Chereads / CALON ISTRI TUAN SILUMAN / Chapter 6 - PORTAL GAIB YANG TERBUKA

Chapter 6 - PORTAL GAIB YANG TERBUKA

"Apa?! Kau gila!" Cenora seketika membentak Ichigo dengan suaranya yang terdengar nyaring.

"Haish… kecilkan suaramu atau semua orang akan ke sini dan melihatmu melakukan sesuatu pada pria itu!" Ichigo berucap santai sembari menarik daun telinganya yang sempat berdengung karena suara Cenora yang nyaring.

"Bagaimana aku tidak meneriakimu saat kau katakan lidahmu bisa mngobati lukaku?! Kau hanya ingin mengambil kesempatan dalam ketidakberdayaanku saja, bukan?! Mengakulah bahwa kau hanya ingin melakukan hal mesum padaku, Ichigo!" Cenora kembali memprotes.

Ichigo tersenyum.

"Lalu kenapa? Kau adalah pengantinku, aku akan melakukan apa saja denganmu, Nora," jawab Ichigo yang terus saja tersenyum.

Dan selanjutnya, gerakan jari telunjuk Ichigo ke arah Cenora membuat tubuh Cenora yang telah mengambil jarak, malah makin mendekat ke Ichigo tanpa dikehendakinya.

"Akhh! Lepaskan aku!" pekik Cenora saat Ichigo menarik dan memeluk tubuh Cenora yang tidak dapat bergerak untuk melakukan perlawanan.

"Shhh, kecilkan suaramu, atau orang lain akan datang. Tenanglah dan tarik napas dalam-dalam," ucap Ichigo sembari mendekatkan wajahnya ke pipi Cenora dan... shhhhppp...

Darah di pipi Cenora dihisap dan dijilat dengan lembut oleh Ichigo.

"Hmmm, sakit..." ucap lirih Cenora.

"Itu karena kau menolak. Cobalah untuk lebih rileks dan menikmati isapanku. Atau... kau bisa membalasku dengan cara yang sama," Ichigo terkekeh melihat warna wajah Cenora yang merona merah.

Ichigo kembali melakukan pembersihan sampai tidak ada jejek darah lagi di sekitar wajah Cenora. Seakan tidak ingin kehilangan sedikit darah pun, darah itu sudah seperti barang yang sangat berharga dan tidak boleh tersisa di wajah Cenora.

Ichigo menjauhkan wajahnya dan mengelus lembut pipi Cenora. Diusapnya air liur miliknya yang tertinggal di pipi Cenora.

"Kenapa kau masih belum bergerak? Apa jilatan lidahku begitu nikmat? Aku bisa mendengar desiran darahmu, hembusan napasmu, dan detak jantungmu dengan jelas. Semua itu seakan menggebu dan menikmati apa yang aku lakukan," bisik Ichigo di telinga Cenora.

Seketika Cenora membuka mata dan bergerak menjauh selangkah dari Ichigo. Cenora menyentuh bekas sayatan di pipinya dan terperangah karena tidak merasa perih akibat luka itu. Lukanya menghilang.

"Omong kosong! Itu bukan ekspresi menikmati sesuatu, kau tahu? Itu adalah ekspresi takut mati karena akan dimakan oleh siluman sepertimu!" Cenora mendengkus kesal.

"Itu ide yang bagus! Tapi sepertinya tempat ini tidak cocok untuk memakanmu. Ayo kita kembali ke rumahku! Di sana aku akan membiarkanmu memilih,"

"Memilih apa?" tanya Cenora curiga.

"Memilih antara ingin menjadi makananku atau ingin menjadi pengantinku," jawab Ichigo santai.

"Bukankah itu sama saja, aku yang rugi dan kau yang untung?" Cenora memberikan protes, "Baiklah, aku memilih untuk tidak memilih keduanya. Aku memilih pilihanku sendiri untuk tidak menjadi makanan atau pun pengantinmu, karena kurasa kau tahu dengan jelas, tidak ada manusia yang ingin menjadi makanan yang diperebutan oleh makhluk seperti kalian, dasar siluman!" sambung Cenora menahan geram di sisa kesadarannya.

"Tubuhku adalah milikku sendiri dan aku yang akan memilih jalan hidupku bukan kalian. Aku yang menentukan hidupku, jadi pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi," sambung Cenora berucap. Kali ini wajahnya sudah mulai memucat.

"Tapi kau yang memintaku untuk berjanji padamu, bukan? Kau memintaku untuk berjanji dan kembali ke sini untukmu, untuk melindungimu. Dan kau juga ingat itu!" jawab Ichigo yang tidak ingin disalahkan.

"Itu adalah janji anak kecil, Ichigo! Dulu aku masih seorang anak yang memerlukan perlindungan dari setan-setan yang terus menggangguku. Aku mana tahu kalau kau adalah siluman kecil waktu itu! Kau tidak bisa menganggap itu adalah sebuah janji!" Cenora menjelaskan dengan keyakinannya.

"Itu bukan masalah bagiku, Cenora. Aku sudah kembali menepati janji kecil kita dulu. Dan sekarang kau yang harus menepati janjimu!" Ichigo berganti menuntut, "Apa kau ingat ucapanmu dulu? Kau berjanji, saat aku kembali kau akan dengan senang hati menjadi pengantinku?" sambungnya bertanya.

"Benarkah aku mengatakan hal itu?" Cenora bertanya bingung sembari mencoba mengingat masa kecilnya bersama Ichigo, "Tapi kenapa aku tidak ingat aku pernah mengatakan untuk menjadi pengantinmu? Seingatku, aku hanya memintamu untuk cepat kembali bersamaku karena kaulah pelindungku,"

"Aku akan kembali jika kau bersedia menjadi pengantinku. Apa kau ingat kalimat itu?" Ichigo menatap mata Cenora yang mulai kosong.

'Aku akan kembali jika kau bersedia menjadi pengantinku, Nora. Karena aku akan berjuang untuk pantas di sisimu! Apa kau bersedia?'

'Ya, aku bersedia asal kau cepat kembali!'

Percakapan di masa lalu sewaktu kecil kembali terlintas di benak Cenora.

'Bukan aku yang mengatakan janji itu. Tapi, memang aku yang menyetujuinya. Apakah itu juga ada artinya? Ya Tuhan, apa semua ini?' Cenora berucap lelah dalam hati.

Tubuh lemahnya kini sudah terasa sulit menahan berat badan dan keseimbangannya sendiri. Jika tidak dengan cepat ditarik oleh Ichigo, maka Cenora akan jatuh ke bawah.

"Jangan sentuh aku! Aku tidak ingin menjadi pengantinmu!" Cenora menolak dengan sisa tenaga yang tersisa.

"Jika tidak menjadi pengantinku, maka kau akan menjadi pengantin Hybrid lainnya! Kau kira kau memiliki banyak pilihan, hah?" Ichigo menjelaskan yang sebenarnya.

"Cenora, dengarkan aku baik-baik!" ujar Ichigo, "Hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke 18, bukan?" sambung Ichigo lagi. Tanpa sadar Cenora menganggukkan kepalanya pertanda pembenaran.

"Genapnya delapan belas tahun usiamu ini adalah kunci untuk membuka portal gaib. Dan itu artinya, mulai hari ini, hidupmu akan menjadi incaran Hybrid dari bangsa siluman lain sepertiku."

"Usiamu di tahun ini adalah masa kejayaan dan musim kawin para siluman dan itu harus didapatkan para Hybrid dari masing-masing jenis untuk mempertahankan kejayaan kelompoknya."

"Jadi, jika kau tidak menjadi milikku, maka kau akan terus diincar siluman lain selama seratus hari yang akan datang. Dan selama itu, apa kau bisa menjaga dirimu sendiri dari incaran para Hybrid yang menginginkan tubuh dan darahmu?"

Ucapan dan pertanyaan Ichigo membuat Cenora membuka matanya lebar.

"Tidak mungkin. Aku tidak ingin jadi pengantin siluman manapun. Aku akan menjadi pengantin dari bangsa manusia sepertiku dan bukan siluman seperti kalian!" jawab Cenora yang matanya mulai sayu dan mengerjap lemah beberapa kali.

"Ini adalah hidupku… Aku bukan makanan kalian… jangan-" ucapan Cenora tidak disambungnya lagi saat matanya tertutup sempurna dengan wajah pucat pasih di tubuh yang lemah.

"Cenora, bangunlah! Bukalah matamu. Kau tidak harus pingsan di sini!" ujar Ichigo yang mulai panik.

'Apa aku terlalu banyak menghisap darahnya tadi? Ah, sial! Pasti benar. Dia menjadi lemas karena aku terlalu banyak menghisap darahnya. Aku terlalu terlena dengan darah Cenora!' rutuk Ichigo dalam hati dan menyesali perbuatannya.

"Aku harus membawamu pulang sekarang!" gumam Ichigo sembari membenarkan posisi untuk menggendong tubuh Cenora ala Bride-style.

Sayap berbulu hitam kembali dikepakkan dengan lebar hingga angin di sekitar sekolah Cenora bak putting beliung yang melintas sejenak dan kemudian menghilang.