"Untuk apa aku melakukan ini? Tentu saja untuk menunjukkan pada adikku bahwa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupku sangatlah sakit. Kau adalah alasannya hidup, dan jika kau kuhancurkan dan kumusnahkan, kurasa dia juga akan menghilang dan tidak menjadi penghalangku lagi,"
Iori mengucapkan setiap kalimat kebencian itu dengan tubuh bergetar menahan geram. Tapi itu tidak terdengar sama sekali oleh Cenora yang tetap tertidur.
"Jadi, mari kita nikmati kesempatan yang sangat berharga ini, Cenora-ku sayang," Iori kembali berbisik sembari mengulurkan tangannya untuk menyentuh bagian tubuh Cenora yang sudah sangat membuatnya mengalirkan air liur.
Sembari menyentuh setiap inci tubuh Cenora, Iori memandangi bibir Cenora yang terlihat sedikit membuka. Tanpa permisi ia mencium bibir itu dengan rakusnya, menghisap air liur Cenora sebanyak mungkin karena walau hanya dengan air liur Cenora saja keadaan tubuhnya yang lemah berangsur membaik.