Dugh… Dugh…Dugh
Suara langkah kaki dari pemilik sepatu hitam namun terlihat mahal sedang menyusuiri koridor lantai tiga yang sepi. Terlihat semua mahasiswa lainya sudah memasuki kelas masing-masing. Hanya saja di gazebo banyak mahasiswa yang beristirahat sampai ada juga yang sibuk mempersiapkan bahan presentasinya.
Brian Angkara Reikh- seorang pria tampan sedang menuju ke kelas yang akan ia bimbing. Hari ini ia menjadi tamu dalam perkuliahan, yang akan mengajarkan tentang bagaimana pengelolahan bisnis yang baik.
"Roby sialan. Ku kira dia akan ikut bersamaku," gerutu Brian sambil terus mengedarkan pandangan ke papan kelas yang ia cari.
"A-1… dimana ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Brian terus melangkahkan kakinya dan mengedarkan pandangan kepada papan nama kelas. Setelah beberapa menit berputar-putar di lantai tiga, akhirnya ia menemukan kelas yang ia tuju.
"Ini dia" ucapnya setelah menemukan kelas yang bertuliskan 'A-1'.
Dengan perlahan Brian membuka pintu dan memasuki ruangan dengan jalan yang cool.
"Uwaaw… siapa dia?"
"Apa dia dosen baru?"
"Waah, aku nggak tau. Dia seperti malaikat."
"Waahh gantengnya."
"Siapa namanya! Ganteng banget."
Begitulah bisikan-bisikan yang keluar dari gadis-gadis di dalam kelas setelah melihat Brian memasuki ruangan dan duduk di meja dosen.
Brian memandang seluruh isi kelas, semuanya terlihat bersemangat. Namun ada satu mahasiswi yang meletakkan kepalanya di atas meja seperti orang yang tidur.
"Selamat siang sem-"
"Siaaaaang!!!"
Belum juga Brian menyelesaikan ucapan salamnya, tapi langsung di sahut oleh mahasiswa di kelas dengan antusias.
"Oke sepertinya ini akan terlihat sulit," ujar batin Brian setelah melihat perilaku mahasiswa yang akan diampunya nanti.
Brian sendiri tidak suka pada keramaian apalagi tatapan gadis-gadis yang sedang menatapnya dengan pandangan cinta.
"Oke, waktunya perkenalan. Saya Brian Angkara Re-" Brian menghentikan perkenalanya, karena lupa akan mengucapkan nama belakang yang merupakan nama klan keluarga yang ia sangat benci. "Ah. Kalian bisa memanggil saya kak Brian saja."
"Baik kak Brian ganteng," ucap serentak semua mahasiswi yang ada di kelas.
Brian yang mendengar itu langsung takjub melihat kekompakan mereka. "Buset. Aku mengajar anak SD atau mahasiswa nih," ucapnya dalam hati.
"Saya disini karena diutus oleh bapak Roby untuk mengisi kuliah tamu tentang bisnis. Saya sendiri adalah CEO dari Coco Company, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang Jasa. "
Brian melihat semua mahasiwa antusias mendengarkanya. "Baik, sekarang saya absen dulu," ujar Brian sambil membuka lembaran buku absen yang sudah tadi diberikan roby kepadanya.
"Aneth anjaya."
"Hadir kak."
"Lalisa Andira."
"Hadir kakak ganteng…!"
"Hah, sabar Brian. Sabar," gerutu batin Brian setelah mendengar ucapan dari gadis tersebut.
"Rendi setya wongso."
"Disini."
Brian memanggil satu persatu nama yang tertera di dalam buku absen. Dan sekarang adalah urutan terakhir.
"Elora Atteonie Shaneur."
…
Tidak ada jawaban dari pemilik nama yang barusan Brian panggil. Namun ia mencoba untuk memanggilnya satu kali lagi sambil mengedarkan pandangan ke seluruh mahasiswa.
"Elora Atteonie Shaneur."
"…." Masih tidak ada jawaban.
"Itu kak, dia lagi tidur. Memang dia tuh nggak disiplin orangnya," ucap salah satu gadis dengan ekspresi yang menunjukkan tidak suka kepada Elora.
Brian menghampiri meja Elora. Dirinya kesal jika ada seseorang yang tidak disiplin saat perkuliahan.
Elora masih saja menutup matanya, ia benar-benar lelah dan kurang fit hari ini karena tidak sarapan dan begadang semalaman dan itu membuat kepalanya pusing seperti tertimpa beton, sangat berat sekali.
"Elora…" panggil Brian ketika sampai di depan bangku Elora.
Brian merasa tidak asing dengan pakaian yang dikenakan Elora.
"Bukankah ini gadis aneh yang kutemui tadi pagi?" ujarnya dalam hati.
"Elora!" panggil Brian dengan nada yang sedikit membentak.
Elora mengerjapkan mata ketika mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Matanya begitu berat untuk diangkat, namun ia berusaha untuk bertahan.
"Elora, seharusnya kamu tidak boleh tidur di saat kelas berlangsung!" ucap Brian dengan nada sedikit membentak.
"Engh… siapa?" tanya Elora ketika nyawanya belum terkumpul semua ditambah pusing yang membuat pandanganya berkunang-kunang.
Benar dugaan Brian, ia adalah gadis yang tadi pagi ia temui di jalan yang hamper saja membuat nyawanya melayang.
"Elora!"
BRAK
"Hah!"
Brian menggebrak meja yang dikenakan Elora, saking kesalnya karena mahasiswi satu ini tidak segera membuka matannya.
"Aww," ringis Erola dengan memegangi kepalanya yang terasa sangat nyut-nyutan. Bayangkan saja, seseorang yang tertidur dengan keadaan pusing malah di perlakukan seperti ini. "Jangan pura-pura kesakitan kamu!" ucap Brian seketika melihat Elora memegangi kepalanya dengan ekspresi kesakitan.
Elora memandang sumber suara yang barusan mengganggu tidurnya, matanya masih berkunang-kunang, ia tidak bisa melihat dengan jelas sosok yang berdiri di hadapanya itu.
Sementara para mahasiswa lainya melihat Elora dengan tatapan jijik. "Ah palingan juga ceper anak satu itu," bisik seorang mahasiswi kepada teman di sampingnya.
"Saya tidak suka ya ada mahasiswi tidak disiplin seperti kamu, cepat kamu keluar sampai jam mata kuliah ini selesai!" ucap Brian dengan wajah yang seram.
Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas tertawa kecil, sepertinya mereka sangat puas jika Elora terkena masalah.
"Ta-tapi pak, saya pusing sekali. Bisahkah saya ke UKS saja?" ucap Elora dengan lemas. Elora masih belum tau bahwa ia berbicara dengan lelaki yang membuatnya kesal tadi pagi.
"Kenapa dia berbicara seperti tidak ada apa-apa ya?" gumam Brian ketika melihat keanehan mahasiswi di hadapanya ini.
Tanpa Brian tau pandangan Elora sangat buram, itulah alasanya mengapa Elora tidak mengenalinya.
"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus keluar dulu dan berdiri di depan pintu kelas, ketika jam kuliah sudah selesai pergilah ke UKS"
Elora mau membantah namun ia tidak punya tenaga, wajahnya sudah pucat. Dengan lemas dia memakai tasnya dan melangkahkan kaki lemasnya ke depan kelas. Semua mata tertuju pada Elora yang berjalan keluar.
Brian melihat langkah kaki Elora yang sempoyongan. Namun dirinya sangat gengsi untuk menolongnya.
Elora berdiri di depan pintu kelas dengan keadaan yang bertambah parah sehingga mengharukan punggungnya untuk menempel ke tempok guna menyanggah tubuhnya yang sudah tidak kuat tersebut.
Sementara di dalam ruang kelas, Brian asik memberikan materi yang ia ajarkan hari ini, sesekali ia melirik ke luar pintu dimana tempat Elora berdiri.
"Aduh pusingnya bertambah" gumam Elora sampil memijit-mijit pelipisnya.
Pandangan Elora juga sudah sangat buram dan kelopak matanya ingin sekali terpejam. Dan akhirnya…
BRUK
Elora terjatuh ke lantai, namun sebelum menyentuh lantai, ada sebuah tangan kekar yang menganggah badanya. Elora tidak tau siapa yang menolongnya. Saat ini ia hanya ingin tidur, matanya juga tidak bisa ia buka. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaranya, Elora mendengar suara yang sama yang tadi mengusiknya tidur di kelas.