Chereads / Akhirnya Badriyatun Nashifah / Chapter 28 - Penantian

Chapter 28 - Penantian

Banyak sekali hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum menuju jenjang akad nikah antara gw dan kak Angga, mulai dari undangan, konsumsi, pakaian hingga hiasan panggung tuk acara resepsi pernikahan yang akan diselenggarakan 3 hari setelah akad nikah. " Amel, udah siap belum?" tanya kak Angga sudah menunggu gw di teras rumah sambil memanaskan mesin mobilnya. Tanpa berdandan sama sekali, gw langsung mengambil tas kecil yang biasa gw pakai dan turun ke lantai bawah menuju teras rumah. " Kakak udah nunggu lama ya? maaf ya..." Kak Angga hanya mengelus kepala gw dengan lembut, " iya, gak papa. Saya juga gak buru-buru kok, toh hari ini saya libur," ujar kak Angga penuh santai, gw mengangguk pelan menyetujuinya.

Tanpa basa basi, kami pun pergi membeli barang-barang dalam rangka persiapan acara pernikahan. " Kak, kayaknya warna biru bagus deh." Saat itu gw sedang sibuk memilih baju pengantin, " justru kalo menurut saya lebih serasi yang itu," ucap kak Angga menunjukkan baju pengantin pria dan wanita berwarna hitam. Apa alasan dia lebih memilih hitam dibandingkan warna lain? sedangkan warna hitam itu sudah biasa bagi gw. " Kenapa harus hitam?" tanya gw sambil memikirkan alasannya, walaupun tetap saja tidak menemukan jawabannya. " Kamu masih inget gak pas kita pertama kali ketemu? posisinya, saya pake kemeja hitam dan celana abu-abu, sedangkan kamu pake gamis hitam dan kerudung abu-abu. Nah, itu maksudnya," jelasnya secara detail. Tak terpikir oleh gw karena kak Angga masih inget semuanya, " masih inget aja soal itu," ucap gw menepuk pundaknya sambil tersenyum padanya, ia pun membalas senyuman gw.

Baru saja sebagian barang-barang sudah kami beli dan hanya beberapa tempat lagi yang harus kamu kunjungi, benar-benar hari yang melelahkan bagi kami. Walaupun melelahkan, tapi kami merasakan kesenangan di sela-sela waktu, " kita makan dulu yuk! kamu pasti laper kan?" Haduh... Ini anak tau aja kalo gw laper, sebisa mungkin gw menahan lapar dan menggelengkan kepala. " Beneran gak mau makan nih? yakin..." Seakan-akan kak Angga gak percaya kalo gw gak laper.

" BRAK! MINGGIR SEMUANYA!!" Semua pembeli sontak panik dan segera keluar dari mall tanpa terkecuali. Terdapat beberapa orang memakai topeng seperti mencari seseorang di mall tersebut, " ANGGA! KELUAR LU! GUA TAU LU ADA DISINI!!" Teriakan itu membuat gw takut, kak Angga mencoba tuk merangkul gw agar diri ini menjadi tenang. Salah satu dari mereka melihat ke arah kami, " itu dia, bos." Mereka pun berjalan menghampiri kami. PRAK!! Tamparan mendarat di pipi kiri kak Angga, " Maksud lu apa? hah!" saking emosinya, kak Angga pun menampar kembali orang tersebut. " Emang gw harus kasih tau ke lu? urusan kita belum selesai," ujar orang itu. Lalu, ia membuka topengnya dan sudah terlihat jelas ia adalah kak Alex bersama para anggotanya, " sudah saya duga. Ternyata gak pernah berubah ya sampe sekarang." Kak Alex memberi sebuah aba-aba menyuruh mereka menuju ke arah gw, " tahan dia, jangan sampai lepas," ucap kak Alex melirik ke arah gw tersenyum licik pada gw. " Apaan sih! lepasin..." Sebisa mungkin berusaha tuk kabur dari hadapan mereka, kak Alex tiba-tiba menodongkan pisaunya tepat di leher gw. " Kalo lu menang ngelawan anak buah gw, kalian boleh pergi. Inget! kalo lu kalah, dengan senang hati gw bawa Amel pergi." Dari kejauhan, gw melihat tangan kak Angga mengepal sedang menahan emosinya dan amarahnya atas tingkah laku kakak sepupunya itu. " Ok, siapa takut," ucap kak Angga dengan mantap dan yakin. Secara pribadi, gw tahu kalo kak Angga memang jago bela diri sejak dulu hingga sekarang ia tetap mahir. " Habisi dia." Kak Alex menyuruh para anggotanya tuk menyerang kak Angga, " jangan berharap dia menang karena sebentar lagi kamu bakal jadi milikku," bisik kak Alex pada gw. Sama sekali tidak berani menoleh ke arah kak Alex, " justru kak Angga pasti menang, liat aja nanti," ujar gw tetap melihat ke arah kak Angga yang sedang melawan para anggota kak Alex. " Oh.... kamu udah mulai berani ya sama aku. Aku bisa jamin Angga gak bakal selamat dan sebentar kamu bakal ikut bersamaku," bisik kak Alex di telinga gw dalam keadaan masih menodongkan pisau di leher gw.

Kak Angga sempet mendengar perkataan kak Alex pada gw hingga membuat dirinya meluapkan seluruh emosinya, kalahlah sudah semua anggota kak Alex dan hanya bisa tersenyum miring pada kak Angga. " Mana? Ada lagi gak anggota lu?" tanya kak Angga menantang kakak sepupunya itu, kak Alex justru merasa kebingungan hingga memilih tuk pergi dari tempat itu, " sekarang lu bisa seneng, tapi lu bakal terima akibatnya." Pergilah ia dari gw dan kak Angga meninggalkan suasana mall yang berantakan serta kepanikan orang lain. " Kak Angga..." Ketakutan itu semakin menjadi-jadi membuat gw berlari menuju kak Angga dan tak sadar gw memeluknya. Seketika gw merasa adanya ketenangan dibalik pelukan itu, ia juga membalas pelukan gw dan mengelus-elus punggung gw. " Udah, kamu gak usah takut. Saya bakal selalu ada buat kamu, jadi jangan nangis lagi ya." Dari rasa takut berubah menjadi tenang, tangis menjadi senang karenanya, terpaksa kami sudahi semua pada hari ini dan akan dilanjutkan esok harinya.

" Kak Alex bakal berbuat apa lagi setelah ini?"

Sampailah di depan rumah, kebetulan Chelsea dan pak Hasan sedang berada di teras rumah menikmati suasana senja. Kami keluar dari mobil serta mengeluarkan semua barang yang ada di bagasi mobil, " assalamu'alaikum, yah." Kak Angga pun mencium punggung tangan ayahnya, disusul oleh gw. " Gimana? udah beli semua barang?" tanya pak Hasan tersenyum lebar melihat anaknya bahagia dengan calonnya, yaitu gw. " Baru sebagian kok, yah. Jadi bakal dilanjut besok," jelasnya.

" Kak Alex gak nyamperin kamu kan?"

Glekk

Kak Angga langsung menelan ludahnya kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahnya itu, tidak lain hanya karena khawatir kak Alex akan berbuat nekad nantinya. Kemudian, kak Angga menggelengkan kepalanya seakan-akan tidak ada kendala yang mengganggu kami, padahal mah ada. Di sisi lain, gw mengerti bahwa kak Angga gak bakal cerita yang sebenarnya pada ayahnya tak ingin berbagi beban pada ayahnya yang ia cintai itu. " Yaudah, Angga sama Amel masuk ke dalam dulu ya." Kami masuk ke dalam rumah sambil membawa barang bawaan.

" Ayah udah tau semuanya kok."

Glekk

Lagi-lagi ia menelan ludahnya kaget mendengar ucapan ayahnya itu.