Seperti hari biasanya, Seina masih menerima hukuman dan lama-kelamaan kakinya menjadi sakit dan pegal. Sempat ingin ia berteriak bahwa dunia sangat tidak adil baginya, namun mau bagaimana lagi tidak ada yang bisa berubah, semuanya sudah terjadi.
"Tau nggak Lan, aku seperti wanita biasa yang kadang rapuh," gumam Seina pada diri sendiri.
Hatinya merasa lelah, meskipun dalam dirinya merupakan wanita yang ceria namun tidak dengan hatinya, ingin sekali ia berteriak dan bercerita pada ibunya.
Andai...
Mata Seina menjadi gelap dan ia tertidur, dalam tidurnya ia memimpikan sesosok wanita yang sangat mirip dengan ibunya, kala itu Seina tidak sadar bahwa itu adalah mimpi sehingga membuatnya merasa campur aduk, ada rasa kesal, kangen dan rasa ingin disayangi.
"Ibu..." gumam Seina lirih.
Ibu itu hanya tersenyum saja, kemudian Seina mengatakannya lagi.
"Aku kesepian," gumam Seina.