Dengan langkah yang lunglai, Laras masih berusaha untuk menapaki trotoar tanpa terhuyung sedikitpun. Perban lebar yang bertengger di kepalanya pasti membuat semua orang memperhatikannya dengan heran. Mereka mungkin bertanya-tanya dalam hati, pasien dari rumah sakit mana ini yang keluar di waktu sore hari dengan wajah pucat dan perban yang masih basah.
Namun Laras tidak peduli. Pikirannya masih penuh akibat ucapan Gin ayang mengatakan bahwa salah satu ovariumnya telah diangkat yang artinya kini Laras hanya memiliki satu ovarium. Ditambah lagi dengan dirinya yang baru saja mengalami keguguran dengan penyebab yang sama. Kesehatan Laras memburuk, mentalnya semakin sakit. Bahkan kalau boleh meminta, Laras ingin mati saja sekarang.