Setelah Daffa keluar dari rumah Jeslin, dia tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dia langsung ke perusahaan untuk membicarakan masalah ini pada Roy asistennya. Tiga puluh menit kemudian Daffa sudah sampai di perusahaannya, sekarang dia sedang berhadapan dengan Roy asistennya.
"Roy, kau tahu bukan masalah yang sedang aku hadapi sekarang ini." kata Daffa yang menggantung kalimatnya.
"Saya tahu tuan, lalu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu tuan?" tanya Roy yang menatap dan menunggu atasannya bicara.
"Roy, aku tadi dari rumah Jeslin dan aku juga membuat surat perjanjian pernikahan kontrak padanya, kau bisa baca sendiri isinya dan aku mau agar kau menjemputnya nanti sore karena kami akan menikah siri nanti malam." jelas Daffa yang membuat asistennya terkejut bukan kepalang.
"Apa yang sudah anda lakukan tuan Daffa? apakah istri dan kedua orang tua anda sudah tahu kalau tuan akan menikahi Jeslin?" tanya Roy, dia melihat Daffa menghembuskan nafas kasarnya.
"Istri dan kedua orang tuaku tidak tahu Roy, kalau aku membuat surat perjanjian itu apalagi akan menikahi Jeslin malam ini, apa kau tahu kalau semalam ayah Jeslin mendatangi kedua orang tuaku? dia juga telah mengancam mereka bahkan sempat didengar oleh istriku juga, oleh sebab itu aku melakukan semua ini agar istri dan kedua orang tuaku tidak diganggu mereka lagi Roy." ungkap Daffa dengan sedih matanya sampai berkaca-kaca menahan tangisnya.
"Saya ikut bersedih atas masalah yang menimpa anda tuan Daffa dan saya akan mendoakan anda kuat dalam menghadapi setiap masalah yang anda hadapi dan juga selalu diberikan jalan keluar secepatnya, saya juga akan selalu bersama anda, walaupun sebesar apapun masalahnya." papar Roy menyemangati Daffa.
"Terima kasih Roy, karena kau selalu mendukung dan membantuku baik aku dalam keadaan susah ataupun dalam keadaan senang, kau juga bukan hanya sekedar asistenku saja tetapi kau sudah ku anggap sebagai saudara sekaligus sahabatku." ucap Daffa, dia berdiri berjalan mendekati Roy dan memeluknya tanpa disadari air matanya telah mengalir deras.
"Yang sabar tuan, saya yakin anda pasti bisa menjalaninya." ucap Roy mengusap punggung Daffa.
"Kau tahu Roy, apa akibat yang harus aku terima demi menikahi wanita itu? aku akan kehilangan istriku Roy, istriku akan meninggalkan aku, ketika dia tahu kalau aku telah menikahi wanita itu, padahal aku tidak hidup tanpanya Roy, bahkan hidupku hampa tanpa dirinya." tangis Daffa yang meluapkan segala gundah yang ada dihatinya.
"Maaf tuan, saya belum bisa membuktikan kalau hasil tes DNA itu palsu dan saya rasa orang yang ada di belakang nona Jeslin bukanlah orang sembarangan, karena susah sekali mencari buktinya." terang Roy, dan Daffa melepaskan pelukannya pada Roy lalu dia kembali duduk ditempatnya.
"Tidak apa-apa Roy, aku yakin suatu saat nanti kita pasti akan membuktikannya dan terima kasih kau sudah membantuku selama ini, sekarang kau boleh keluar aku sedang ingin sendiri." papar Daffa.
"Baik tuan, saya permisi dulu nanti kalau tuan Daffa mencari dan saya tidak ada itu artinya saya sedang menjemput nona Jeslin." ijin Roy, kemudian dia meninggalkan Daffa seorang diri di ruangan itu.
Skip
Daffa sekarang sudah berada di salah satu rumahnya yang sangat jauh dari villa yang di tempati istrinya, dia sengaja melakukan itu karena tidak mau membuat keributan nantinya antara Jeslin dan istrinya, walaupun dia sangat mencintai istrinya dan yang satu ini menikah karena terpaksa.
"Baiklah tuan Daffa bisa kita mulai pernikahannya sekarang." kata pak penghulu yang akan menikahkan Daffa dan Jeslin.
"Iya saya sudah siap pak penghulu." sahut Daffa, dia duduk menghadap penghulu dan menyambut tangannya untuk melakukan ijab kabul.
"Daffa Mahendra saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Jeslin binti Junaidi dengan mas kawin satu set kalung berlian dibayar tunai.
"Saya terima nikah dan kawinnya Jeslin binti Junaidi dengan mas kawin satu set berlian dibayar tunai.
"Bagaimana saksi? apa sah?" tanya pak penghulu.
"Sah." jawab saksi, setelah saksi berkata sah itu artinya sah juga Daffa dan Jeslin menjadi suami istri.
"Nona Jeslin silahkan menyalami tangan suaminya dan Nak Daffa pakaikan mas kawinnya pada sang istri." kata pak penghulu itu lagi, kemudian Jeslin mencium tangan Daffa dan Daffa memakaikan mas kawinnya pada istri keduanya.
Daffa menikah dengan Jeslin secara tertutup dan rahasia, bahkan yang menghadiri pernikahan mereka berdua hanya ayah Jelin, pak penghulu, Roy dan saksi saja, setelah menikah Daffa menyuruh Jeslin tinggal di rumah itu dulu untuk sementara waktu.
"Kau di kamar ini dulu untuk sementara waktu dan semua kebutuhan yang kau inginkan sudah tersedia di rumah ini, ingat jangan keluar tanpa adanya perintah dan pemberitahuan padaku lalu kalau kau memerlukan sesuatu tanyakan saja pada bibik yang ada di bawah aku pergi dulu." perintah Daffa pada Jeslin setelah beberapa menit mereka menikah.
"Iya mas." sahut Jeslin, dia sebenarnya ingin bertanya kemana suaminya akan pergi, tapi mengingat statusnya yang hanya istri muda dan mereka juga menikah siri dengan perjanjian penikahan kontrak membuat jeslin hanya diam saja.
Daffa melangkah meninggalkan kamar itu, kemudian dia keluar menemui asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Roy, aku mau pulang dulu nanti setelah semua urusanmu selesai kau boleh pulang." pesan Daffa pada Roy asistennya.
"Tuan bagaimana dengan istri muda anda ini? kenapa anda tinggalkan begitu saja? apa anda tidak mau malam pertama dengannya dulu? ada ikan kok dianggurin tuan, bukankah sekarang dia sudah sah menjadi istri anda!" goda Roy pada bosnya yang sudah berbalik hendak pulang ke rumah istri pertamanya.
"Roy jangan menggodaku, karena walau bagaimanapun dia tetap orang asing bagiku dan aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai istriku, kau tahu bukan kalau bukan karena ayahnya yang mengancam keluargaku maka aku tidak akan pernah menikahinya, ya sudah jangan ganggu aku lagi karena aku mau menemui istriku dulu dan aku sangat merindukannya Roy." terang Daffa , dia kemudian meninggalkan asistennya di sana tanpa menghiraukan godaan dan candaannya lagi.
"Sulit sekali membuatmu tersenyum tuan, aku tahu kau sangat sedih dan juga khawatir apalagi setelah kau menikahi wanita ini. Aku sangat takut membayangkan kemurkaan nona Meisya dan juga kesedihannya setelah tahu kalau suaminya telah menikah lagi." gumam Roy , kemudian dia melangkah ke arah kamar yang ditinggali oleh Jeslin.
Tok tok tok
Ceklek
"Iya tuan apa ada yang bisa saya bantu? kalau anda mau mencari mas Daffa, dia tidak ada di kamar ini mas Daffa tadi pergi, sedangkan kalau ayah saya sedang keluar mengambil pakaian saya." ungkap Jeslin setelah melihat kalau asisten suaminya yang telah mengetuk pintu.
"Saya tidak sedang mencari tuan Daffa, karena saya juga tahu kemana dia pergi dan dia juga pamit dulu dengan saya sebelum beliau pergi kemanapun. Saya kemari hanya ingin menemuimu dan mengatakan apa yang telah kau dapatkan menikah dengan tuan Daffa? apa kau menginginkan hartanya atau hatinya? kalau kau mau hartanya sepertinya keinginannmu itu akan segera tercapai, tetapi kalau kau menginginkan hatinya maka sebaiknya kau mundur saja, sebab itu tidak akan pernah tercapai karena aku mengenal betul siapa itu Daffa Mahendra, tapi bukankah kau sudah merasakan sendiri ditinggalkan begitu saja di hari pertama pernikahanmu." papar Roy sambil mengejek istri muda tuannya itu, sedangkan Jeslin hanya tersenyum saja menanggapi ucapan ketus dari asisten suaminya itu.