Chereads / Nice To Meet You, Boy / Chapter 5 - Fun

Chapter 5 - Fun

"Anna, kamu istirahat dulu, ya, disini. Jangan ikut pelajaran dulu," ucap Dokter Naya lembut ketika mendengar bel berbunyi tanda pelajaran peetama dimulai.

"Tapi pelajaran pertama di kelasku matematika," keluh Anna.

"An, kamu ikutin kata Dokter Naya aja, ya, aku sekarang mau ke kelas dulu," pamit Altan yang diangguki Anna.

Altan pergi meninggal Anna bersama Dokter Naya di UKS.

"Kamu istirahat aja, ya, An, saya akan hubungi Pak Rudi dan meminta izin untuk kamu," ucap Dokter Naya senyum. Anna mengangguk.

Dokter Naya meninggalkannya. Gadis itu mengambil ponselnya di saku jas sekolahnya. Membuka aplikasi Funfact dan membaca postingan-postingan yang ada diberandanya. Ada satu postingan dari akun fungosip bercentang hitam lewat berandanya.

"Oh, ini yang tadi bikin heboh," gumam Anna setelah membaca postingan yang tak sempat ia lihat tadi. Ia juga membuka komentar dari postingan itu.

"Itu gak boleh terjadi."

"Ini bohongan gak sih? Yakali Anna sama Altan musuhan."

"Kapal gue gak boleh karam!!"

"Anna, ayo dong baikan sama Altan!"

"Perfect couple ini gak bakal karam kok gauys!"

"Gue dukung selalu Anna!!"

"Tapi gue seneng sih mereka musuhan, jadi ada peluang buat gue."

"Baguslah, akhirnya si Altan sadar, kalo si Anna ini ga sesempurna yang dia bayangin."

"Akhirnya doa gue terkabul!! Thank Tuhan!"

"Gila kalian! Julid banget jadi orang!"

Anna tersenyum miring membaca komentar julid itu. Ia tidak peduli dengan komentar julid siapapun, tapi ia akan senang menaggapi komentar baik untuknya. Asal mereka tidak tau kebenarannya, Anna tenang.

Ting!

Ada pesan masuk si ponselnya. Ternyata dari Altan.

"Ini anak kan lagi belajar, kenapa ngechat aku sih?" decak Anna sebal. Anna sebal jika Altan terus fokus padanya padahal sedang belajar.

Anna membuka pesan dari Altan dengan wajah sebalnya.

Jangan sampe aku liat kamu lagi online lagi ya An. Aku gak suka! Kamu harus istirahat

Ting!

Kalo kamu masih online aku bakal spam kamu sampe kamu offline

Ting!

Bodoamat ya aku lagi belajar juga

Ting!

Off dong An! Aku gak fokus nih belajarnya ... nanti Pak Ridwan marahin aku loh

Anna memutar bola matanya malas. Ia menyimpan kembali ponselnya dan memutuskan untuk tidur sebentar di UKS sekolah tanpa membalas pesan dari Altan.

_____

Ini sudah jam 10;00 WIB. Pelajaran ketiga dimulai setelah istirahat sejam yang lalu. Anna sudah duduk dibangkunya. Menyiapkan buku IPA di mejanya karna sekarang adalah pelajaran Pak Ridwan.

Lira, gadis yang duduk di depan Anna menoleh padanya karna Pak Ridwan belum ke kelas.

"An, nanti mau ikut gak?" tanya Lira dengan wajah sumringah.

"Kemana?"

Lira mengubah posisinya menjadi menghadap Anna. Dengan wajah sumringah gadis itu mengatakan, "Katanya, si Yuni mau traktir kita ke caffe."

"Ada acara apa?"

"Ih, An! Masa lo gak tau sih?" Lira heboh sendiri.

"Ya, emang apa?"

"Si Yuni tuh udah jadian sama Fabian," bisik Lira masih dengan wajah sumringahnya.

"Oh, siapa aja yang ikut?"

"Anak kelas ini diajak semua, tapi kalo misalkan ada yang ga ikut gak apa-apa."

"Tapi, kapan mereka jadiannya? Bukannya si Yuni suka heboh kalo ada doiku?"

"Kayanya semalem deh, lo mah gak asik sih, jarang nimbrung di grup." Wajah Lira berubah sebal.

"Grup chat kelas?" Lira mengangguk semangat.

"Bingung mau bales apaan, rame banget lagian tiap hari."

"Iya sih emang, biasa tuh tukang spam si Rilham sama si Juno," cibir Lira sambil melihat ke arah Rilham dan Juno.

"Li," panggil Anna pelan.

"Apa?" sahut Lira tanpa menoleh pada Anna.

"Kamu suka kan sama Rilham?"

Lira terbatuk mendengar tuduhan Anna. Anna memicingkan matanya ketika Lira menatapnya.

"Keliatan, ya?" tanya Lira dengan wajah polosnya.

"Beneran?" tanya Anna dengan wajah terkejutnya.

"Hah?"

"Aku cuma nebak," ucap Anna membuat Lira membulatkan matanya.

"Ih nyebelin banget, lo, An!" sungut Lira sambil memukul bahu Anna pelan.

Anna tertawa terbahak-bahak membuat seisi kelas melihat padanya.

"Ada apa? Kok gak bagi-bagi," ucap Juno kepo.

"An, diem, ya, An, jangan sampe ada yang tau apalagi akun gosip itu yang sebarin," perintah Lira dengan suara pelan agar tidak ada yang mendengar.

"Oke." Anna mengangguk dan tersenyum. Tanganya membentuk angka nol.

"Ada apa, An?" tanya Luna menghampiri Anna dan Lira.

"Gak apa-apa," ucap Anna tersenyum sambil menggeleng.

"Luna, sini, ikut gue ke ruang guru," ucap Pika dengan nada ketus. Gadis itu juga menatap sinis pada Anna.

"Eh? Iya," sahut Luna lalu berlari menghampiri Pika.

"Si Pika kenapa sih? Sinis mulu sama aku dari kemaren," keluh Anna pada Lira.

"Sini, deh." Lira mengkode supaya Anna mendekat padanya. Anna mendekatkan wajahnya pada Lira.

"Katanya si Pika masih suka sama si Altan. Bahkan mereka sempet pacaran."

"Hah?" Anna membulatkan matanya terkejut. "Kok bisa? Sejak kapan?"

"Sejak SMP," bisik Lira yang diangguki Anna dan mulut Anna membentuk huruf O.

"Lo gak cemburu?"

Anna menggeleng untuk menjawab pertanyaan itu.

"Kok bisa?"

"Itu cuma masa lalu, masa sekarangnya Altan 'kan aku," papar Anna dengan senyum manis diwajahnya.

"Pantes si Altan bucin sama lo, emang lo yang terbaik buat dia," ucap Lira dengan senyum tulusnya.

"Tapi, Li, aku mau tanya."

"Apa?"

"Kok kamu bisa tau?"

"Oh, itu karna gue satu sekolah pas SMP sama mereka."

"Oh." Anna mengangguk paham.

"Lo udah berapa lama pacaran sama Altan?"

"Sejak kelas satu."

"Longlast, ya, An, gue dukung lo," ucap Lira tulus.

"Makasih." Anna membalas dengan senyum dan mengangguk.

"An, inget, ya, lo gak boleh bilang tentang gue yang suka sama dia," ancam Lira dengan wajah cemberut.

"Oke." Anna mengedipkan matanya dan membentuk huruf O dari tangannya.

Ketika kelas 2-4 sedang asyik bercanda ria karna Pak Ridwan; Guru IPA belum datang, Pika dan Luna juga belum kembali, ada 3 orang yang masuk ke kelas itu.

"Rame banget ini," sindir orang itu membuat seisi kelas langsung diam dan duduk dibangkunya masing-masing.

"Kalian gak disiplin banget!" ketus orang yang berbeda.

"Siapa ketua kelas disini?" tanya gadis yang berdiri di tengah.

Tidak ada yang menjawab satu orang pun, membuat gadis yang berdiri dekat meja itu menggebrak meja.

"Kalian punya mulut 'kan? Jawab!" bentak Salsa. Ya, gadis yang notabenya sekretatis OSIS ini terkenal galak. Lebih galak dari Naura si Ketua OSIS.

Yoga; si wakil ketua kelas berdiri.

"Lo ketua kelasnya?" tanya gadis yang di tengah itu.

Yoga menggeleng. "Bukan. Tapi gue wakil ketua kelas, Na."

"Dimana si ketua kelas?"

"Lagi ke ruang guru," jawab Yoga.

"Oke." Gadis bernama Naura itu meghela nafasnya. Tangannya mengabil selembar kertas yang dipegang temannya; Salsa.

"Ini." Naura memberikan selembar kertas itu pada Yoga. Lelaki menerima dan membaca isi kertas itu.

"Tanggal ujiannya udah keluar?" Yoga terkejut.

"Bukannya kemaren udah di kasih tau, ya?" sindir Salsa.

"Kirain bakal ada pengunduran," canda Yoga.

"Buat kalian yang masih belom bayar biaya ujian, segara bayar," ucap Naura tegas.

"Sama itu, apa, ya? Duh, lupa gue," ucap Sinta gugup karna ada seseorang yang ia sukai dikelas 2-4 ini.

"Kalem aja sih Sin, woles, disini Rilham gak kemana-kemana, kok," ledek Juno membuat seisi kelas tertawa termasuk Naura.

"Heh!" sentak Sinta karna malu. "Oh, iya, bayar bulanan kas, ya. Kelas ini udah dua bulan nunggak."

"Wah, itu mah lo aja yang gak nagih ke sini," ledek Yoga membuat wajah Sinta merona.

"Apaan sih, gak jelas lo," pungkas Sinta.

"Udah, ya. Gue harap kalian semangat belajar dan bener-bener pas ngerjain ujiannya. Walau ini ujian kenaikan kelas," ucap Naura.

"Siap, komandan," sahut Juno diiringi tawa.

"Suruh sekretaris tulis jadwalnya di papan tulis, ya."

"Oke."

Naura, Salsa dan Sinta meninggalkan kelas 2-4.

"Li, kamu gak apa-apa?" tanya Anna sambil memegang bahu Lira dari belakang.

Lira menoleh pada Anna dan tersenyum, "Sakit, ya, ternyata."

Tbc ...