Garron dengan sangat percaya diri dia bergumam bahwa putri Anatha sedang membela nya, pada dasarnya sikap Anatha memang tidak menyukai keributan, karena Agatha yang sangat menyukai hal berantakan segala apapun itu, termasuk sikapnya.
****
Dikursi, Anatha mencoba berbicara dengan Agatha yang sedang emosi, terlebih lagi Agatha benar benar dibuat kesal sedari pagi, "Agatha, cukup. Seperti nya dirimu harus belajar mengontrol emosimu, dia hanya sebatas mendengar bahkan dia tak akan tau apa itu sihir tingkat lanjut, ilmu yang hanya diajarkan para bangsawan yang pernah memimpin, sedangkan dia?"
"Kau terlalu banyak membual Anatha, dia itu murid yang masuk dengan sertifikat white children, kau harusnya tau bagaimana kemampuannya, jangan hanya sebatas dia bukan bangsawan, bisa saja dia menghancurkan kita!"
"Agatha sadarlah ini bukan saatnya bermimpi, aku akan tertawa jika itu benar benar terjadi."
"Kau selalu saja meremehkan sesuatu, Anatha."
Kesibukan diatas kursi, mereka terus adu pendapat tentang siapa yang benar dan salah, bahkan tidak terlihat siapa yang sedang mengingatkan sesuatu, ketika jam pelatihan dimulai, Anatha dan Agatha beserta teman sekelasnya segera menuju tempat yang ditentukan, saat itu Anatha buru buru membereskan barang miliknya, karena ia baru saja dari toilet, tapi Agatha siap sedia menunggu disebelahnya demi menjaga misinya hari ini.
"Kau terlihat serius untuk kali ini, Agatha." ucap Anatha sembari membereskan tasnya.
Pandangan yang tajam bagaikan mata elang, Agatha dikelas hanya duduk disamping Anatha menatap kedepan, hari ini dia tidak banyak bertingkah, moodnya sudah dirusak sedari pagi, "Lakukan dengan cepat, kau bisa membuat nilai kita minus."
"Tumben sekali, aku berusaha secepat mungkin, dibandingkan meja mu, sangat berantakan Agatha." Anatha terus membual dengan Agatha yang kesal terhadapnya, ditambah ia sengaja mengolok olok Agatha, hanya sebuah candaan saudara.
"Cepat lah, dikelas bukan hanya ada kita." ucap ketus Agatha, sedari itu Anatha melirik sekitar dia menemukan kehadiran Garron yang sedang duduk santai dengan buku didepannya, Garron menatap senyum Anatha.
"Ah, seperti nya aku menemukan jawabannya." ucap Anatha
"Sekali lagi aku katakan, cepat."
Anatha merasakan sesuatu yang aneh dalam diri Agatha, tak biasanya dia seperti ini, sikap Agatha membuat Anatha takut dengannya saat ini, Agatha yang berusaha membereskan buku serta melipat baju seragam nya, dan sekarang dia mengenakan baju khusus untuk melatih sihir, tangan yang bergerak cepat bahkan terlalu cepat membuat Anatha menjatuhkan buku sihir yang menjadi misinya kali ini, hal tersebut dilihat oleh Garron.
Garron yang sedari awal memerhatikan Anatha, bahkan dia tak peduli dengan mejanya dia hanya melihat kearah Anatha yang sedang sibuk berberes beres, sedangkan Agatha, dia duduk kesal dan hanya menatap kedepan, Garron dengan sigap mengambil buku yang jatuh, dimana buku itu tepat terbuka dipertengahan lembar buku yang hilang.
Agatha melihat Garron yang seenaknya membuka dan memegang buku tersebut, dia segera merampas kasar dari tangan Garron, yang tak sengaja mata Garron melirik ke sebuah angka perlembarnya.
"Jangan seenaknya menyentuh barang orang!" ketus Agatha
"Astaga, Agatha dia hanya membantu buku ku yang terjatuh didepan mejaku." sambung Anatha dengan tangan menutup mulutnya dia shock melihat betapa sigapnya Garron.
Agatha melihat kearah Anatha dengan mata terpelotot buku yang dia peluk, "Anatha! kau serius menjatuhkan buku ini? kau benar benar ingin dihukum!?"
Agatha yang tiba tiba berbicara dengan amarah seolah olah dia sedang takut akan sesuatu, kejadian yang membuat Garron bingung, Agatha membentak Anatha hanya karena sebuah buku yang terjatuh.
"Lembaran dibuku itu hilang?"
Pertanyaan Garron membuat kepala kedua putri tersebut kehadapan nya, mata yang terbelalak melihat Garron, terutama Agatha dia dengan jengkel melihatnya.
"Tidak, ini bukan urusan mu." ketus Agatha.
"Benar, buku ini ada lembaran yang hilang, apa kamu tau dimana menemukan nya?" Dengan polos Anatha bertanya kembali, dia hanya ingin segera mendapatkan reward dari ayahnya, dia ingin sekali berlatih sihir!
Agatha melirik kaget dengan apa yang dipertanyakan Anatha, "Kamu! benar benar sudah gila ya Anatha?!"
"Ah maaf jika itu hal terlarang tapi, aku mengetahui cukup banyak tentang mendapatkan sebuah benda yang hilang." ucap Garron
"Sekali lagi dengarkan, kami tidak butuh bantuan mu, kau hanya murid biasa, tolong ini masalah kerajaan." dengan tegas Agatha memberikan peringatan dengan keadaannya dia segera berdiri menarik tangan Anatha beserta membawa buku tersebut keluar, hanya tersisa Garron dikelas.
Apanya rahasia kerajaan diberikan ke dua putri yang tidak becus? seharusnya aku yang pantas.
****
Ditempat pelatihan, Agatha dan Anatha datang sedikit terlambat ketika semua akan memulai pemanasan energi, disusul dengan Garron, pelatih mereka justru terheran heran dengan kedua putri yang datang terlambat, terutama Anatha, jelas Anatha terus meminta maaf karena datang terlambat, Agatha hanya berdiam kesal.
Justru Garron murid terakhir sampai, pelatihnya berkata jika terus terlambat haknya bisa saja di ambil paksa dan diberikan ke orang lain, sepanjang pelatih memarahinya Garron justru hanya membungkukkan badan berkali kali tanpa meminta maaf, dan kembali ke tempatnya dengan wajah tak bersalah.
Agatha benar benar jengkel dengannya, dia terus memperhatikan sikap Garron dimana setiap saat ada Anatha selalu saja ada dia, "mengerikan" gindik Agatha.
****
Praktek akan segera dimulai, pelatih memberi perintah untuk semuanya menyimpan hal apapun itu yang berbau luar dari pelajaran, mereka biasanya memiliki backpack atau tas sendiri sendiri yang hanya di simpan energi, jika energi tidak cukup mereka akan mengalihkannya ke sebuah buku, besar energi mereka tergantung dari derasnya darah bangsawan.
Ketika semua mulai memainkan energi mereka, justru hanya Garron terlihat kebingungan, disini hanyalah Agatha dan Garron yang tidak melakukan hal tersebut, Agatha jelas terus terang mengabaikan pelajaran sihir tapi dia tidak pernah menimbulkan kekacauan, "Pelatih sebentar lagi pasti akan memukulnya." gumam Agatha kehadapan Garron.
Pelajaran berlangsung dengan Garron yang serba kebingungan, bahkan dari awal dia tidak menyimpan apapun yang dia bawa dari kelas, buku ditaruh begitu saja diatas meja praktek, dengan berlangsungnya praktek seisi tempat diam, sunyi, dan fokus dalam mengembangkan proses sihir mereka, semua berfokus, Agatha melirik aneh ke meja Garron seperti ada hal besar yang akan terjadi.
Dari titik pojok sebrang, Agatha semakin tidak fokus dia mencoba mengabaikan hal yang akan terjadi, takutnya itu adalah sebuah gangguan dari lawan mereka, karena ini alam luas, mencoba ikut bergabung ke aliran pikiran, gertakan dari meja Garron terus mengusik telinga Agatha, dia semakin tidak fokus.
"Tenang, tenang harus tenang." ucap Agatha keluar dari aliran pikiran, lalu dia mencoba memasuki nya lagi.
Suara benda benda diatas meja Garron semakin menjadi jadi, bahkan benda tersebut menerbangkan diri disekitar Garron yang sedang sangat amat fokus, kejadian itu terlihat didepan mata Agatha...
*****