Tiba di pegunungan...
"Pemandangannya sangat indah! Aku belum pernah datang ke gunung lagi sejak waktu itu," seru Cenora senang.
Senyuman yang sempat mengembang di bibir Cenora karena kekagumannya memandangi indahnya ciptaan Sang Maha Pencipta, berangsur redup saat mengingat terakhir kalinya ia menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya.
Dan hari itu tepat sebelum kecelakaan naas yang dialami 10 tahun silam.
"Aku tidak tahu jika hari itu adalah yang terakhir kalinya aku bersama orang tuaku," ucapnya sedih sembari menundukkan kepala.
Rangkulan hangat dan lembut dirasakan Cenora dari sampingnya. Dan saat menoleh, ada Ichigo yang tersenyum padanya.
"Maafkan aku," ucap Ichigo dengan senyuman sedihnya.
"Kenapa? Kenapa meminta maaf saat aku sudah melupakan semua hal yang merenggut kebahagiaan ku?" jawab Cenora berucap miris.
"Atau tepatnya, merupakan ataupun tidak ada bedanya sama sekali bagiku. Sampai detik ini tidak seharipun "mereka" pergi dariku."
"Daripada terus teringat kesedihan itu cuma aku lebih menerima daripada membuat hidupku semakin berat."
Cenora kembali murung saat mengingat gangguan yang diterimanya waktu itu, hingga mengakibatkan kecelakaan mobil saat mereka pulang bertamasya dari gunung.
Karena kepergian Ichigo begitu membuatnya sedih, Cenora menjadi anak yang pemurung Dan dari situ orang tuanya mengajaknya untuk bertamasya dengan tujuan mengembalikan senyumnya.
Tapi hal naas malah terjadi padanya. Para siluman yang semula menjauhinya karena Ichigo, kembali mengganggunya dan bahkan membuat mobil mereka mengalami kecelakaan. Hingga akhirnya Cenora kehilangan orang tuanya pada hari itu juga.
"Karena hal itulah aku minta maaf," Ichigo kembali mengeratkan rangkulan tangannya, agar Cenora semakin erat memeluknya, "Aku memilih keputusan untuk pergi karena satu hal penting. Dan aku sudah mendapatkan hal itu. Mulai sekarang aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi." ucap Ichigo yang dapat merasakan sakit hati kekasihnya itu.
Cenora terenyuh memandang wajah tampan Ichigo dengan matanya yang berlinang. Kedua pasang mata itu saling memandang dari jarak yang semakin dekat.
Pandangan Cenora terpaku pada iris mata keemasan milik pria yang sangat dihindarinya itu. Tapi entah mengapa, ia seakan tersihir untuk terus memandangi mata Ichigo yang seperti mata harimau itu. Dan tanpa Cenora sadari, Ichigo sudah memiringkan wajahnya dan mengikis jarak di antara mereka.
Sentuhan lembut perlahan terasa di bibir Cenora saat Ichigo mengecupnya secara perlahan. Hingga beberapa saat bibir keduanya saling menempel, Ichigo menarik wajahnya dan tersenyum hangat.
"Aku sudah kembali dan tidak akan pergi meninggalkanmu lagi. Semua yang kulakukan selama ini hanya untukmu, dan akan selalu untukmu. Aku mencintaimu, Cenora," ucap Ichigo dengan kejujuran yang dapat Cenora rasakan.
Ichigo kembali mengecup lembut bibir gadis yang disayanginya itu. Dan kali ini Cenora tidak hanya diam, melainkan membalas panggutan bibir Ichigo padanya.
Keduanya bertukar saliva dengan saling menghisap, mengecup, dan memberikan gigitan-gigitan kecil yang menggetarkan jiwa. Tanpa mengingat perbedaan yang awalnya menjadi halangan yang Cenora takutkan untuk hidupnya.
Ciuman lembut mereka berangsur panas hingga napas keduanya tersengal, tapi tetap saja tidak ada yang berniat mengakhiri cumbuan nikmat yang sudah mereka mulai itu.
Sampai Cenora kesusahan mengambil napas, barulah ia menarik wajahnya dan mengakhiri ciuman panas mereka.
Wajah merah Cenora yang malu membuat Ichigo tersenyum senang.
"Apa ciuman kita yang tadi itu adalah jawaban atas pertanyaanku? tanya Ichigo sembari menangkup wajah Cenora dengan sayang.
Ditanyai seperti itu membuat Cenora ragu. Perbedaan dirinya dengan Ichigo kembali teringat meski tidak dapat mengalahkan perasaan bahagia yang hinggap di hatinya saat ini.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu sekarang," jawabnya singkat.
"Tidak apa. Aku selalu bisa bersabar untukmu. Yang terpenting saat ini, aku sudah tahu jika kau tidak menolakku. Aku akan terus membuatmu semakin yakin pada apa yang kurasakan padamu, Cenora," jawab Ichigo menanggapi lalu memeluk Cenora dengan erat.
'Apa yang kurasakan ini? Kenapa rasanya sungguh aneh? Rasanya hanya ingin seperti ini, memandangi senyumnya, berada di sampingnya, dan menangis di pelukannya. Apakah ini berarti aku sudah jatuh cinta padanya?' ucap Cenora dalam hatinya sembari tersenyum di pelukan Ichigo.
Dari pohon yang tidak terlalu jauh dari tempat Ichigo dan Cenora berdiri sambil berpelukan, Leon tersenyum senang mendengar isi hati Cenora yang mulai menerima perasaan tuannya.
"Sepertinya persatuan Tuan dan Nona akan segera dilaksanakan. Hmmm, Tuanku yang satu ini memang sungguh berbeda. Dia rela bersabar meski sudah beberapa hari berlalu. Tapi memang seperti itulah Tuan Ichigo, dia memang berbeda dari saudara kami yang lainnya," gumam Leon sembari tersenyum memandang kebersamaan tuan dan nonanya.
Tapi sedetik kemudian senyum Leon pudar dan wajahnya menegang saat telinganya mendengar sesuatu yang datang secara tiba-tiba.
"Tuan!!!" teriak Leon yang seketika melompat sembari menyemburkan air berjumlah besar dari mulutnya untuk menghalau tembakan bola api yang datang menuju Ichigo dan Cenora.
Sementara Ichigo yang sudah menyadari kedatangan seseorang sudah siaga lebih dulu, bahkan sebelum Leon berteriak padanya. Ichigo mengulurkan tangannya ke depan dan sebuah pelindung tebal yang transparan bak sebuah kaca besar berbentuk setengah lingkaran langsung melindungi mereka berdua, dan itu jelas terlihat oleh Cenora.
Cipratan air menyebar saat bertabrakan dengan lemparan bola api yang datang dari arah yang tidak terduga. Dan beruntungnya perisai besar yang dibuat Ichigo dapat menghalau percikan api tersebut. Bak butiran salju yang jatuh di atas rumah kaca, setidaknya itulah yang terlihat di mata Cenora saat ini.
"Kenapa siluman itu mengganggu kencan pertamaku? Sangat menyebalkan!" gumam Ichigo geram.
"A-apa yang terjadi di sini?" Cenora yang juga masih syok melihat serangan yang datang tiba-tiba itu, juga ikut bertanya bingung.
"Kau masih ingat dengan siluman rubah yang waktu itu merasuki tubuh salah satu murid si sekolah?" tanya Ichigo dan Cenora menangguk, "Pria yang waktu itu kau anggap menaruh perasaannya padamu? Dan yang sekarang ini datang dan mengganggu kencan kita adalah pemimpin klan siluman rubah. Sebentar lagi kau akan terkaget saat melihat siapa dia!" sambung Ichigo sembari tersenyum sinis memandang ke depan.
"Kenapa aku akan kaget? Apa aku mengenal siluman itu?" tanya Cenora lagi.
"Mungkin saja!" jawab Ichigo sambil berseringai. Tangannya yang masih terulur terlihat menggenggam dan hal itu bersamaan dengan menghilangnya perisai transparan yang melindungi mereka.
"Ternyata kekuatan klan Siluman Harimau Hitam boleh juga, ya? Bahkan saat mereka masih berusia muda. Hei, bocah! Kekuatanmu tidak bisa diremehkan walau kau terlihat kecil di mataku!" ucap seorang pria berjubah abu-abu dengan penutup kepala, yang baru saja datang dengan cara melompat, dan kini berada tepat di hadapan mereka bertiga.
"Hai, Cenora. Kukira kau masih sakit sampai tidak datang ke sekolah. Tapi ternyata kau malah berjalan-jalan sejauh ini dengan Pak Guru Kris." ucap pria itu sembari membuka penutup kepalanya.