Sementara itu di lain tempat.
Ranti terus memandangi suaminya ini.
"Kau ini bisa hadap ke depan tak?" tanya Arman yang risih terus di pandangi Ranti.
"Bisa," sahut Ranti dengan cepat menghadap ke depan.
"Aku harus merubah sikap kasar dan marah-marah Mas Arman, agar rumah tangga yang sehat itu bisa terwujud," gumam Ranti dalam hatinya.
"Memangnya Arsya harus sarapan pakai buah?" tanya Arman yang masih sangat malas keluar malam-malam begini.
"Iya lah, lagi pula Arsya itu lebih suka sarapan pakai buah dari pada bibir instan yang selama ini kau belikan itu," jawab Ranti dengan santainya.
"Terus kalau siang biasanya aku buatkan bubur sendiri, lauknya sup daging. Tapi dagingnya aku giling halus," ujar Ranti.
"Aku tak tanya," sahut Arman dingin.
"Hihi," gerutu Ranti dalam hatinya.
"Makanya apa-apa itu di cek, jangan seperti ini merepotkan ku," gerutu Arman.
"Maaf," sahut Ranti lirih.
Tak lama ponsel Ranti berdering.