Chirp Chirp Chirp
Kicauan burung di pagi hari terdengar bersamaan dengan sinar matahari yang masuk lewat celah lubang udara di kamar Cenora. Hal itu membuat Cenora mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum benar-benar membuka matanya lebar.
Cenora sejenak terdiam dan mencoba mengingat kejadian yang telah dialaminya sebelum ia bangun dari tidurnya.
Pertemuannya dengan Stu, kembalinya Ichigo, raga Stu yang dirasuki siluman dan Ichigo yang menampilkan dirinya dengan wujud aneh layaknya siluman sesungguhnya. Semua itu ternyata tidak nyata saat Cenora membuka mata.
"Ah, ternyata semua yang kualami sebelumnya hanya mimpi buruk. Tapi mengapa mimpi buruk itu seperti nyata?" gumam Cenora sembari menyentuh pipi yang disayat pisau oleh Stu.
"Bahkan tidak ada luka di pipiku. Sudah jelas semua ini adalah mimpi!" sambung Cenora meyakinkan dirinya sendiri.
Ding Dong… Ding Dong…
Suara bel pintu rumahnya berbunyi. Meski malas karena terlalu lemas, tapi Cenora harus bangkit dari ranjang nyamannya.
Cenora membukakan pintu rumahnya dan melihat wanita yang biasa mencuci pakaian Cenora dan membersihkan rumahnya, yang biasa datang dalam dua kali seminggu.
"Selamat Hari Natal, Cenora! Semoga kau selalu bahagia, Nak!" ucap wanita itu dengan gembira.
"Selamat Hari Natal juga, Bibi. Doa yang sama untukmu dan keluargamu! Kenapa kau datang ke sini, Bibi?" tanya Cenora setelah mengucapkan ucapan suka cita.
"Aku ingin memberimu ini sekaligus melihat apakah kau sudah mengumpulkan pakaian kotormu untuk kucuci!" jawab wanita itu sambil meletakkan seporsi daging panggang ke atas meja makan dan Cenora ikut duduk di sana.
"Ini masih hari libur, Bibi. kau tidak usah repot datang untuk mencuci ataupun membersihkan rumah. Aku sudah liburan dan bisa melakukan hal-hal itu sendirian! Berliburlah dengan keluargamu karena saat ini memang seharusnya menghabiskan waktu bersama keluarga! Untuk apa kau datang bekerja, Bibi?" Cenora setengah mengomel pada wanita itu sambil mencicipi makanan yang ada di hadapannya.
"Baiklah, aku akan mendengarkan ucapanmu, Nak! Datanglah ke rumahku untuk berkumpul. Di saat-saat bahagia seperti ini tidak seharusnya kau hanya sendirian saja di rumah! Jadi datanglah maka aku dan keluargaku akan sangat senang sekali!" ucap wanita itu dengan sangat ramah pada Cenora.
Cenora tersenyum senang.
"Baiklah, Bibi. Aku kurang enak badan jadi sepertinya hari ini aku akan banyak tidur. Aku akan berkunjung ke rumahmu jika aku sudah merasa lebih baik dan tubuhku segar. Sekarang kau boleh pulang, Bibi. Sampaikan salamku untuk suami dan anakmu, ya!" ucap Cenora membalas keramahan wanita itu.
Cenora mengantarkan wanita itu hingga depan pagar. Dan saat Cenora melirik ke arah pintu gerbang rumah Ichigo, ia melihat pintu gerbang itu tertutup rapat seperti biasanya.
'Hmm, sudah kuduga kalau hal yang kualami sebelumnya adalah mimpi. Ichigo tidak pulang dan rumahnya tetap tertutup rapat!'
'Apa mungkin karena aku sangat merindukannya, maka aku memimpikan hal-hal aneh seperti itu tadi malam?' gumam Cenora sembari berpikir, 'Ya, mungkin saja aku terlalu merindukannya karena aku semakin muak dengan setan-setan di sekelilingku seperti ini,' lanjutnya bergumam dalam hati sembari memperhatikan banyak setan kecil maupun besar yang mulai berkumpul mendatanginya.
Dengan cepat Cenora masuk kembali ke dalam rumah yang setidaknya sedikit nyaman untuknya.
***
Berhubung saat ini Cenora sudah berada di akhir pendidikan di sekolahnya, liburan akhir tahun bagi siswa kelas 9 tidak sebanyak murid di kelas yang lebih rendah.
Dan karena itu, di masa liburan seperti ini, Cenora harus datang ke sekolah untuk menerima pelajaran tambahan guna menyambut ujian akhir sekolah yang hanya beberapa bulan lagi dihadapinya.
Pagi ini matahari terasa begitu terik dan sambutan kepala sekolah sungguh lama dan membosankan.
"Cenora, apa kau sudah baik-baik saja? Tubuhmu sudah sehat lagi? Sudah bisakah kita merayakan hari ulang tahunmu? Ini masih dalam suasana Natal, bukan? Merayakan Natal sekaligus merayakan pertambahan usiamu belum terlalu terlambat!" ucap dua teman Cenora yang ikut berbaris di lapangan sekolah saat ini.
"Tidak usah repot-repot merayakan hal itu untukku. Aku baik-baik saja untuk itu. Lagipula aku tidak merayakan apapun karena dua minggu ini aku lebih suka di rumah untuk tidur. Sepertinya aku sangat lemah belakangan ini!" jawab Cenora dengan lemas.
"Apa kau sakit? Kenapa tidak mengabari kami saat kau sakit? Kami bisa menemanimu di rumah sakit atau pun sekedar berobat saja!" omel sahabat Cenora yang satunya lagi.
"Sakitku tidak separah itu sampai harus dirawat di rumah sakit! Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Cenora.
'Mana mungkin aku pergi ke rumah sakit di saat kondisiku seperti itu? Jika saat menoleh ke luar rumah saja aku sudah disambut para setan dan siluman, bagaimana pula jika aku mendatangi rumah sakit? Tidak. Aku tidak ingin ke rumah sakit meski sakitku begitu parah!' sambung Cenora dalam hatinya.
"Lalu, apa sekarang kau sudah baik-baik saja? Biar kurasakan suhu tubuhmu dulu!" tanya salah seorang temannya itu sembari menempelkan punggung tangannya ke dahi Cenora, "Kau berkeringat dingin, Cenora. Wajahmu juga sangat pucat! Ayo kita ke klinik sekolah dan kau harus beristirahat sekarang!" sambung temannya itu sambil mengomel.
"Tidak apa-apa. Jangan mengkhawatirkan aku secara berlebihan seperti ini! Aku akan menahan ini sebentar lagi. Aku ingin mendengarkan pidato Kepala Sekolah sampai habis!" tolak Cenora lemas dan itu diucapkannya hanya untuk menghindari pergi ke klinik yang biasanya sangat sepi dan hanya ada banyak hantu yang membuat pengap ruangan klinik itu.
"Dan kali ini aku juga akan menyampaikan satu kabar yang penting untuk para murid kelas 9-2. Berhubung ibu wali kelas mereka sedang mengambil cuti melahirkan, maka posisinya sebagai pembimbing kelas 9-2 akan digantikan oleh Tuan Kris Ichigo!"
Setelah mendengar nama 'Ichigo' disebutkan oleh kepala sekolahnya, Cenora ikut menatap seorang pria yang baru saja naik ke atas podium. Dan benar saja, orang yang dikawatirkan Cenora lah yang kini ada di depan matanya.
"Halo, namaku Kris Ichigo, salam kenal! Beberapa pula selanjutnya hingga ujian akhir tiba, aku yang akan menjadi guru pembimbing di kelas 9-2. Jadi mohon bantuannya, ya, para murid-muridku sekalian! Mari kita hadapi ujian akhir ini dengan semangat!"
Ichigo mulai mengambil tempat dan bicara untuk menyambut para siswa yang akan dibimbingnya beberapa bulan ke depan.
Dengan perawakan yang tampan dan bersahaja itu membuat Ichigo menjadi sasaran pujian dari murid wanita di sekolah Cenora itu.
'Ichigo? Ternyata aku tidak bermimpi sama sekali, ya? Atau saat ini aku masih belum bangun dari tidurku? Tapi mengapa tidurku sangatlah panjang?' batin Cenora mewakili perasaan bingungnya tentang semua keanehan yang telah dialaminya.