BRAK! SEMUANYA ANGKAT TANGAN KALIAN!!
Semuanya pun tertuju pada sumber suara, " ngapain kamu kesini hah? masih belum puas kamu cari masalah sama anak saya?" tanya pak Hasan pada mereka, salah satunya ada kak Alex yang sudah berniat menghancurkan pernikahan gw dan kak Angga. Kemudian, dendam telah menguasai jiwanya hingga kak Alex mendekati pak Hasan dan langsung mencekiknya, " saya disini cuman mau pernikahan ini dibatalkan!" Secara cekatan, pak Hasan melepaskan tangan kak Alex yang sudah membuat lehernya tercekik itu. " Kamu itu gak pantes buat dapetin Amel, Alex." Saling bertatapan satu sama lain, kedua mata kak Alex pun kini menjadi melotot pada pak Hasan, " BANGSAT!"
PRAK! PRAK!
Sebuah tamparan mendarat pada kedua pipi pak Hasan, kak Angga langsung berdiri dan mendorong kak Alex. " Maksud lu apa nampar ayah gw?" tanya kak Angga sambil memegang kerah baju kak Alex dengan penuh rasa geram padanya. " Gw mau pernikahan ini dibatalkan!" Tak lama kak Angga memberi isyarat pada gw agar kabur dari pintu belakang dan untung saja mobil kak Angga terparkir di belakang rumah, secepatnya mungkin gw kabur tanpa mengucapkan satu kata pun. " AMEL! AKU GAK BAKAL BIARKAN KAMU PERGI!!" Kak Alex spontan mengejar gw, " ayo, Amel. Emang lu mau hidup dengan pemerkosa itu?" Gumam gw dalam hati dan sampailah di mobil. Baru saja kak Angga menyusul kak Alex, nenek gw menghalangi jalannya dan ia datang dengan kak Alex. " Nenek gak akan setuju kalo Amel dinikahkan sama kamu," ucapnya pada kak Angga. Ia terdiam mematung usai mendengar perkataan nenek gw.
" Jadi, nenek lebih milih dia dibandingkan saya?" Tanya kak Angga tidak percaya nenek gw lebih memilih kak Alex daripadanya, nenek pun menganggukkan kepalanya. Namun, kak Angga mulai menunjukkan rasa nekad hingga menyusul Amel dan kak Alex. Terlihat jelas ia masih menggedor-gedor kaca mobil menyuruh gw tuk keluar dari mobil, secepat mungkin kak Angga langsung menghajarnya hingga kak Alex sulit bangkit tuk membalas pada kak Angga. Kesempatan yang bagus dan kami memutuskan untuk pergi dari situ dengan mobil, kak Angga terus meningkatkan kecepatan mobil. " Kak Angga, jangan ngebut! emang kakak mau kita meninggal sekarang?" Sedangkan gw merasa panik dan tidak biasa dengan hal ini, namun kak Angga tetap fokus pada jalanan tanpa mempedulikan omongan gw.
TIN.... TIN....
Suara klakson mobil dari belakang mobil kami, gw pun mencoba tuk mengecek kaca spion dan kaget bukan main. " Hah? itu kan plat nomor kak Alex. Mampus! pasti ada nenek disitu, kak kita harus gimana?" Melihat gw yang sudah terlalu panik, kak Angga memutuskan untuk pergi ke hutan, letaknya cukup jauh dari rumah agar tidak ada yang mengalami kecelakaan bagi orang lain.
" Tenang aja, Mel. Kita pasti baik-baik aja kok!" ujarnya.
Dari kejauhan, gw melihat di depan ada sebuah jurang dan kemungkinan saja dalam. Dengan cepat, gw memberitahu kak Angga akan hal itu. " Kak, awas! ada jurang!"
" iya, saya tau apa yang saya lakuin."
" Apa kakak udah gila? kalo kita gak berhenti berakhir semuanya," bentak gw dengan penuh kepanikan serta rasa takut. Satu meter dari jurang tersebut, sedangkan kak Alex hanya fokus pada mobil kak Angga dengan kecepatan yang sudah melebihi maksimal kecepatan.
ARGH.... BRUK!
Kak Alex jatuh ke jurang bersama mobilnya, begitu juga dengan nenek. Tak lama setelah jatuh ke jurang, mobilnya pun terbakar karena adanya ledakan.
Inna lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji'uun...
" huh, selamat." Disitu kamu merasa lega karena tidak ada mobil kak Alex yang membuntuti kamu lagi, sekaligus sudah berpikir kalo ia jatuh ke jurang. Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke rumah dan sekaligus mengabarkan kematian kak Alex dan nenek pada semuanya.
" Nah! itu mereka," ucap salah seorang hadirin, padahal kami kira mereka sudah bubar karena kejadian ini. Justru mereka semua menunggu kami kembali, " Mamah..." Gw pun memeluk mamah menghilangkan rasa takut dan ayah pun turut memeluk gw dan juga mamah. " Alex sama nenek masih ngejar kalian?" tanya pak Hasan pada kak Angga. " Mereka udah meninggal, yah. Mereka sempat jatuh ke jurang," jelas kak Angga.
" Alhamdulillah..."
Lah, orang meninggal malah pada bilang Alhamdulillah. Hadeuh, emang zaman sekarang pada gak punya akhlak ya, tapi wajar aja sih kalo buat orang kayak gitu mah.
20.00
" Huh, akhirnya semuanya berakhir ya," ujar kak Angga duduk di atas kasur bersama gw sambil merangkul gw, sedangkan gw menyandarkan kepala gw ke atas pundaknya. " Iya, gw juga seneng banget." Kedua matanya tertuju ke arah gw seraya tersenyum, " emang kamu gak mau romantis sama mas?" Dari situ gw kebingungan dengan perkataannya. " Maksudnya?"
" Ubah dong, omongannya. Masa masih ngomong Batavia aja," bujuknya hingga membuat gw malu dan salah tingkah dibuatnya. " Iya, maafin aku ya sayang." Mendengar hal itu, kak Angga mengelus-elus kepala gw, " iya sayang, gak papa kok." Sudah tak tahan ingin rasanya tidur, kamu memutuskan untuk tidur saling berhadapan. Kami saling memberi senyuman, " good night, sayang." Akhirnya, gw menjawabnya, " good night too, sayang." Semua tertidur dengan pulas.
Suara ayam berkokok pada pagi hari membuat gw turut bangun melaksanakan sholat subuh, " oalahh, baru aja saya mau bangunin kamu. Eh, ternyata kamu dah bangun sekalian kita sholat bareng yuk," ajak kak Angga mengulurkan tangannya, namun kedua mata gw masih ingin tidur dan masih dalam keadaan mengumpulkan nyawa. " Hmm... tapi aku masih ngantuk," ucap gw masih memejamkan kedua mata.
"Eits, jangan tidur lagi. Masa beribadah sama Allah males, yaudah kalo gitu. Kamu mau jalan sendiri buat wudhu atau mau saya gendong."
Seketika mata ini terbelalak dan kak Angga tetap berdiri di hadapan gw, " gak mau. Maunya jalan sendiri aja, aku kan dah gede.... Mas ini ada-ada aja," ketus gw sampai-sampai mencubit kedua pipi kak Angga. " Auh, sakit tau!" keluh nya memegang dan mengelus kedua pipinya, sedangkan gw berlari menuju kamar mandi.
" Biarin, wekkk."
Kak Angga hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku gw yang berbeda jauh dengan diri gw sebelum nikah. " Loh, mas belum sholat juga?" tanya gw pada kak Angga yang sedang duduk di atas kasur, " kan kita mau sholat bareng." Membuka lemari dan mengambil mukena di dalamnya dan mulai melaksanakan sholat bareng, " Allahuakbar..." Disitu kami merasakan ketenangan di antara kami.
Diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, " assalamu'alaikum warahmatullah..." Gw pun turut salam dan selesai sudah pelaksanaan sholat subuh. Gw meraih tangannya dan mencium punggung tangan kanannya setelah berdoa.
cup!
Wajah langsung memerah saat kak Angga mencium kening gw, " kok mas tiba-tiba nyium sih?" kak Angga pun tertawa melihat tingkah gw padanya, " kenapa? mau lagi?" Aduh... kok malah kayak gini jawaban dari dia. " Gak papa..." Tak lama kemudian, gw turut ke dapur membantu mamah masak dan kak Angga sedang keluar melakukan jogging bersama pak Hasan sambil menikmati udara segar di luar selama berkeliling sekitar perumahan gw.
06.30
" Tada... Makanan udah siap!" Semuanya segera keluar menuju meja makan dan memakan yang sudah dihidangkan berupa mie goreng, telur dadar, nasi goreng, nugget dan lainnya. " Widiw! enak nih kelihatannya, ayo makan semuanya," ajak ayah gw pada semuanya, kak Angga dan pak Hasan belum juga datang. " Mas Angga mana ya? padahal aku kan mau makan bareng dia," gumam gw dalam hati. " Kamu kenapa? kok gak ikut makan?" tanya mamah menepuk pundak kanan gw, " oh, nungguin Angga ya," lanjutnya. " Hehe.... iya mah, ntar aja makannya mau nunggu dia pulang dulu," ujar gw menunggu di teras rumah sambil menyeruput teh hangat buatan mamah.
" Assalamu'alaikum, sayang..." Datanglah kak Angga dengan pak Hasan sehabis jogging di sekitar perumahan gw, segera menghampirinya dan seperti biasa mencium punggung tangan kanannya dan pak Hasan sebagai mertua gw. " Kok lama banget sih joggingnya," keluh gw sedikit kesal menunggu sejak tadi, kak Angga tidak marah melainkan mencubit dagu gw dengan rasa gemasnya. " Iya, emangnya kenapa? kelamaan nunggu ya? kamu udah makan?" tanya kak Angga pada gw.
" ehm..."
Kami mulai merasa tidak enak karena telah mengacuhkan pak Hasan dari awal, " maaf ya yah." Pak Hasan malah tertawa melihat kami meminta maaf padanya, " maaf kenapa?" tanya pak Hasan. " Iya, gara-gara kami ayah jadi diem aja," jelas gw, " gak papa. Lagian ayah juga seneng liat kalian kayak gini, ayah harap pernikahan kalian bertahan sampai hari akhir ya."
" Amin..."
Tanpa basa basi, kami pun masuk ke dalam untuk makan bertiga karena semuanya sudah makan kecuali kami. " Makasih ya," ucap kak Angga pada gw mengambilkan makanan untuknya dan pak Hasan. " Iya, sama-sama sayang," ucap gw mengelus-elus punggungnya.
- SELESAI SUDAH -