Sungguh posisinya sekarang membuat semua orang sangat iri sekali terhadap gadis itu.
Mereka berdua turun kelantai 16ke ruangan Kania untuk mengambil barang-barangnya, tatapan semua orang kembali menjadi santapan mata Kania yang merasa tidak enak hati. Ditambah ia membawa jas Damar yang harus dicucinya.
Pak Handoko keluar dari ruangannya, karena ia juga bergegas segera pulang, "Sore pak, ada yang bisa saya bantu?" Sapa pak Handoko.
Damar menjawab, "Sore pak Han, apakah saya harus punya kepentingan untuk datang kemari?" Damar tersenyum menggoda pak Handoko.
Pak Handoko hanya tersenyum sedikit, merasa tidak enak hati.
"Saya mau pulang, kebetulan sekalian mengantar Kania,'' lanjut Damar.
Awalnya pak Handoko membelalakan matanya, hampir saja mulutnya menganga sangat besar dan kaku "Kania? oh iya iya pak," jawab pak Handoko terbata-bata.