Panji sedikit bersenandung tatkala kakinya melangkah menuju kamar rawat Laras. Di tangan kanannya sudah ada soto tangkar pesanan Laras meski perempuan itu sempat misuh-misuh sebab ada beberapa bahan yang dihilangkan. Panji teramat senang saat Laras bermanja-manja padanya. Meski kadang kesabarannya terasa diuji, tetap saja Panji suka momen-momen seperti ini.
Ketika Panji membuka kenop pintu kamar rawat Laras, detik itu juga alisnya menukik ke bawah. Tidak terlalu tajam sebab dia hanya bingung. Bingung karena di atas brankar rumah sakit ini, tidak ada siapa-siapa. Seharusnya di sana ada Laras yang terbaring sembari menatap Panji dengan senyum lebar sebab telah membawakannya soto tangkar. Tetapi sekarang, brankar itu kosong. Tidak ada siapa-siapa yang berbaring di atasnya kecuali selimut yang nampak berantakan.