Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 4 - KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA

Chapter 4 - KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA

Kenzo sudah berada di mansion utama rumah keluarganya, ia berada di ruang keluarga. Di sini seluruh anggota keluarganya berkumpul, terhitung baru 1 menit yang lalu ia menginjakkan kakinya di sini. Semua orang berdiri, menatap Kenzo yang berdiri di depan mereka.

Sedangkan Kenzo balik menatap salah satu di antara mereka, yaitu Guntur yang berstatus sebagai ayahnya. Satu hal yang pasti, hubungannya dengan Guntur tak sehangat yang mereka kira juga tak seakrab dulu sebelumnya mamanya koma. Semuanya berubah sekejap mata!

"Untuk apa anda menyuruh saya datang kemari?" tanya Kenzo tanpa ekspresi.

"Tinggalkan Dark Wolfe dan jadi pemimpin di perusahaan papa!" suruh Guntur.

"Saya tidak mau dan tak akan pernah mau!" balas Kenzo penuh penekanan.

"KAMU PENERUS PAPA KENZO! JANGAN HANYA KARENA MAMAMU SUDAH MENINGGAL KAMU MENJADI SEPERTI INI!" bentak Guntur penuh emosi.

"Jika hanya membahas ini, lebih baik saya pergi," ucap Kenzo tanpa mempedulikan bentakan yang Guntur berikan untuk dirinya.

"Jangan berlagak kau sudah bisa melakukan semuanya, Kenzo!"

Kenzo tertawa miring mendengar suara yang pamannya kelurkan, selalu seperti ini dan tak akan pernah berubah. Mereka semua tak ada yang mendukung dirinya menjadi seorang ilmuwan, bahkan mereka melakukan segala macam cara agar Dark Wolfe lenyap dari dunia ini.

Dirinya tak percaya lagi dengan semua orang ini, mementingkan kepentingan sendiri tanpa memikirkan keadaannya yang sebenarnya. Di sini juga ada keponakan Kenzo, namun mereka hanya menonton seolah sedang ada konser di sini. Mereka semua terlalu menurut kepada baj*ng*n, seperti papanya mungkin

"Tak ada yang dibicarakan lagi?" tanya Kenzo dengan nada seperti mengejek.

Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya datang ke arahnya dan langsung memeluk Kenzo. "Jangan pergi, Kenzo, kamu harus tetap di sini. Mama sayang kamu, Kenzo," ucap perempuan paruh baya itu dengan nada pelan.

Kenzo menghempaskan seorang yang berani memeluk tubuhnya tanpa izin. "Saya hanya mempunyai satu mama, dan tentunya itu bukan anda!" sahut Kenzo menohok.

"Kau sama sekali tak mempunyai sopan santun, Kenzo!" suara bartion milik paman Kenzo menggema di ruangan ini.

"Apakah yang saya ucapkan sebuah fitnah?" tanya Kenzo menantang.

"Jika kau marah dengan papa, tolong jangan melampiaskannya ke mama!"

Kenzo menatap orang yang baru saja berbicara, ternyata adiknya yang bernama Askar yang terpaut 5 tahun dengan dirinya. Lantas ia mendekat ke arah Askar dan menepuk pelan pundaknya, ia menatap setiap inci wajah sang adik. Masih sama seperti 4 bulan yang lalu terkahir kali bertemu.

"Rupanya kau sudah menerima dia di keluarga ini, selamat atas hal itu. Sekarang tak ada lagi yang menyuruhmu untuk tak patuh kepada mereka. Jangan lupakan mama yang selalu membela walapun kau yang salah!" ucap Kenzo disertai tawaan hambar.

Lalu dirinya pergi dengan perasaan kecewa, ia tak mempedulikan semua orang yang memanggil dirinya. Yang jelas ia kecewa dengan semua ini, adiknya telah tertipu dengan situasi ini. Situasi seperti ini membuat yang disudutkan semakin tersudut tanpa pembelaan yang didapat.

Papanya menikah lagi, dan ia tak terima mamanya diduakan seperti ini. Bahkan semenjak ia keluar dari rumah ini, tak ada kelembutan yang dirinya dapat. Hanya paksaan untuk menjadi pemimpin perusahaan, mereka terus berkata sedemikian rupa agar dirinya mau.

***

Skay berada di supermarket bersama dengan Yula, ia belanja bahan makanan untuk persiapan berangkat besok ke Desa Komora. Yula mendorong satu troli besar yang isinya berbagai macam makanan instan, ia seperti ingin camping saja.

"Mau beli biskuit enggak?" tanya Yula.

Skay menggeleng. "Udah ada yang buat biskuit, kita belanja susu dan kita bagikan kepada anak kecil yang ada di sana," balasnya.

"Aku ingin membelikan mereka semua makanan kaleng, kira-kira rusak enggak ya diperjalanan," tanya Skay.

"Kayaknya jangan deh, bukan perkara rusak tapi kita bingung bawanya gimana. Kita ke sana dengan helikopter yang mendarat langsung di atap hotel," cegah Yula.

Skay mengangguk membenarkan ucapan Yula. "Lagi pula untuk sementara makanan ini kita taruh di dalam hotel," balasnya.

Memang ia dan anggota Dexstar akan bermalam di hotel yang letaknya cukup jauh dari Desa Komora. Mengapa di sana? Karena hanya hotel itu tempat yang strategis untuk menyimpan sesuatu, mereka bisa menuju ke hotel dengan mobil dan itu membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

Di desa Komora sama sekali tak ada tempat penginapan, sekeliling hanya hutan yang sudah gundul dan tanah longsor. Akan berakibat fatal jika membangun penginapan di sana, mungkin akan membangun tenda namun letaknya tak terlalu dekat dengan desa itu.

"Udah kan? Yuk kita pulang," ajak Yula.

"Udah, kamu bayar dulu, aku keluar mau hubungi anggota yang lain," ujar Skay dan dibalas anggukan oleh Yula.

"Kamu tunggu di mobil, jangan ke mana-mana sebelum aku datang!" peringat Yula.

"Iya, bayarnya jangan lama-lama soalnya kita harus kirim barang-barang ke hotel duluan," jelas Skay.

"Oke!" jawab Yula sembari memberikan jempolnya kepada Skay.

Sedangkan Skay menggeleng pelan, ia berjalan berlawan arah dari Yula. Ia akan pergi ke parkiran mobil terlebih dahulu, tentunya sambil mencoba menelepon seseorang. Sesampainya di perkiraan mobil ia berdiri di sebelah mobil miliknya, sekilas ia mencium bau wangi.

Sepertinya bau ini tak asing? Tapi bau siapa? Ah ya! Ini bau pria yang hampir menabrak mobilnya. Namun di sini tak ada siapa-siapa dan bau itu hilang seketika. Ia mencoba mengendus-endus sekitar, tak ada bau sama sekali. Apa mungkin ini hanya perasaannya saja?

"Skay!" panggil Yula dari belakang.

Skay menoleh ke belakang. "Kok cepet banget?" beonya.

"Antriannya enggak lama, ada pegawai yang bantuin masukkin semua ini ke dalam kantung keresek," jawab Yula.

Skay membantu Yula memasukkan barang belanjaan ke dalam mobil. Mereka masuk ke dalam dan Yula menginjak gas, mobil mereka keluar dari area parkiran. Sementara Skay memikirkan bau parfum yang baru saja tercium tadi. Mengapa misterius sekali? Ia merasa bau itu nyata, tapi tak ada orang di parkiran itu.

"Kamu mikirin apa sih? Kok dari tadi ngelamun terus," tanya Yula.

"Enggak," jawab Skay seadanya.

"Jangan banyak pikiran, kita mau ngejalanin misi dan itu memerlukan tenaga dan pikiran. Kalau kamu banyak pikiran, misi ini enggak akan behasil," jelas Yula bijak.

"Terima kasih udah kasih tau," balas Skay tersenyum hangat.

Setelah percakapan itu susana kembali hening, hanya terdengar musik yang berasal dari radio HP. Tanpa Yula ketahui, sebenarnya Skay masih memikirkan sesuatu. Skay seolah merasa bersalah, tapi apa? Dia sendiri tak tau kesalahan apa yang diperbuat hingga merasakan perasaan aneh terus menerus.