Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 4 - Bab 3 Kesamaan yang menyedihkan

Chapter 4 - Bab 3 Kesamaan yang menyedihkan

Setelah sebelumnya telah melewati hal hal menarik layaknya sebuah mimpi,, kini semuanya kembali ke dunia nyata masing masing...

"masuk mandi sana,,, terus jangan lupa pakaian kamu langsung di cuci,jangan disimpan2!!",kata ibu dyah ketus

"ya bu",kata dyah singkat karena menahan lelah tubuhnya

Pakaian kotor dan baskom kosong diambilnya lalu menuju kamar mandi untuk mencuci dan membersihkan badannya..

Selang 15 menit berlalu,pintu kamar mandi diketuk ibunya,, pada saat dyah membuka pintu,pakaian kotor lainpun datang dari luar menuju ruang kamar mandi yang telah dilempar oleh ibu dyah..

"cuci sekalian itu"kata ibunya

yah lumayan lah pakaian tambahan itu,,, bisa memakan waktu 2 jam dyah untuk keluar dari kamar mandi...

bayangin aja,, jam 6 sore dyah tiba dari tempat perkemahan dgn berjalan kaki,terus setibanya dirumah belum melepas penat tapi langsung disuruh cuci baju, 2 jam kemudian yah pastinya sudah jam 8 teng donk,dyah baru kelar nyuci dan bersih bersih badan. Hingga akhirnya karena terlalu capek,dyah sudah tidak sanggup buat makan malam. Tulangnya sudah tidak mampu menopang tubuhnya yang letih,,hingga akhirnya dia langsung tertidur..

(Mimpi indah dyah.....)

kukuruyuuuuuuuuukkkkk....( suara kokok ayam berbunyi,pertanda datangnya pagi....)

pukul 5 subuh,, bangun, wudhu dan langsung sholat subuh.

Selesai sholat langsung masuk dapur masak air panas untuk buat teh sarapan pagi, nyambih dengan nyuci piring.

setelah air tanak, kopi dan dan teh telah diseduh,langsung nyapu dan ngepel,, lanjut lagi menjemur pakaian yang semalam dyah cuci..

wow,, pekerjaan gag ada henti hentinya..

pukul 7 pagi,,, semua anggota keluarga telah bangun,, waktunya dyah minum teh. belum beberapa menit istirahat, suara ibunya memanggil,,,

"ini pakaian setrika,, yang rapih tdk boleh ada kusut biar sedikit,, cepat!!", perintah ibunya sambil menyerahkan pakaian yang akan dyah setrika...

"sepertinya pekerjaan sampai malam ini klo sebanyak ini" bathin dyah berkata.

tapi mau gimana lagi,, mau tidak mau dyah harus kerjakan..

perasaan capek belum juga hilang,, tapi kenyataan harus tetap dijalankan.

"assalamu alaikum,,, ada dyah tante?", tanya teman dyah pada ibunya.

"ada,, kenapa nak?",jawab ibu dyah serayaelontarkan pertanyaan kembali pada teman dyah

"ini tante,, saya mau jemput dyah. mau ke lapangan tennis, soalnya ada ujian praktik dari guru olahraga"jawab teman dyah

"oo begitu,,, tapi maaf yah nak dyah tidak bisa keluar klo kerjaannya belum selesai.. karena kerjaannya di dalam banyak sekali jadi tidak boleh keluar rumah nak", jawab ibu dyah santai

"tapi tante,, ujian ini buat penambah nilai kenaikan kelas", jawab teman dyah membujuk ibu dyah agar mengijinkan anaknya .

" tidak apa apa nak kalo dyah tidak ikut,, karena dyah pintar dan nilainya selalu bagus,jadi nilai ini tidak akan berpengaruh pada nilai nilainya yang lain. tapi dyah tetap tidak bisa pergi kalo kerjaan rumahnya belum selesai", ucap ibu dyah

"oh iya tante,kalo begitu saya pamit. salam buat dyah" ujar teman dyah menutup pembicaraan

Dyah hanya bisa mendengarkan percakapan antara ibu dan temannya saja sambil menahan air mata yang ingin membasahi pipinya dan menahan kecewa pada sikap ibunya..

"ibu kenapa seperti ini sama saya?", kata dyah dalam hati serasa ingin berteriak

"saya mau sekolah, saya mau belajar, kenapa ibu lebih pentingkan pekerjaan rumah ini ketimbang tugas sekolahku?? kenapaa?", hatinya mulai mendongkol

" saya ini anakmu atau pembantumu?,, tiap hari seperti ini,, kerja seperti ini,saya seperti hidup menumpang dirumah orang asing", bulir air jatuh membasahi pipi dan menetes ke baju yang sementara dyah setrika.

Dyah hanya bisa menelan ludah sakit dan kecewa yang dia rasa,, tapi tak bisa berkata kata..

begitulah bergulir tiap minggu kegiatan dyah..

Di didik keras oleh ke dua orang tuanya,, katanya dia harus mampu melakukan semua yang tak pernah dia lakukan saat dia masih tinggal bersama tantenya di provinsi lain saat masih di bangku Sekolah Dasar.

Dia harus kuat, mandiri, tidak boleh lemah karena dia adalah anak pertama dan akan menjadi contoh buat adik adiknya kelak..

Hanya saja,,, mereka tidak berpikir efek buruk dari didikan tersebut bila tidak dibarengi pendekatan dan kasih sayang pada anak didiknya itu...

Ditempat berbeda....

"kamu dari mana jam segini baru ada dirumah, hah?", tanya syam kakak adi pada adiknya itu

adi hanya terdiam,tidak berani menjawab. karena kakaknya yang satu ini adalah saudara yang paling ditakuti seisi rumahnya.

....plaaakkk,,, seketika itu pula sebuah tamparan mengenai wajah adi.

"kalau di tanya itu menjawab,jangan cuma diam saja. kamu punya mulut!!!", lanjut syam.

Dia hanya tunduk terdiam menahan sakitnya pipinya,dan pastinya menahan sakit hatinya juga...

"cepat masuk kamarmu,, jangan kemana mana.."

"awas yah kalau kamu keluar rumah lagi,, saya pukul kamu!!" ujar syam kembali

"kamu itu yah, beberapa hari ini banyak sekali laporan masuk lagi ke telingaku katanya kamu jarang dirumah??"

"kemana?, bikin apa?, sama siapa?"

"keluyuran terus,,, tidak tau pulang,,bikin apa kamu nginap dirumah orang lain? hah?.

"bikin malu orang tua saja,, kayak kamu tidak punya rumah", ujar syam terus mengomel

adi tak berani membuka suara,, benar atau tidaknya dia, dia akan tetap bersalah di mata kakaknya yang satu ini..

jadi dia hanya berusaha untuk tetap diam seraya menahan tangis karena sakitnya pipi yang sudah di tampar syam

"heh,,, kamu tau, tempat mu bergaul itu disana,, tempat tidak baguss"

"itu tempat,, tempatnya pencuri,pemabuk,peminum,pemakai obat obatan"...

"apa yang kau cari disana?,,, hah???"

"atau jangan jangan kamu juga melakukan hal begitu disana?"

"iyakah??"

"jawabbb", emosi syam mulai memuncak lagi

"ah,, tidak... tidak ada saya bikin hal seperti itu,, tidak ada" sela adi mencoba menenangkan kakaknya

"terus,, kenapa kamu mau kesana terus kalo memang tidak buat hal hal seperti itu juga?", tanya syam

"tidak kak,, cuma nongki nongki saja. karena mereka teman temanku waktuku kecil" jawab adi

"ok,,, apapun alasanmu.. mulai sekarang, jangan pernah injakkan kaki mu ke tempat itu lagi.. kalau kamu tidak mau mendengar,,, awas saja", ancam syam

"iya kak syam,, maaf", jawab adi

"masuk sana kamarmu, tidur!!!", lanjut syam

Ditempat yang berbeda,, tapi pemikiran yang sama.

Mereka (dyah dan adi) selalu berpikir mengapa mereka berbeda dengan saudara saudaranya yang lain...

"ada apa?, kenapa?, mengapa?". pikiran ini berkecamuk dalam benak mereka

"apa salahku?, apakah aku anakmu?, mengapa aku tak seperti mereka?, aku juga ingin bernasib seperti mereka"

mereka hanya bisa menahan isak tangis sakit yang mereka pendam tanpa bisa mereka utarakan