Entah karena masih terpengaruh oleh obat yang pernah Laras konsumsi sebelumnya atau memang tenaganya yang benar-benar habis, perempuan itu memejamkan mata dan bersandar di bahu Randi. Awalnya laki-laki itu juga terkejut, namun setelahnya malah tersenyum lebar seperti orang gila. Memangnya siapa yang tidak senang jika bahunya dijadikan sandaran bagi orang yang dicintainya untuk tertidur?
Sial! Randi jadi ingat masa-masa mereka pacaran dulu.
Kalau saja dirinya tidak bodoh dan berani mengambil keputusan untuk menikahi Laras, mungkin hal ini akan sering ia dapatkan setiap hari, lebih bahkan. Tapi lagi-lagi harus Randi katakan kalau penyesalan selalu ada di belakang. Setelah menyesal bukan kepalang, tidak ada yang bisa dilakukan selain pasrah dan berharap.