" sebentar ya, bapak panggil anak bapak dulu soalnya semua kunci apartemen dipegang sama anak bapak," jelas bapak tersebut. Gw hanya menganggukkan kepala dan menunggu di ruang tamu. Di tengah memainkan handphone, gw mendengar suara engsel pintu." Amel, maaf udah membuat kamu menunggu," ucap bapak yang tadi, usai menatap kembali wajahnya gw baru ingat kalo nama bapak itu adalah bapak Hasan karena sebelumnya gw pernah liat beliau sedang bekerja dengan ayah di desa. Handphone sudah diletakkan di atas meja dan jujur gw merasa penasaran siapa orang yang berdiri di sebelah pak Hasan," pak, itu sebelah bapak anak bapak ya?" pertanyaan itu membuat pak Hasan menatap wajah anaknya sambil tersenyum." oh, ini emang anak bapak. Kenalin, namanya Angga dan sekarang bapak serahkan apartemen ini padanya karena bapak sendiri sudah memasuki masa pensiun bapak."
Dari situlah gw kenal anaknya pak Hasan, saling berbagi cerita antara gw dengan pak Hasan ditemani anaknya," oh ya, anak bapak sekarang umurnya berapa?" tanya gw pada pak Hasan. " sekarang, Angga umurnya 21 tahun dan lanjut ke S2 di kuliah yang sama kayak kamu," jelas pak Hasan. Hanya sekedar tahu nama dan statusnya aja dan gw juga gak ada rasa ingin mengetahui lebih banyak tentangnya." Angga, antarkan Amel ke kamarnya ya," ucap pak Hasan menyuruh anaknya untuk mengantarkan gw dan membukakan pintu kamar. Sunyi, senyap, diam dan tak berbicara sama sekali dari lantai 1 sampai lantai 3 ya... mungkin karena kita sama-sama asing dan baru pertama kali ketemu. Tak lama kemudian....
" sini kak, biar gw aja yang buka pintunya." Tapi, pas gw berusaha ambil kunci dari tangan kak Angga, malah ia menolak dan melepaskan tangan gw dari kunci itu," eh, dimana-mana lelaki yang harus melayani bukannya perempuan. Lagipula, lu itukan tamu dari luar harus dilayani dengan baik." Baru pertama kali gw dengar ada lelaki yang mengatakan hal itu di depan mata gw sendiri. Pintu pun terbuka lebar dan ternyata kamarnya sangat luas dan beruntungnya gw gak perlu membayar biaya apartemen karena sudah ditanggung oleh beasiswa yang gw dapat dari pesantren." yaudah, makasih ya kak." Selalu begitu, dari dulu gw paling gak suka yang namanya basa basi makanya kalo soal pembicaraan gw bicara kalau seperlunya saja." iya, sama-sama. Lu kalo ada apa-apa bilang aja ke gw ok." Loh, gw kira kak Angga bakal bicara layaknya orang belum kenal, tapi kok gw ngerasa kayak udah deket gitu. Tapi, gw sendiri gak terlalu peduli akan hal itu. Hanya bisa tersenyum padanya sambil menutup pintu dan menguncinya dari dalam agar aman.