Di buat seolah terbang tinggi, namun seketika di jatuhkan tanpa aba-aba. ( Alysha )
Keadaan hening, hanya ada iringan suara piano.
"Sejak pertemuan pertama kita di cafe waktu itu, aku mulai tertarik dan ingin terus mencari tahu tentang dirimu, hingga saat ini detik ini aku ingin mengungkapkan sebuah rasa yang dulunya pernah mati namun hidup kembali saat aku bertemu dengan kamu.
Alysha annabella mau kah kamu menjadi kekasih bara aldinarand," ujar bara dengan menggenggam tangan alysha.
Detik berikutnya bara mengeluarkan satu tangkai bunga mawar putih dan memberikannya pada alysha.
Siapa yang tidak ingin diberikan kejutan romantis seperti ini, perempuan mana yang tidak akan meleleh hatinya saat laki-laki yang ia suka akhirnya menyatakan cinta padanya dengan suasa romantis, dengan setangkai bunga mawar putih, dan dengan iringan musik anak band.
"Terima terima terima!" suara teriakan para tamu cafe itu.
Alysha masih tetap diam dengan perasaan bahagia dan gundah bagaimana tidak ia banyak menerima masukan dari sahabatnya bahwa laki-laki bernama bara ini, sering tidak memprioritaskan pacarnya tapi ia malah sering bahkan selalu mengutamakan sahabat, apakah itu mungkin atau hanya gosip berkeliaran yang tidak benar nyatanya.
Tapi hati alysha sangat ingin menjadi kekasih seorang bara, laki-laki itu baik tampan dan laki-laki yang selalu membuat harinya bahagia.
Lain halnya dengan bara, hatinya begitu yakin bahwa alysha memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
Dan bara berharap alysha akan menerimanya sebagai kekasih.
"Kalau kamu ambil bunga mawar ini, itu artinya kamu terima aku dan kalau sebaliknya kamu boleh buang mawar ini," ujar bara seraya tersenyum manis.
Dengan keyakinan dan ketulusan dalam hati alysha, ia menerima dan mengambil bunga mawar putih yang bara genggam dan ya itu artinya alysha menerima bara sebagai kekasihnya.
"Itu artinya kamu terima aku?" tanya bara meyakinkan dengan wajah yang sangat bahagia sekaligus tidak percaya.
Alysha mengangguk dan tersenyum.
Detik berikutnya bara berdiri dan memeluk alysha, sontak semua tamu bertepuk tangan. Mereka semua bahagia atas kebahagiaan bara dan alysha.
Butuh sepersekian detik sampai akhirnya bara dan alysha menikmati makan malam mereka hingga satu panggilan masuk pada ponsel bara.
"Dddrrtt ddrrtttt."
Bara pun mengambil ponselnya di saku celana dan tertera nama tante sarah di layar, bara langsung menggeser ikon berwarna hijau dan panggilan terhubung.
"Hallo bara?"
"Iya hallo tante, ada apa?"
"Bara, tolong tante."
"Kenapa tan?"
"Maudi bar, maudi."
"Iya maudi kenapa, tante coba tenang dulu."
"Maudi pingsan bar, tolong kamu segera kesini ya."
"Kenapa? Kok bisa, bara kesana sekarang lima belas menit lagi bara sampai."
"Iya, bara cepat ya."
Tuttttt
Panggilan pun diputus sepihak oleh tante sarah.
Alysha yang melihat kekhawatiran di wajah bara, mulai penasaran dan menanyakan sesuatu.
"Kenapa? Siapa yang telepon kamu?" tanya alysha.
"Tante sarah, dia bilang ke aku kalau maudi pingsan jadi dia nyuruh aku kesana," jawab bara.
"Maudi? Siapa dia, adik kamu atau sepupu kamu?" tanya alysha kembali.
"Bukan, dia sahabat aku dari kecil dan aku merasa bertanggung jawab banget sama dia, jadi aku harus kesana."
"Kamu bisa kan pulang sendiri, soalnya aku harus buru-buru kesana atau aku pesanin dulu taksi ya?" sambung bara.
"Oh, semoga maudi baik-baik aja ya oke gakpapa aku bisa pulang sendiri kok," ujar alysha.
"Makasih ya udah ngerti, aku pergi dulu kamu hati-hati ya," ucap bara.
"Iya kamu juga hati-hati," sahut alysha.
Detik berikutnya bara berjalan pergi menuju pintu keluar dengan langkah tergesa-gesa hingga kini tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.
Hati alysha seperti terkena sengatan lebah, pasalnya hari ini alysha baru saja jadian dengan bara tapi bara sudah meninggalkannya sendiri di cafe ini hanya karena perempuan yang bernama maudi itu.
"Bara kelihatan panik banget, berarti dia begitu menjaga sosok maudi," batin alysha.
"Yaudah lah mending gue pulang aja daripada disini sediri, kan miris sekali ly hidup lo," ucap alysha pada dirinya sendiri.
Alysha pergi meninggalkan cafe, ia terpaksa harus naik taksi padahal alysha sudah membayangkan dirinya akan di antar pulang oleh bara dan malam ini akan menjadi malam paling indah untuknya namun ya begitulah ekpetasi tidak sesuai realita.
Sejak hari itu hingga kini sudah hampir delapan bulan berlalu alysha dan bara menjalin hubungan namun sikap bara masih selalu mengutamakan maudi, maudi dan maudi.
***
"Al pulang bareng yuk?" ajak sera pada alysha sahabatnya.
"Gue dijemput bara, lo pulang duluan aja."
"Yakin lo dijemput bara?" tanya sera ragu.
"Yakin, dia udah janji sama gue," jawab alysha yakin walau sebenarnya dirinya ragu.
"Yaudah lo hati-hati ya, gue pulang duluan."
"Oke lo juga hati-hati!"
"Bye al!" ujar sera.
"Bye Ser!" sahut alysha.
Sera pun pergi meninggalkan alysha.
Lingkungan sekolah sudah sepi kini tinggal alysha sendiri, ia berniat menunggu bara di depan gerbang sekolah namun bara tak kunjung datang.
Alysha mengirimkan sebuah pesan untuk bara.
Alysha:
"By kamu dimana? aku udah pulang sekolah kamu jadi jemput kan jangan bilang kamu gak jadi lagi jemput aku."
Bara:
"Maaf sayang, maudi lagi sakit dan aku harus jagain dia kamu pulang sama teman kamu gak papa kan?"
Alysha:
"Teman aku udah pada pulang by, emang kamu gak bisa gitu jemput aku dulu kan kamu udah janji."
Bara:
"Nggak bisa sayang, ngertiin ya?"
Alysha:
"Oke!"
Alysha menghembuskan nafas kasar, ia terpaksa pulang sendiri lagi dan mungkin hari ini dirinya begitu sial hingga taksi sekalipun tidak ada.
Ia terpaksa berjalan kaki, baru saja setengah jalan tiba-tiba kepala alysha sangat pusing.
"Kepala gue kenapa ya, pusing banget," gumam alysha.
Dan detik berikutnya karena tidak kuat lagi menopang tubuhnya alysha pun terjatuh dan pingsan kepalanya terbentur batu cukup keras.
Setelah cukup lama alysha pingsan akhirnya ia terbangun dan melihat sekeliling nya tempat yang tidak asing namun kenapa dirinya berada di tempat ini.
Tidak lama dokter beserta suster datang untuk memeriksa keadaan alysha.
"Kenapa saya ada disini?" tanya alysha.
"Kepala kamu terbentur batu, dan beberapa warga membawa kamu kesini," ujar dokter itu.
Alysha mencoba mengingat kejadian tadi, dan ya dia ingat kepalanya begitu pusing hingga ia pingsan dan apa yang terjadi selanjutnya ia tidak tahu.
"Permisi ya, saya periksa keadaan kamu terlebih dulu," ucap dokter itu.
Usai dokter memeriksa keadaan alysha, dokter dan suster itu pergi keluar ruangan.
Alysha mengambil ponselnya yang terletak di meja pasien, ia melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari bara.
Namun kini hatinya sangat kesal jadi alysha tidak punya niat untuk menghubungi bara.
Alysha menghubungi abang kesayangannya yaitu bang leon.
Bukan, dia bukan kakak kandung melainkan orang yang pernah nolongin alysha dan kebetulan saja dia sosok laki-laki yang dewasa yang membuat alysha nyaman dan alysha sangat membutuhkan sekali sosok kakak dalam hidupnya.
Begitupun sebaliknya, leon sangat menyayangi alysha sebagai adik dan karena permintaan alysha, leon akhirnya tinggal di rumah alysha untuk menemaninya karena alysha tidak punya siapa-siapa ia seperti anak yang tidak pernah di anggap kehadirannya. dan leon pun sama kedua orangtuanya sudah lama meninggal karena sebuah kecelakaan akhirnya leon hidup sebatang kara namun ia laki-laki yang sangat sukses dan berpendidikan.
"Hallo bang?"
"Iya dek kenapa?"
"Abang bisa jenguk gue di rumah sakit."
"Otw, rumah sakit mana?"
"Tiara medika bang."
Tuttttt
Panggilan terputus, leon yang langsung memutus sambungan telepon.
"Kebiasaan deh bang leon, gue kan belum selesai ngomong eh udah di matiin aja," ujar alysha kesal.
Setelah lumayan lama alysha menunggu hampir setengah jam, dan akhirnya bang leon datang dengan wajah yang begitu panik.
"Dek, lo kenapa bisa disini siapa yang udah buat lo celaka kayak gini kasih tahu gue biar gue kasih perhitungan sama tuh orang."
"Sabar bang sabar, ciee khawatir ya?" tanya alysha meledek.
"Iyalah lo tuh adik satu-satunya, jadi gue harus jagain lo."
"Jadi siapa yang udah buat lo kaya gini?" tanya leon.
"Tadi pulang sekolah pusing, pingsan kena batu deh," ujar alysha menjelaskan.
"Kok bisa, emang lo jalan kaki?" tanya leon kembali.
"Iya," jawab alysha seadanya.
"Kok jalan kaki sih emang suruh siapa? Gak punya duit lo, sampai harus jalan kaki?" tanya leon.
"Enak aja duit gue banyak kali, gue nyari taksi online gak dapet, taksi offline pun nggak, jadi ya terpaksa gue harus jalan kaki."
"Pacar lo kemana?"
Deg pertanyaan yang seketika menyakitkan.
"Dia lagi sibuk di sekolahnya, jadi gak bisa jemput gue."
"Maaf bang gue bohong," batin alysha.
"Lah terus kenapa gak minta jemput gue?" tanya leon.
"Lupa dan gak mau ngerepotin bang leon juga, kan abang lagi sibuk di kantor," jawab alysha.
"Gak ada yang buat gue repot apapun tentang lo dek."
"Lain kali lo jangan kayak gini lagi ya jangan suka ngerasa gak enak sama abang sendiri," sambung leon.
Alysha mengangguk dan tersenyum lalu memeluk abang kesayangannya.
"Gue bahagia banget karena tuhan mempertemukan gue dengan orang seperti bang leon walaupun dia bukan kakak kandung gue sendiri tapi gue sayang banget dan gue merasakan punya keluarga," batin alysha tidak terasa air matanya menetes.