Suasana sangat nyaman karena angin yang berhembus dari sela-sela lubang jendela.
Ini hari pertama mereka di rumah ini, Herrin yang terbiasa di rumah mewah memang lebih nyaman dimana pun asalkan ada Sharon di dekatnya, mereka memang tidak terpisahkan. Walau hati ini membuat tulang nya hampir patah.
Rasa sakit itu menyakitinya dari dalam dan menggores harga dirinya kini.
Sharon bertemu dengan si ibu pemilik rumah, setelah ia menghubungi nomor yang tertera didepan pagar kecil rumah itu.
"Neng yang menghubungi saya?" tanya seorang ibu-ibu paruh baya, memakai baju syar'i tertutup.
Ia menghampiri ibu tersebut dan menyalaminya, juga Herrin yang mengikuti Kakaknya. "Iya Bu, kalau boleh saya tau! Berapa harga sewanya, saya butuh sekali tempat tinggal bersama adik saya!" Ucapnya.
Ia dengan berani lantang, padahal ia sudah menyuruh Herrin pulang ke rumah Martha dan Jeremy namun anak itu tak mau dan ingin ikut Sharon.