha penting.
"Begini, berang-berang itu membuat air sungai jadi berhenti mengalir karena mereka hewan yang membangun bendungan, bukan?" Emanuela mengangguk dengan polosnya.
"Maka dari itu, dia seperti itu! dia menghalangi mahasiswi seperti aku yang ingin meraih cita-citaku menjadi seorang arkeolog dengan memberikan tugas-tugas yang tak masuk akal, lalu mempermalukan aku seolah-olah aku tak belajar sama sekali!" omel Chloe panjang lebar menumpah ruahkan semua kekesalannya. Emanuela hanya terperangah dan mengangguk-angguk saja tanpa tahu substansi jelas dari yang tengah dibicarakan oleh Chloe.
"Apa itu bukan berang-berang namanya?" sahut Chloe lantas mengambil kesimpulan. Emanuela mengangguk seakan setuju tapi kemudian ia malah protes.
"Tapi Nona ... bukankah berang-berang itu membuat bendungan untuk menangkap ikan dan membangun sarang?" protes Emanuela malah meladeni ocehan Chloe yang sebenarnya kesepian. Mata Chloe membesar dan langsung berpikir cepat. Ia paling tidak suka jika pendapat ilmiahnya dipatahkan meski hanya oleh seorang pelayan di rumah.
"Memang! Itulah mengapa mereka adalah makhluk malas dan jahat. Bayangkan! Mereka membangun rumah dengan membendung air sungai agar ikan-ikan yang tak bersalah bisa masuk ke dalam jebakan jahat dan akhirnya ia bisa menangkap dan memakan mereka ... ckckck! Itu perbuatan jahat, Emanuela!" tegas Chloe sambil berkacak pinggang dan menunjukkan satu jarinya seperti seorang bibi yang tengah memarahi keponakannya.
Emanuela yang malang hanya bisa terperangah dan mengangguk saja. Entah apa yang dimaksudkan oleh Chloe yang sebenarnya tapi ia tak ingin membuat gadis itu kecewa.
"Hewan lain seperti beruang mencari ikan dengan cara yang sulit dan berusaha keras tapi berang-berang melakukan cara curang untuk mencari makan. Seperti itulah Aldrich Caesar!" Chloe menutup mukadimahnya yang panjang dengan bersungut di akhir kalimat dan dua lengan yang terlipat di dadanya.
"Oh, maksudmu Tuan Aldrich Caesar? Tapi Nona mengatakan tadi bahwa dosenmu yang ..."
"Dia dosenku sekarang, Emanuela! Bayangkan betapa kesalnya aku harus bertemu dengannya setiap hari! Iihhhh!" pekik Chloe melepaskan amarahnya dan mengentakkan kedua kakinya di lantai. Chloe langsung berbalik pergi meninggalkan Emanuela yang hanya bisa tersenyum pada akhirnya lalu menggelengkan kepalanya. Emanuela kemudian membereskan gelas bekas minum Chloe sebelum ia tidur.
Tak hanya Chloe yang belajar mati-matian demi membalas dosen super pintar Aldrich Caesar yang menyebalkan. Aldrich sendiri sibuk membaca dan menganalisa tugas kuliah serta portofolio milik Chloe dari kampusnya yang lama hanya demi membuatnya kapok. Aldrich tak ingin membiarkan Chloe semakin lama di kampus itu.
Meskipun Putri Alexander juga berada di NYU tapi Aldrich tak pernah khawatir. Putri bukan gadis pencicilan seperti Chloe yang rasa ingin tahunya lebih besar dari ukuran tubuhnya.
"Dasar bodoh! Analisa macam apa ini!" gerutu Aldrich dengan kesal separuh melempar portofolio Chloe ke atas mejanya lalu berdiri. Connor masuk setelah Aldrich memanggilnya. Aldrich sudah berdiri dari kursinya bersiap hendak pergi.
"Bagaimana hasilnya, Doktor?" tanya Connor pada Aldrich yang melewatinya dengan dingin.
"Hanya membuat mataku sakit!" jawabnya ketus dan angkuh. Aldrich langsung membuka pintu dan keluar sementara Connor hanya mengulum senyuman dan membereskan dokumen di atas meja atasannya.
Aldrich lantas mengganti pakaiannya. Ia memilih untuk berlatih gym dan bela diri sebelum tidur. Mulai hari ini ia akan tidur sendiri dan energinya masih terlalu banyak. Jika tidak sangat capek, Aldrich bisa terjaga sampai pagi.
Ia berlatih berat dari lari di treadmill, angkat beban sampai cross fit. Setelah bermandi peluh, ia berlatih tinju dan jujitsu. Waktu sudah lebih dari dua jam tapi Aldrich belum berhenti. Pelatihnya bahkan sudah terlihat lelah dan Aldrich akhirnya memintanya untuk pergi.
Setelah tiga jam berlalu dan merasa cukup, Aldrich pun ikut keluar dari ruang latihannya. Ia berjalan ke kamar untuk membersihkan diri. Dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, tubuh atletis yang masih sedikit basah dan rambut yang masih dikeringkan dengan handuk berbeda, Aldrich membuka sebuah laci dengan menekan menggunakan ujung kaki.
Laci adalah berisi sendal baru untuk mengganti yang sebelumnya agak basah dan kotor. Tapi tangannya berhenti mengucek rambut dan ia tertegun pada sebuah boneka teddy bear kecil berwarna krim sedang menatapnya.