Di Rooftop Cafe, pukul 04.00 sore.
"Bhram, Tunggu!"
Brahma pun menoleh melihat Alana yang berdiri di belakangnya.
"Kamu mau apa lagi sih, Al?"
Alana mulai menghampiri Brahma lalu dia memeluk Brahma dari belakang.
" Brahma, aku ingin bersamamu. Apa kamu tidak bisa memberikan aku sebuah kesempatan lagi?"
"Al, kamu juga sudah tahu kan kalau aku udah menikah dengan Sekar. Hubungan kita tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu lagi. Sebaiknya kamu lupakan aku dan cari penggantiku. "
" Aku nggak mau. Aku cuman maunya sama kamu."
"Al, kamu Jangan bersikap seperti ini. Bagaimana jika ada orang yang melihat kejadian ini lalu dia....."
" Brahma, kenapa sih kamu tega banget sama aku? Aku sangat mencintaimu tapi kenapa kamu malah menghianati cinta aku dengan perempuan lain? Apa kamu hanyalah seseorang yang cuman bisa mainin hati seorang perempuan seperti aku ini?"
Brahma berusaha untuk melepaskan pelukan dari Alana.
"Aku nggak bisa ninggalin kamu ataupun aku nggak bisa ngelupain semua hal yang berhubungan tentang kita Brahma! Aku sangat mencintaimu! Sangat mencintaimu! Tapi kenapa kamu malah berhenti berjuang untuk aku? Apakah aku tidak pantas untuk kamu perjuangkan?"
Bhrama melepaskan pelukan dari Alana lalu dia mulai berkata kepada Alana, "Hubungan kita harus diakhiri karena untuk apa kita menjalani hubungan tanpa restu dari kedua orang tuamu?"
"Kamu keterlaluan! Kamu jahat Brahma! Harusnya kamu itu ngertiin aku, bukan malah menikah dengan perempuan lain selain aku! Apa salah aku?" Bendungan air mata Alana pun mulai jebol. Air mata itu pun mulai merembes membasahi kedua pipinya. Tatapan kedua matanya terlihat begitu sangat jelas jika dia merasa hatinya sangat sakit sekali."Kamu harusnya ngertiin aku! Aku sangat cinta sama kamu Bhrama! Bagaimana bisa aku melupakan dirimu, sementara hati ini hanya untuk kamu Brahma?"
Brahma mulai mematung ketika mengingat sebuah kejadian di mana Hermawan yang merupakan ayah dari Alana mengajak ketemuan di sebuah restoran. Dia masih mengingat kejadian itu lekat dalam isi kepalanya.
"Brahma, Kamu tahu kan kenapa saya mengajak kamu ketemuan langsung di sini?"
"Saya tidak tahu Om. Memang ada apa ya om Hermawan ingin menemui saya?"
"Kamu harus sadar posisi kamu siapa. Kamu dan anak saya itu tidak setara bahkan status sosial kalian sudah berbeda. Saya tidak ingin menjadi bahan perbincangan rekan-rekan saya. Kamu tidak layak untuk putriku!"
Bhrama diam saja mendengarkan kalimat-kalimat penghinaan dari Hermawan.
"Kamu sebaiknya jangan terlalu banyak bermimpi untuk dekat-dekat dengan anak saya. Karena saya tidak akan pernah mengizinkan hubungan kalian lebih dari ini. Kamu hanyalah seorang anak buruh pabrik. Dan kamu tidak layak bersama dengan anakku. Apalagi kamu hanyalah seorang marketing motor yang tidak bisa diandalkan sama sekali. Dan kamu juga masih belum menyelesaikan pendidikan kamu. Udahlah sebaiknya kamu mengakhiri hubungan kamu dengan anak saya. Karena hubungan kalian itu hanyalah hubungan yang sia-sia dan saya tidak akan pernah merestui kamu dengan putri saya!" Kalimat penegasan kata yang keluar dari mulut Hermawan seakan menampar wajah dari Brahma. "Ingat saya bisa lakukan apa saja dengan keluarga kamu. Jika kamu tidak pernah mendengarkan ataupun menuruti apa kata-kata saya."
Hermawan (L/50) adalah seorang anggota DPR. Dia memiliki gengsi yang cukup sangat besar sekali. Dia tidak akan pernah menerima seorang laki-laki seperti Brahma yang hanya memiliki penghasilan pas-pasan bahkan Brahma bukan dari kalangan orang-orang penting.
Kedua tangan dari Brahma mulai mengepal ketika mengingat kejadian setahun yang lalu. Dia merasa direndahkan oleh keluarga dari Alana. Sejak itu dia berpikir untuk berpisah dengan Alana.
"Iya, aku tidak pernah mencintai kamu Alana. Aku hanyalah main-main saja dengan kamu saat itu. Kamu jangan pernah ganggu kehidupan aku kembali dengan istri kesayanganku. Ingat kalau hubungan kita tidak akan pernah mungkin terjadi lagi seperti dulu. Aku tidak pernah memiliki sisa rasa kepada kamu sedikitpun itu."
"Kamu bohong! Kamu masih mencintai aku Brahma! Aku tahu Kalau sebelum kejadian itu, kamu menemui Ayahku, kan? Kenapa kamu tidak pernah bilang sama sekali Kalau Ayahku tidak pernah menyetujui hubungan kita berdua Kamu kira aku bodoh?!"
"Al, kita tidak akan pernah mungkin untuk bersama lagi. Aku sudah menikah dengan perempuan lain, tidak mungkin aku menghianati perempuan lain untuk hubungan yang terlarang ini! Udahlah kamu lupakan aku untuk selamanya. Masih ada laki-laki yang bisa membahagiakan kamu."
Alana tidak bisa untuk berkata-kata lagi. Dia hanya diam mematung sambil menatap wajah Brahma.
*
Pukul 07.00 malam Sekar sudah kembali pulang dengan membawa beberapa tas-tas belanjaan. Dia mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Dia menikmati uang sepuluh juta yang telah dia pinjam di pinjol.
"Ternyata begini ya bisa menikmati uang untuk jalan-jalan. " Sekar pun tersenyum sambil menatap langit-langit di kamarnya. Dia merasa belanja adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan penat di kepalanya.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah kontrakan Sekar. Dia langsung saja melangkahkan kedua kakinya menuju ke pintu rumah kontrakan. "Pasti itu adalah Mas Brahma!"
Tepat di depan pintu rumah kontrakan, Sekar langsung menghentikan kedua langkah kakinya. Dia segera untuk membukakan pintu rumah kontrakannya. Dia melihat ada Brahma yang sedang berdiri sambil tersenyum kepadanya.
"Sayang, aku bawa martabak asin kesukaan kamu. Tadi aku membelinya di langganan kita berdua."
"Oh." Sekar terlihat hanya berekspresi datar. Dia seolah tidak menyukai kehadiran dari . "Oh ya, Mas. Hari ini kamu dapat uang berapa untuk setoran ojek online keliling?"
Brahma mengeluarkan sejumlah uang pecahan dua puluh ribu sebanyak lima lembar. Lalu dia mulai memberikan kepada Sekar.
"Astaga! Kamu dari tadi pagi kejar setoran tapi cuman dapat uang seratus ribu?! Mas, kamu itu sadar nggak sih kalau kebutuhan kita Itu banyak. Belum lagi keperluan di dapur itu udah habis. Terus Skin Care ku pun juga habis. Ternyata menikah dengan orang miskin itu makin menjadi menderita! Aku kira kamu itu melanjutkan kuliah kamu agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan sekarang. Aku nyesel sebenarnya mau nikah dengan kamu, Mas!"
Wajah Sekar terlihat begitu sangat bete sekali ketika hanya mendapatkan uang yang tidak sesuai dengan ekspektasinya selama ini. Tiba-tiba dia pun mulai kepikiran dengan pinjaman online yang telah dia lakukan sebanyak sepuluh juta rupiah. Dia sangat bingung sekali, bagaimana caranya untuk mengembalikan uang sejumlah sepuluh juta rupiah.
" Sekar, seharusnya kamu itu bersyukur."
"Maksud kamu bersyukur menjadi orang yang miskin nggak punya apa-apa seperti ini? "Sekar menatap sinis ke arah suaminya." Kamu aja nggak bisa bikin aku bahagia, Mas. Bahkan kamu sekarang aja cuman jadi ojek online aja. Sampai kapan kamu harus seperti ini terus?" Dia terlihat sedikit meledek dengan senyuman yang sangat kecut ke Brahma.
Brahma hanya diam saja.
"Capek aku ngomong sama kamu berulang kali sampai mulut aku berbusa, Mas!"