Dia benar-benar terselimuti emosi membuat deri di dafa nya naik turun.
Kania menekan bel secara terus menerus, membuat bi Ijah yang bermata sembab itu pelan-pelan membukanya. "Bi? Dimana Damar?" tanya Kania.
"Tuan sudah pergi satu jam yang lalu Nyonya," jawab bi Ijah lirih.
Badan Kania langsung merosot, ia membentur lantai sekaligus. Adi rupanya datang tak lama setelah Kania datang. "Hei Kan, kenapa?" tanya Adi panik, ia juga membuat tubuhnya duduk di samping Kania dengan menekuk satu kakinya.
"Di, kenapa Damar egois sampai akhir, Khaira bahkan tidak sempat memeluk dia sebagai Ayahnya, kenapa dia melakukan itu Di, bagaimana bisa dia seperti ini padaku," Kania meraung didepan Adi, ia mengguncang kan baju yang dikenakan Adi.
Adi membawanya kepelukan. Tanpa mengucapkan apapun.
"Bagaimana dengan Khaira, dia butuh Ayahnya juga, dia tidak bertanggungjawab sampai akhir, aku membencinya," Kania tampak tak bisa menahan emosinya di sela tangisannya itu.