"Sudah, jangan menangis lagi dan tersenyumlah. Kau terlihat kacau dan seragam sekolahmu sudah basah terkena air mata dan ingusmu sendiri," ucap Ichigo menenangkan Cenora.
"Bagaimana kalau kau bolos saja hari ini. Kita akan berjalan-jalan ke suatu tempat. Kau pasti akan suka!" sambungnya lagi.
Cenora mengerutkan dahinya.
"Guru macam apa yang mengajari anak muridnya untuk bolos sekolah?" gerutu Cenora, "Jika aku bolos, maka beasiswaku bisa dicabut dan nilaiku akan jelek, kau tahu?" sambungnya mengomel.
"Lalu untuk apa gunanya memiliki kekasih seorang guru? Kau lupa siapa aku, ya? Namamu akan tetap baik dan bea siswamu tidak akan dicabut. Tenang saja!" jawab Ichigo yang mulai berdiri.
Sriing…
Sebuah kilatan cahaya tanpa aba-aba sontak menyilaukan mata Cenora dan membuatnya terpejam. Tapi saat Cenora membuka mata, ia terpesona dengan apa yang dilihatnya.
Tubuh bagain atas Ichigo yang tadinya tanpa busana, kini sudah berbalut dengan pakaian kasual.
Ichigo sudah berpakaian lengkap dengan kaus hitam dan celana panjang berwarna sama. Ditambah dengan jaket bulu panjang dan syal yang mengalungi lehernya. Dan menurut Cenora, penampilan Ichigo sangat menawan dengan pakaian serba hitam yang kontras dengan kulit wajahnya yang putih bersinar.
"Alir liurmu akan jatuh ke lantai jika kau tidak menutup mulutmu, Sayang!" ucapan Ichigo yang setengah mengejek itu langsung membuat Cenora terkesiap.
"Apa aku setampan itu hingga membuatmu terheran dan kagum, hmm?" sambung Ichigo merasa bangga.
"Lupakan saja! Aku baru akan memujimu tapi kau sudah sombong duluan. Aku akan menarik pujian yang sudah di ujung lidahku!" Cenora menggerutu.
"Ya ampun, padahal aku juga akan memujimu, tapi kau malah seperti itu. Ya sudah!" Ichigo menggerutu dan berbalik badan untuk keluar dari kamarnya.
"Memangnya aku kenapa?" gumam Cenora bingung. Tapi sedetik kemudian ia terperangah setelah memperhatikan pakaian yang sudah menempel di tubuhnya. Cenora tidak menyadari entah sejak kapan itu terjadi.
Cenora terlihat sangat manis dengan pakaian nyaman yang hampir sama dengan model yang dikenakan Ichigo. Hanya saja warna mantel bulu yang dikenakannya berwarna putih. Tapi perbedaan warna tersebut tidak mengurangi kecantikan Cenora.
"Woaah… Kau terlihat sangat berbeda, Nona. Kau semakin cantik!" puji seorang anak kecil tampan yang entah kapan datang dan muncul di hadapan Cenora.
Tentu saja ia langsung bingung dan bertanya-tanya.
"Hei, adik kecil. Siapa kau? Kenapa kau ada di tempat seperti ini?" tanya Cenora bingung sembari membungkuk setengah badan pada anak kecil di depannya itu.
"Apa kau tidak mengenaliku, Nona? Aku Leon," sahut anak kecil itu sambil tersenyum riang.
Cenora membulatkan mata dan mulutnya seketika.
"Benarkah kau adalah Leon? Kau juga bisa merubah menjadi manusia?" Cenora berucap heran, "Ah, tapi tunggu!" sambungnya sebelum terdiam.
'Tentu saja dia bisa berubah wujud, dia juga siluman, kan? Dasar bodoh kau, Cenora!' sambung Cenora yang menggerutu pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Kukira kau akan memuji penampilanku dalam bentuk manusia, Nona. Ternyata ekspresimu sama dengan Tuan! Aku jadi sedih," Leon berceletuk sedih sembari berjalan merunduk murung keluar dari kamar Ichigo.
"Ah, tunggu aku, Leon! Bukan seperti itu maksudku!" panggil Cenora saat mengejar dan berhasil menangkap Leon yang kemudian digendongnya.
"Jangan sedih begitu. Aku hanya kaget setelah melihat wajahmu yang sangat menggemaskan dalam wujud manusia seperti ini. Ternyata kau tidak hanya lucu saat berwujud bayi harimau, tapi yang sekarang malah lebih menggemaskan!" Cenora menjelaskan dengan senyuman.
"Benarkah? Apa aku tidak aneh dengan penampilan anak manusia seperti ini, Nona? Maklum saja, ini perubahan wujudku menjadi manusia untuk yang pertama kalinya. Aku masih belum percaya diri," Leon kembali menunduk murung.
"Hei, bukankah kau bisa mendengar isi hatiku? Apa aku bisa berbohong padamu, hmm? Kau itu sangat lucu dan menggemaskan, Leon. Kau seperti anak kecil berusia empat tahun yang sedang lucu-lucunya!"
"Aku seperti sedang menggendong adikku sendiri! Ya, akhirnya aku bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki adik kecil sekarang, hihihi!"
Cenora begitu senang, dan apa yang dirasakan Cenora sangat bisa didengar Leon, dan itu membuat Leon juga sangat senang.
"Nona, ayo kita ke depan. Tuan sudah menunggu kita sejak tadi! Aku takut dia berubah pikiran dan tidak jadi mengajakku jalan-jalan!" ajak Leon untuk bergegas.
"Jika dia tidak mengajakmu maka aku juga tidak akan pergi! Biarkan saja di berjalan-jalan sendirian. Lagipula aku masih sebal dengan sikapnya yang semberono!" jawab Cenora menggerutu tentang Ichigo.
Sambil berjalan menuju halaman rumah, Cenora terus bercanda dengan Leon yang manis hingga mengabaikan tatapan hangat dengan senyuman manis seseorang yang terus tertuju padanya.
'Aku senang melihat senyummu yang seperti itu, Sayang. Dengan Leon saja kau bisa segembira itu, bagaimana jika kau memiliki banyak anak yang lucu seperti Leon? Pasti kau akan sangat bahagia,'
'Ahhh… anak, ya?'
Ichigo semakin tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Ingin tertawa dengan khayalannya itu tapi sepertinya agak sulit mengwujudkan hal indah tersebut karena hingga saat ini saja dirinya belum bisa menyentuh Cenora.
Ya, menyentuh dalam artian yang lebih dalam.
"Hei, apa yang sedang kau bayangkan dengan wajahmu yang semerah itu? Kau pasti sedang berpikiran mesum, kan? Mengakulah!"
Suara Cenora membuyarkan khayalan indah Ichigo. Tapi itu tidak menghilangkan senyumannya pada Cenora.
"Jika yang ada di pikiranku adalah khayalan mesum sekalipun, aku tidak berdosa karena hanya kau yang ada di khayalanku!" jawab Ichigo tanpa tahu malu, "Seharusnya kau yang jangan nakal dan terus mengganggu akal sehatku!" sambungnya sembari mencubit pipi Cenora yang menggemaskan.
"Ayo kita pergi sekarang, sebelum matahari semakin tinggi dan terik!" ajak Ichigo sembari berjalan membuka pintu gerbang rumahnya.
"Memangnya kita akan ke mana dengan pakaian seperti ini?" tanya Cenora yang ingin tahu sejak awal.
"Ke gunung!" jawab Ichigo singkat, "Masuklah, Sayang!" sambungnya menyuruh Cenora masuk ke sebuah mobil yang sudah terparkir di depan gerbang rumah.
"Woah, sejak kapan ada mobil seperti ini di sini? Aku tidak pernah melihat ini sebelumnya!" Cenora heran dengan mobil mewah di hadapannya yang entah sejak kapan berada di sana.
"Kenapa masih bertanya? Aku ingin mengajakmu berkencan se-normal mungkin. Kekasihku seorang manusia, bukan siluman, bukan? Jadi aku tidak akan membuatmu kehilangan moment indah sebagai manusia meskipun aku berbeda denganmu," jawab Ichigo dengan senyum menawannya.
'Kenapa kau sangat manis jika seperti ini, Ichigo? Aku bahkan hampir melupakan kalau kau ini adalah siluman,' Cenora berucap senang dalam hatinya, 'Baiklah, aku sudah memutuskan mencoba hubungan ini, bukan? Jadi mari lakukan sebahagia mungkin bersamanya!' sambungnya menegaskan di dalam hati.
Leon tersenyum senang karena dapat mendengar dengan jelas bagaimana isi hati Cenora yang jujur.
Meski Ichigo tidak tahu isi hati Cenora, tapi dengan melihat senyum simpul Cenora, serta senyuman riang Leon dan anggukan singkatnya pada tuannya itu, Ichigo yakin kalau Cenora menyukai hal kecil yang telah dilakukannya.