Di tengah kegundahan Hafshah, dia memutuskan untuk membaca lebih lanjut catatan rasa novel yang diberikan Haidar padanya.
"Ngajarin? Ngajarin apa? Menjadi orang musyrik? Tentu saja tidak."
"Maya!" Lagi-lagi ibu menegur.
"Bocah iki!" Wanita yang menampar tadi berkata garang.
Bocah dari Hong Kong? Aku sudah 24 kok. Tiga tahun lagi akan menikah dan memiliki bocah.
"Mumet sirahku ndelok cah iki. Pusing sirah! Nggawa anak sampeyan!"
Oh! Si Kakek bilang apa barusan? Nyuruh ibunda mengajakku masuk ke dalam neraka itu? Katanya dia pusing melihatku, kenapa diajak masuk?
"Saya pamit aja ya, Buk. Kek, Budhe, semuanya."
Ah, tidak seru! Masa Deva sudah pulang dan membiarkan aku di sarang demit seperti ini.
Setelah mendapat perizinan dari pemilik rumah, barulah Deva undur diri. Sebelum ia masuk mobil, aku meliriknya. Pemuda nakal mengedipkan mata kanan sambil menyeringai. Aku tahu itu ledekan. Awas saja dia nanti!
*****