Marah, kecewa juga kesal bercampur aduk menjadi satu. Siapa yang tidak marah jika berada di posisi Laras? Dibuang, seolah sampah yang bisa mencemari satu lingkungan. Padahal awal dari semua ini adalah Randi sendiri, tapi laki-laki itu seolah angkat tangan atas resiko dari perbuatannya sendiri.
Laras memang tidak menangis, karena rasanya akan sia-sia saja. Yang perlu ia pikirkan sekarang adalah bagaimana hidupnya ke depan? Bagaimana nasib anak yang ada di dalam kandungannya? Ia tidak akan bisa hidup sendirian dengan anak tanpa ayah. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak pernah ia cintai sebelumnya.
Cinta akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Begitulah kira-kira ungkapan banyak orang. Namun bagi Laras, pernikahan itu terjadi jika kedua pasangan sudah saling mencintai. Bukan hanya salah satu dari mereka, tetapi keduanya.