Chereads / Goresan Cerita Gadis Kursi Roda / Chapter 31 - Mereka Diusir

Chapter 31 - Mereka Diusir

Semua orang memperhatikan kehadiran Zafira. Wanita itu terlihat asing bagi semua tamu yang hadir di sana. Tidak ada yang mengenalnya. Karena selama ini Zafira selalu menutup diri dari semua orang.

"Siapa dia?" tanya seorang tamu.

"Apakah dia Zafira? Anak itu sudah lama tidak kelihatan," sambut yang lainnya.

"Ya, kamu benar. Sepertinya dia adalah zafira. Sejak kecelakaan itu dia tidak pernah menampakan diri."

Para tamu terus berbincang tentang Zafira, gadis yang tidak pernah menunjukkan wajahnya kepada siapapun. Selama 15 tahun gadis itu bersembunyi di dalam rumah dan di dalam kamarnya. Inilah saat pertama kali dia keluar untuk bertemu dengan orang lain. Itu juga karena ada dukungan dari Zafran, pemuda tampan itu membantu zafira keluar dari dalam kamarnya. Membantu sang istri keluar dari persembunyiannya. Sebab ini adalah kali terakhir bagi mereka untuk melihat jenazah kakeknya. Zafran tidak ingin jika zafira menyesal seumur hidup karena melewatkan kesempatan terakhirnya.

Tasmania juga terus melihat zafira, hatinya bertanya-tanya apa yang telah merasuki pikiran dan hati wanita itu sehingga memberanikan diri untuk keluar dan dilihat oleh orang lain. Dia harus berjaga-jaga agar zafira yang merupakan keponakannya tersebut tidak melakukan hal itu tidak terduga.

Namun gadis itu hanya diam, tidak peduli dengan pandangan orang yang penuh penyelidikan. Tidak peduli dengan komentar orang yang terkadang menyakitkan. Dia hanya menatap nanar pada sosok sang kakek yang terbaring kaku tak bernyawa. Hatinya hancur tak terbilang, jiwanya terguncang, tetapi dia bahkan tidak mampu melampiaskan semua perasaan yang ada di dalam hatinya.

Setelah puas berada di sana, dia melirik suaminya. Memberi isyarat agar dia dikembalikan ke dalam kamar. Zafran mengerti isyarat tersebut, apalagi saat pria itu mendengar semua komentar dari lisan para tamu. Segera zafran mendekati istrinya, mengangkat tubuh wanita tersebut dan membawanya menaiki tangga hingga mengantarkan nya ke dalam kamar.

Zafran hanya terdiam melihat semua kejadian di hadapannya. Hatinya ikut terluka saat mendengar komentar demi komentar yang tidak layak untuk diucapkan. Tetapi itulah kehidupan, kehidupan memang tak semudah yang dibayangkan. Tidak akan ada manusia sempurna di hadapan orang lain, tidak akan pernah semua orang menyukai kita. Jika ada orang yang menyukai dan menyayangi kita, maka akan lebih banyak orang yang membenci kita. Itulah yang ada dalam pikiran zafran seraya menggendong istrinya.

Pintu kamar terbuka, pria tampan itu melangkah masuk ke dalam kamar. Meletakkan star istri di atas ranjang.

"Zafira, bolehkah aku pergi. Aku ingin ikut mengubur kan kakek." zafran berkata kepada istrinya, meminta izin kepada wanita itu untuk melakukan tugas terakhirnya sebagai seorang cucu. Meski dia hanyalah seorang cucu menantu. Zafira terdiam mendengar sang suami berpamitan. Sesungguhnya jauh dari dalam lubuk hatinya dia tidak ingin suaminya pergi. Tetapi dia tahu bahwa zafran memiliki tanggung jawab untuk menunaikan tugas terakhir kepada sang kakek. Seharusnya dia juga ikut dalam tugas tersebut. Menyalatkan, dan juga menguburkannya. Tetapi zafira tidak mampu.

"Ya, pergilah!" jawab Zafira sambil menundukkan kepala.

Berat dan ragu, tetapi akhirnya zafran memutuskan untuk pergi. Meninggalkan sang istri sendirian membawa kesedihan dan luka. Kehilangan pria tua itu adalah tamparan besar bagi zafira.

Zafran melakukan tugasnya dengan baik. Mulai dari memandikan jenazah hingga menyuburkan nya. Semua berjalan dengan lancar. Tidak ada masalah berarti yang terjadi.

Semua tugas sudah selesai, semua orang sudah kembali ke rumah masing-masing. Termasuk Zafran. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan istrinya. Pria itu bergegas meninggalkan per kuburan untuk menemui sang istri yang ditinggal sendirian di dalam rumah.

Zafran membuka pintu kamar, dia mencoba melihat keadaan istrinya. Ternyata wanita itu sudah duduk ditempat biasa. Dia memandang hamparan sawah yang ada di hadapannya. Tanpa suara dan tanpa air mata.

***

Keesokan paginya, tiba-tiba pintu kamar itu diketuk. Zafran dan zafira hanya saling pandang. Hari masih terlalu pagi untuk mengikuti sarapan. Tetapi mengapa ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mereka. Siapakah yang berada di balik pintu.

Zafran segera bangkit mendekati pintu itu. Dia pun membukanya. Beberapa petugas keamanan berdiri di depan pintu. Zafran mengurutkan kening mencoba menganalisa apa yang terjadi. Mengapa para petugas keamanan tersebut datang menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya Zafran.

Pada petugas keamanan menyingkir memberikan ruang bagi seseorang. Seorang wanita paruh baya tampak berjalan mendekati zafran. Di adalah Tasmania, tante yang merupakan adek kandung dari ayah Zafira. Pemuda tampan itu semakin merasa heran, mengapa tiba-tiba wanita itu datang menemui mereka. Apa sebenarnya yang sedang terjadi.

Tasmania tidak berdiri di depan pintu melainkan masuk ke dalam kamar mereka. Zafira masih duduk di atas ranjang, sementara zafran berdiri di samping pintu.

"Aku rasa, kalian sudah cukup lama tinggal di rumah ini. Sudah waktunya bagi kalian untuk segera pergi." zafira mengurutkan kening, apa maksud dari wanita itu.

"Apa maksud tante?" tanyanya kemudian.

"Aku pikir selama ini kamu memang terbelakang karena hanya bersembunyi di dalam kamar saja. Tetapi aku tidak menyangka jika kamu semakin bodoh. Apakah kamu masih tidak mengerti apa yang aku katakan. Kalian diusir dari rumah ini!" zafran terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari blitar wanita paruh baya itu. Apa tadi yang memiliki hak untuk mengusir orang lain dari rumahnya apalagi orang lain itu adalah cucu kandung dari kakek azhari.

Pria tua itu baru saja dikuburkan, tetapi wanita paruh baya ini langsung bertindak sesuai dengan keinginannya. Apakah manusia begitu serakah hingga tidak bisa menunggu lebih lama.

"Apalagi yang kalian tunggu? Segera keluar kan barang mereka dari dalam rumah ini," perintah tasmania kepada para petugas keamanan yang berdiri di depan pintu. Mereka pun satu persatu mulai masuk ke dalam kamar tersebut dan melakukan tugas yang diperintahkan oleh tasmania kepada mereka.

"Hentikan!" teriak Zafran. Tasmania diam, dia terkejut saat melihat keberanian pria itu.

"Kami tidak akan pergi dari rumah ini. Zafira memiliki saham di perusahaan itu artinya dia memiliki hak terhadap seluruh aset perusahaan," jawab Zafran.

Hahaha

Tasmania justru tertawa mendengar kata yang keluar dari lisan pria tersebut. Dia sudah menyusun rencana besar yang tidak diketahui siapa pun.

"Mana buktinya?" banyak tasmania. Pertanyaan itu semakin membuat zafran tidak mengerti. Dia menghubungi rudi yang merupakan asisten pribadinya.

"Berapa persen saham zafira di perusahaan?" tanyanya.

"Saham sudah dipindah tangan atas nama Tasmania," jawab Rudi. Wajah zafran seketika berubah. Sementara zafira menatap wajah suaminya.

"Bagaimana? Apakah kamu masih punya hak untuk tinggal di rumah ini?" tanya Tasmania. Wanita itu merasa sangat senang karena semua rencananya berhasil dengan baik. Zafira hanya bisa menundukkan kepala karena dia tidak mampu berbuat apa-apa.