Chereads / Semusim Rasa / Chapter 10 - Semusim Rasa : Dua Insan Bersama

Chapter 10 - Semusim Rasa : Dua Insan Bersama

Pukul jam 7.30. Sekar dan Brahma akan segera keluar dari kamar hotel untuk sekedar jalan-jalan mencari makan malam. Mereka berdua berencana untuk makan sate kelinci di dekat hotel tempat dia menginap.

Senyuman itu terlihat sangat jelas sekali di wajah Sekar saat itu. Dia selalu menikmati saat-saat bersama dengan Brahma, suaminya. Senyuman yang dipancarkan bagaikan rembulan di malam hari yang sedang cantik-cantiknya. Langit malam terlihat sangat jarang sekali yang ditaburi beberapa bintang-bintang yang membentuk sebuah rasi bintang.

Sekar dan Brahma terlihat seperti sepasang insan yang saling memadu kasih. Keduanya terlihat sangat serasi sekali. Bahkan membuat beberapa orang sekitarnya menatap mereka berdua yang sedang bermesraan.

" Kita beli sate kelinci di situ aja! Kata temen aku sate kelinci di situ emang enak banget!" kata Sekar menatap Brahma dengan menunjuk ke arah pedagang sate kelinci yang di ujung sana.

"Baiklah kita akan beli di sana." Ujar Brahma menatap Sekar yang terlihat sangat berantusias sekali untuk membeli sate kelinci atas rekomendasi dari sahabatnya. Dia percaya kalau Sekar benar-benar tidak pernah salah untuk memilih beberapa kuliner terenak sama mereka pacaran dulu.

Sekar dan Brahma sering sekali untuk kuliner walaupun hanya keliling kota Malang saat itu. Mereka berdua tidak pernah terlepas dari makanan apapun itu walaupun hanya sekedar angkringan. Mereka berdua terlihat sangat kompak sekali saat itu namun mereka sempat berpisah karena sesuatu. Kini sebuah takdir benar-benar mengirim mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Sekar dan Brahma terlihat sedang bergandengan tangan sambil berjalan menuju ke pedagang sate kelinci. Mereka berdua mulai melangkahkan kedua kakinya perlahan-lahan.

Sekar mulai memeluk lengan kanan Brahma sambil menempelkan kepalanya ke bahu kanan Brahma. Dia terlihat sangat manja sekali terhadap Brahma untuk beberapa hari ini. " Aku menyangka sekali kalau kita berdua bisa bersatu dalam sebuah ikatan! Walaupun kita dulu pernah saling bertolak belakang dalam menjalin sebuah hubungan! Tapi tidak ada lelaki sebaik dirimu yang membuat aku benar-benar jatuh cinta kepada dirimu! "Sekar mengucap dalam hati kecilnya tentang perasaannya yang sebenarnya sambil berjalan beriringan bersama dengan Brahma saling menggenggam erat arti sebuah perasaan yang sesungguhnya. Semuanya atas kehendak Yang Maha Kuasa.

Kemudian kedua langkah kaki mereka berdua pun berhenti di pedagang sate kelinci.

" Pak, saya pesan sate kelinci 20 tusuk saja dengan lontongnya satu porsi saja. " ujar Sekar memesan 20 tusuk sate kelinci dan satu porsi lontongnya.

Sedangkan Brahma pun hanya mengiyakan apapun permintaan dari sekarang. Dia sangat beruntung sekali memiliki istri yang begitu sederhana dan mau mengerti dia.

*

Alana benar-benar sangat frustasi sekali bahkan dia memutuskan untuk pergi keluar untuk sekedar menghilangkan rasa stressnya. Dia mulai melangkahkan kedua kakinya keluar dari kamar dengan membanting pintunya dengan kesal. Dia berencana untuk pergi ke sebuah kafe tapi dia berubah pikiran untuk pergi ke sebuah klub malam. Dia ingin menghabiskan malamnya di sana dengan berjoget di lantai dansa dan menikmati beberapa minuman beralkohol yang membuat dirinya akan terbang melayang.

Semua bayangan tentang Brahma dan kenangan itu benar-benar melekat di dalam ingatan Alana." Kenapa kamu selalu berlari dalam angan-angan benak pikiranku? " Dia mulai menggumam dalam hati kecilnya sambil melangkahkan kedua kaki.

Alana mulai menuruni anak tangga rumahnya menuju ke lantai bawah. Dia melihat ayahnya sedang duduk di sofa ruang tamu namun dia tidak mempedulikan karena dia menganggap semua itu adalah salah Ayahnya yang menolak hubungannya dengan Brahma. Dia sangat kesal sekali dengan sikap ayahnya yang selalu saja menuntut dan menekan dia. Padahal dia hanya ingin sebuah kebebasan yang sesungguhnya Karena dia sudah merasa sangat dewasa sekali untuk menentukan sebuah pilihan kehidupannya. Tapi ayahnya selalu saja mengikut campur kan urusannya bahkan tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Brahma saat itu.

Alana mulai menarik nafasnya perlahan-lahan. Dia berusaha untuk menahan dan meredam emosinya ketika dia berhadapan dengan ayahnya yang cukup keras kepala dan tidak pernah bisa untuk mengerti dia sama sekali.

Alana mulai tersenyum menyambut ayahnya walaupun di hatinya cukup menyayat karena ayahnya benar-benar memisahkan dia dengan cinta sejatinya. Dia akan berusaha membuktikan kalau Brahma adalah lelaki yang terbaik untuk dirinya. Walaupun saat ini keadaannya sudah berbeda. Tapi dia tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang telah dia inginkan selama ini. Sikap yang terlalu ambisius itu benar-benar membuat dirinya terjebak.

" Alana! Kamu mau ke mana?" ayahnya mulai menggantikan kedua langkah kakinya namun dia hanya menatap wajah ayahnya sambil tersenyum saja. "Alana, sebaiknya kamu di rumah saja karena ini sudah jam 9 malam. Apa kamu mau mabuk-mabukan lagi seperti kemarin? "

Alana yang menelan salivanya sendiri. Lalu dia pun mulai berkata, "Alana hanya ingin mencari angin Ayah tidak lebih dari itu! Paling cuma beberapa jam aja! Kalaupun Alana tidak pulang berarti sedang menginap di rumah teman."

" Ayah tahu kalau kamu kemarin itu sedang mabuk berat. Beberapa orang kepercayaan Ayah sedang mengawasi kamu! Kamu mau jadi apa? Ayah itu...."

Kemudian Alana memotong pembicaraan ayahnya yang selalu saja mementingkan dirinya sendiri. Dia sangat kesal sekali karena pencitraan ayahnya sebagai calon bupati di Malang. Dia tahu kalau ayahnya benar-benar menjaga image-nya.

Sikap ayahnya benar-benar keras sekali hingga mewarisi ke Alana. Bahkan sikap ambisiusnya juga.

Sebenarnya Alana merasa risih dengan image ayahnya yang akan mencalonkan sebagai bupati di tempat tinggalnya. Dia merasa dunianya benar-benar dikekang. Dia merasa tidak memiliki sebuah ruang gerak untuk hal yang ingin dia lakukan selama ini. Semuanya memiliki sebuah batasan dan aturan-aturan yang diluar nalar. Sebenarnya dia juga merasa tidak betah tinggal di rumah yang penuh dengan drama kehidupan.

Alana hanya bisa tersenyum kecut melihat ayahnya yang penuh dengan pencitraan di masyarakat. Dia benar-benar tidak menyangka kalau terjebak dalam sebuah lingkungan yang cukup toxic.

"Udahlah Ayah! Sebaiknya Ayah itu fokus aja terhadap pencitraan yang Ayah lakukan selama ini! Dan Alana tidak mau terlibat di dalamnya! " kemudian Alana pun pergi begitu saja meninggalkan ayahnya Bahkan dia tidak menggubris sama sekali ucapkan ayahnya. Dia sudah lelah dengan sebuah drama kehidupan yang dilakukan oleh ayahnya atas dasar pencitraan demi mendapatkan posisi sebagai bupati.

*

Sekar dan Brahma mulai menikmati menu makanannya di pinggir jalan. Sate kelinci yang telah mereka pesan sudah tersaji di hadapan mereka bersama dengan satu porsi lontong yang dimakan berdua. Mereka berdua terlihat seperti sepasang yang begitu menebarkan aroma cinta yang sesungguhnya.

" Apakah kamu bahagia selamanya bersamaku, Sekar?"

"Aku akan bahagia selama kamu bersamaku karena kamu adalah pilihan dalam kehidupanku menjadi Imam dalam keluargaku."

Brahma tersenyum menatap Sekar.