Rasa sakit yang memuncak akhirnya tumpah sekarang, benar-benar di depan matanya.
Kania menangis di dalam lift sendirian, sementara Khaira sudah pergi lebih dulu dengan Kakeknya dan menunggu di mobil.
Sesampainya di lobby, Kania menghapus air matanya, dan langsung masuk mobil. Ia melihat Khaira yang memalingkan wajahnya, gadis itu melihat keluar jendela tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kania mengerti akan perasaan putrinya yang masih kecil itu.
Pak Pratama juga hanya terdiam, sampai di bandara Khaira tetap menutup mulutnya rapat-rapat.
"Kan?" panggil Adi tiba-tiba entah dari mana, ia datang membawa sebuah koper, menatap Kania yang juga membuatnya terkejut.
"Di, kenapa disini?" tanya Kania
"Aku akan mengantarmu ke Jogja, aku sudah berjanji pada Dimas akan mengantar mu dengan selamat," jawab Adi.