"Lagi.. yak!! Good!! Oke.. lihat kanan San.. yak, sip!! Wow!!" Seru sang photographer tersebut.
Suara jepretan kamera dan kilatan lampu flash itu juga memenuhi ruang pemotretan. Beberapa make-up artist terlihat tersenyum mengamati sang model yang anti mati gaya.
Sesekali dua make-up artist itu mendekati sang model untuk melakukan touch-up sedikit. Sedangkan tim kostum juga sangat cepat dalam membantu sang model berganti gaya pakaian selanjutnya.
Sedangkan sang designer muda bernama Joy itu terlihat puas melihat hasil karyanya berhasil dipakai oleh seorang model yang termasuk dalam kategori ternama se-Asia Tenggara. Apalagi dipadukan dengan seorang photographer muda yang tak kalah handal juga.
Krisan Almahyra. Gadis cantik berusia 20 tahun.
Ya. Usia yang masih terbilang sangat muda, namun talenta modelnya sudah sangat mendunia. Jadwalnya juga sangat sibuk dan terus menghadiri acara peragaan busana atau Fashion Show di berbagai negara yang tentu saja disponsori oleh merk atau brand ternama.
Gadis itu akrab disapa Krisan. Wajahnya sangat cantik, membuat banyak pria tidak bisa berhenti menatapnya. Wajah yang didambakan oleh banyak perempuan. Wajah Krisan itu cantik yang tidak membosankan dan sangat natural.
Banyak yang mengira Krisan melakukan operasi plastik. Namun tentu saja foto-foto masa kecil Krisan mulai dari bayi juga sudah tersebar di ranah sosial media. Ia benar-benar memiliki kecantikan yang murni.
Kulit bersih, putih, dan mulus. Wajah khas dengan tatapan tajam, bibir ranum berwarna merah muda, hidung kecil yang mancul, tulang pipi yang tegas, serta bulu mata lentik dan bentuk alis yang sempurna.
Badannya memiliki tinggi 165cm. Senyumnya sangat menawan. Banyak orang berkata bahwa ketika Krisan tersenyum dalam pemotretan, pasti harga senyuman itu sangat mahal. Karena Krisan sangat jarang tersenyum, rata-rata ketika pemotretan ia memakai riasan bold atau flawless, lalu gaya mimik wajahnya menatap tajam tanpa tersenyum. Pose tanpa senyum.
Pemotretan itu selesai dalam waktu sekitar tiga jam saja. Krisan langsung menuju ke arah komputer yang menampilkan hasil pemotretan.
Gadis itu tersenyum miring melihat hasil pemotretan dirinya sendiri. "Yang ini.. sama yang ini hapus aja. Gaya tanganku kurang memuaskan." Ucap Krisan.
Rezvan berjalan mendekat pada Krisan. "Tenang aja. Seperti biasanya gue bakal cut dan delete mana yang gak bagus. Gue udah hafal mana yang membuat lo nggak srek buat disimpan."
Krisan mengangguk. "Oke deh Van.. thanks." Ucapnya singkat.
Kemudian gadis itu berjalan menjauh dan memasuki ruang rias lagi. Sudah waktunya riasan Krisan dihapus dan gadis itu berganti pakaian.
Sedangkan Rezvan terus saja tersenyum sambil memandang Krisan yang masuk ke dalam ruang rias. Indera penciumannya puas menghirup aroma semerbak dari wangi tubuh Krisan yang selalu memakai parfum yang sama.
"Kenapa Van? Mandangin terus ke manapun langkah kaki Krisan pergi. Udah gue bilang kan, kalau naksir tuh ngomong!" Ujar Joy sang designer yang sudah akrab dengan Rezvan maupun Krisan.
Rezvan terkekeh pelan. "Sulit lah, kak. Gak mungkin juga gue diterima sama cewek secantik dia. Kekayaan gue juga gak sebanding dengan yang dia miliki."
"Heeiii, emang cinta harus mandang hal kayak gitu? Gue aja nikah sama laki-laki berprofesi dosen." Balas Joy.
"Hmm, mulai. Tunggu dulu Kak Joy. Suami kakak itu meskipun dosen, tapi gelarnya profesor doktor. Gak kayak gue yang cuman S2 multimedia."
Tentu saja mendengar celotehan itu, Joy tertawa geli. Rezvan memang jago membanding-bandingkan tentang gelar dan pendidikan orang lain dengan dirinya sendiri.
Padahal pria berusia 24 tahun itu sudah memiliki banyak prestasi dari hasil jepretannya. Ia juga sudah diakui oleh beberapa negara dan memiliki lisensi resmi sebagai photographer handal. Maka dari itu, Rezvan sangat sering satu project dengan Krisan.
Krisan, Rezvan, dan Joy adalah tiga serangkai spesial. Begitu kata orang-orang kebanyakan.
Joy atau Johanna Adeline. Designer muda yang berusia 26 tahun dan baru menikah lima bulan dengan suaminya. Ia belum hamil, karena memang sengaja ditunda. Dan karya-karya fashionnya sangat mendunia dan selalu mengejutkan banyak orang.
Rezvan Fernandez. Sang photographer muda itu juga menuai banyak pujian. Pria bertubuh tinggi sekitar 175cm dan berat badan ideal. Memiliki postur tubuh atletis dan senyum yang manis. Kulitnya bersih dan Rezvan memang sangat menyukai kebersihan. Ia anti sekali dengan debu meskipun hanya sedikit.
Jadi setiap kali sebelum pemotretan dimulai, Rezvan akan menyuruh manajernya untuk mengatur tempat pemotretan sebersih mungkin. Kecuali jika pemotretan dilakukan di luar ruangan atau outdoor, maka Rezvan tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya anti dengan debu yang berada di dalam ruangan tertutup.
Sedangkan Krisan, seperti yang sudah dijelaskan di awal tadi. Ia model handal di usia yang sangat muda. Gadis itu memiliki sifat cuek dan perfeksionis dalam hal apapun.
Dalam mengajak Krisan untuk mau melakukan pemotretan menggunakan fashion dari seorang designer memang membutuhkan kesabaran yang sangat ekstra. Karena Krisan hanya mau melakukan pemotretan dan memakai beberapa merk baju dari designer yang terkenal.
Dan dalam waktu dekat, Krisan akan resmi dikontrak tetap oleh Joy. Joy sudah memiliki brand butik sendiri dan fashion bajunya juga sudah sangat meluas. Sekali cocok, maka Krisan tidak ingin berpindah tempat ke designer lain.
Apalagi Joy sudah menjalin kerjasama dengan brand-brand lain termasuk luar negeri. Hal itu tetap memudahkan Krisan untuk bisa menghadiri fashion show di manapun jika diundang.
"Sya, habis ini jadwalku apa? Ada pemotretan untuk majalah nggak?" Tanya Krisan saat ia baru saja masuk ke dalam mobil pribadinya.
Tasya menggelengkan kepalanya. Gadis itu masih sedikit ribet dengan memasukkan beberapa barang pribadi Krisan ke dalam bagasi mobil. "Nggak ada Kak. Udah beres aja hari ini."
Mendengar hal itu, Krisan melirik arloji kecilnya di pergelangan tangan kiri. Ternyata masih pukul setengah empat sore. "Terus yang buat majalah itu kapan?"
"Masih lusa kok. Besok jadwal Kakak free."
Kedua mata Krisan membulat senang. "Seriusan? Gak hoax kan?"
"Iya. Beneran kok. Tasya udah cek dua kali. Hayooo.. mau ke mana kak? Jangan jauh-jauh ya kalau mau pergi atau main." Pesan Tasya, manajernya.
Krisan nyengir saja dan menaik-turunkan kedua alisnya. Gadis itu tersenyum penuh maksud. "Sya, lamborku ada kan di hotel?"
"Iya. Udah dipindahin Pak Soni ke basement VIP."
"Hm, oke deh. Nyampe hotel kamu masuk aja duluan."
Tasya langsung menatap Krisan dengan tatapan serius. "Kaakk, ayolah. Mau ke mana lagi? Nggak istirahat? Kebiasaan deh, pas lagi kerja pengennya pulang dan istirahat. Ngeluh terus. Giliran jadwal udah selesai dan gak padet malah mau kabur-kaburan lagi."
"Hehehe.. gapapa lah. Nyenengin diri sendiri. Please, aku udah stresfull banget. Aku butuh penyegaran." Ujar Krisan sedikit memaksa.
Tasya menghela napasnya dan masih menatap Krisan. Namun pada akhirnya ia mengangguk mengijinkan Krisan untuk bepergian sendiri. "Tapi dengan satu syarat ya kak. Jangan mabuk."
"Beres." Balas Krisan dengan nada senang.
Krisan memang hanya akan seasik itu dengan manajernya saja. Dan hanya dengan Tasya saja Krisan menggunakan aku-kamu jika berbicara. Karena Tasya itu gadis yang lugu dan cerdas, tidak pernah neko-neko dan selalu lemah lembut dan sabar menghadapi Krisan.
Usia Tasya sama seperti Krisan, namun Tasya sudah biasa memanggil Krisan dengan embel-embel 'kak'. Karena perilaku Krisan memang lebih berani darinya.
Perihal bisa menjadi manajer Krisan, Tasya sendiri yang menginginkan hal itu. Karena ia berteman baik dengan Krisan di kampus. Alhasil, mereka berdua tetap kuliah juga namun memakai sistem online.
Dan tentu saja sebagai seorang manajer, Tasya cukup handal dan profesional dalam menangani semua pihak yang berusaha menghubungi Krisan atas dasar tawaran pemotretan, undangan fashion show, wawancara, talk show, dan lain-lain.
*****