Setelah kembali dari ruang guru, Luna menulis jadwal ujian semester II dipapan tulis.
"Tulisannya si Luna kaya hidup gue, naik turun, gak bisa datar," kata Rilham diiringi julid.
"No comment, ya, guys!" tegas Luna masih menulis jadwal untuk hari Rabu.
"Yailah, Ril, bentar lagi juga jadian sama si Sinta," ucap Juno sambil menepuk pundak Rilham dengan tawa.
"Ceileh, baru juga diledekin uda di embat bae," sahut Yoga dari depan sambil menoleh pada Rilham dan Juno.
"Iya, nih, kaya jagoan kita tuh, si Fabian, udah jadian aja dia sama si Yuni," timpal Juno sambil memukul punggung Fabian yang duduk di depannya.
"Sakit, anjir!" tutur Fabian.
"Selow aja selow sama gue mah, gue jadiin," ucap Rilham dengan gaya tebar pesona.
"Perlahan tapi pasti ... eaaa." Juno heboh sendiri.
"Emang paling-paling gila si Rilham," ucap Fabian diiringi tawa. Diikuti Juno dan Yoga.
"Baaaacoooott." Rilham membuat pelangi dikepalanya mengikuti scene Spongebob yang menampilkan pelangi ketika mengatakan imajinasi.
"Anjir, ngakak gue," sungut Juno tertawa tepat dikuping Fabian.
"Lama-lama budek gue deket si Juno," keluh Fabian sambil menutup telinganya dan menjauh dari Juno.
"Itulah asalan gue ngejauh dari kalian," ucap Yoga menunjuk Fabian, Juno dan Rilham lalu tertawa.
"Bangke emang, lo, Yo, gak solid," ucap Rilham yang duduk di belakang Juno.
"Untuk kesehatan, gue gak mau solid."
"Dialah the real temen laknat," ucap Fabian sambil menunjuk Yoga.
"Udah deh gak usah banyak ngomong, tulis tuh jadwal, jangan sampe malu-maluin anak kelas dua empat, ya," pungkas Pika dengan nada jutek yang duduk di depan tanpa menoleh. Membuat Fabian, Yoga, Rilham dan Juno berhenti tertawa.
"Bacot," ucap Lira dengan nada ketusnya, membuat Pika menoleh padanya dengan sinis.
"Apa ngeliatin?" tantang Lira menatap sinis pada Pika. Gadis itu mengacuhkan Lira dan kembali menghadap depan.
Luna sudah selesai menulia dan kembali ke bangkunya yang berada dibelakang Pika.
"Li, kamu kenapa?" tanya Anna berbisik.
"Gak suka aja kalo udah bawa-bawa masalah nilai. Emangnya gue bisa otomatis pinter dengan cuma baca sehari doang," ketus Lira tanpa menoleh pada Anna. Nada suaranya juga di tinggikan agar terdengar oleh Pika.
Pasalnya, Lira ini ranking 3 dari urutan bawah. Gadis ini juga benci dibanding-bandingkan tentang nilai.
"Udah, Li, nanti kita belajar bareng," ucap Anna pelan.
"Bareng Altan?" Lira membalik badan menghadap Anna dengan wajah sumringah.
"Kalo Altannya mau ngajarin sih, its okay." Anna senyum.
"Lo gak cemburu, Na?" tanya Lira dengan wajah serius.
Anna menggeleng pelan, "Buat apa cemburu?"
"Ya, kebanyakan cewek kalo cowoknya ganteng, pasti gak mau dideketin orang."
"Kalo menurut aku, kalo cowoknya beneran cinta dan sayang, gak bakal kegoda mau secantik atau sebaik apapun cewek yang deketinnya," ungkap Anna membuat Lira menatapnya kagum.
"Keren banget emang pikiran, lo, An." Lira bertepuk tangan kagum.
"Bukannya nulis malah ngerumpi," sindir Pika.
"Sirik tanda tak mampu," sungut Lira menatap Pika sinis.
"Udah-udah, Li. Ayo nulis jadwalnya, nanti selama dua minggu kita belajar bareng di sekolah bareng Altan," ucap Anna pelan.
"Oke." Lira melanjutkan menulis jadwal yang sudah selesai Luna tulis di papan tulis.
"Apa? Belajar bareng Altan? Mau ikutan juga dong!" ucap Yuni heboh sambil menghampiri meja Anna.
Lira menoleh ke arah Yuni dan mengatakan, "Heh, lo udah punya pacar, ya, Yun, jangan centil deh."
"Yeh, Li, ini kan cuma belajar bukan ngegebet," bantah Yuni. "Boleh ikut 'kan, An?"
"Jangan, An, jangan, biarin suruh belajar sama si Fabian aja," ledek Lira tertawa.
"Ajak, ya, An," mohon Yuni dengan wajah melas.
"Kemana? Ikut dong," timpal Meta menghampiri meja Ana.
"Gak-gak. Gak ada yang boleh ikut! Ini khusus gue aja, only Lira," tegas Lira.
"Ih siapa loh?" sungut Meta kesal.
"Udah, An, kalo ada yang ikut selain gue, mending gak usah ajak Altan, mereka cuma mau deketin si Altan doang," ucap Lira. Anna mengangguk tersenyum.
"Ah! Gak seru," ucap Yuni cemberut lalu kembali ke bangkunya disebrang Lira. Diikuti Meta yang duduk di depan Yuni.
"Awokwok." Lira tertawa diikuti Anna.
Kelas kembali hening karna setelah menulis jadwal pelajaran, mereka mulai mengerjakan soal dari Pak Ridwan yang sudah Pika berikan di grup kelas.
"Males ah!" Rilham bangkit dari duduknya lalu keluar kelas.
"Heh, mau kemana lo, Nyet?" tanya Juno ketika Rilham sudah diambang pintu.
"Kantin lah, makan, laper gue disini, bikin pinter enggak." Rilham pergi dengan tak acuh pada apapun.
"Gue juga--"
"Jangan coba-coba buat keluar dari kelas sebelum waktunya," potong Pika mengancam. Membuat kelas menjadi hening.
Pika bangun dari duduknya dan keluar kelas untuk menyusul Rilham. Kelas mulai berisik setelah kepergian Pika. Tapi, Luna bangkit dari kursinya dan berdiri di depan.
"Guys, bisa dengerin gue sebentar?" tanya Luna pelan. Gadis itu tidak berani untuk berteriak.
Semua masih sibuk dengan obrolan-obrolan yang membuat kelas berisik tapi Luna tetap angkat suara.
"Guys, please! Dengerin gue sebentar!" ucap Luna meninggikan suaranya.
"Kenapa sih, sayang, kenapa?" Juno menotif Luna dengan nada bercanda. Beberapa murid menjadi fokus pada Luna.
"Tau kenapa tadi gue sama Pika lama di ruang guru?"
Beberapa murid menggeleng dan sisanya diam. Anna merasa Luna sedikit berbeda dari biasanya. Wajah Luna juga terlihat murung.
"Tadi Pika diomelin sama Pak Janu."
"Kenapa? Dia punya masalah sampe dipanggil guru BK?" tanya Meta kepo.
"Itu karna kalian. Dari semester satu sampe sekarang, masih gak disiplin. Itu yang buat Pika dipanggil Pak Janu karna dia yang bertanggung jawab dikelas ini," ucap Luna dengan nada sedih.
Semua diam dan merenungkan kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Dari mulai membuat guru matematika kesal karna serempak tidak mengerjakan PR, anak laki-laki tidak mengikuti kelas Bahasa Inggris, beberapa murid yang bolos kelas dan nongkrong di warung depan sekolah dan lain-lain.
"Kalian tau apa yang Pak Janu ucapin ke Pika?" Semua masih diam.
"Apa?" tanya Lira menantang.
Luna terkejut, semua mata menoleh pada Lira. Anna juga menepuk pundak Lira pelan, mencoba memperingati untuk tidak berbuat ulah.
"Kita semua bakal di skors kalo sekarang ada anak yang bolos lagi di pelajaran Pak Ridwan," ucap Luna penuh penekanan.
"Oh, gue kirain apa," sahut Lira tak acuh.
"Lira!" bentak Yoga.
"Apa? Apa salah gue?"
"Gue tau, Li, lo emang gak suka sama Pika, tapi please, untuk saat ini, hargai usaha dia," ucap Luna pelan.
"Yayayaya," keukeuh Lira dengan raut wajah bodo amat.
"Sekali lagi lo ngebantah, gue bakal bikin lo menyesal selamanya," ancam seseorang yang baru saja masuk ke kelas membuat Lira dan yang lainnya terkejut.
'Perasaan aku gak enak,' batin Anna melihat lelaki yang baru datang itu menghampiri Lira.
Tbc ...