Laras bangun terlebih dahulu daripada Panji. Dia meregangkan badan yang pegal-pegal akibat aktifitas semalam. Diliriknya sang suami yang masih tertidur pulas dengan badan bagian atas yang polos tanpa balutan baju. Laras tersenyum tipis mengingat betapa jujurnya dia tadi malam. Bahwa dia meminta haknya sebagai istri, yaitu nafkah batin yang jarang sekali diberikan oleh suaminya.
Sekarang sudah menunjukkan pukul lima pagi. Meski semalam Laras memejamkan mata ketika jarum jam menunjukkan pukul dua pagi, entah kenapa sekarang dia tidak merasa ngantuk sama sekali. Sebaliknya, dia merasa sangat bersemangat. Mandilah dia, berpakaian asal dengan cepat dan langsung turun ke dapur untuk membuatkan sarapan sang suami.