Entah nyata atau tidak hal ini membuatnya cukup kesal karena tak menemukan kesungguhan yang bisa menenangkan keadaan.
Gadis cantik itu, susah payah menahan gejolak hatinya yang rapuh, sebisa mungkin menahan air mata yang terus mendesak ingin keluar dari pelupuk mata indahnya.
Pikirannya sudah pergi kemana-mana, sampai akhirnya ia sampai di Rumah Sakit yang disebutkan David, dimana Keenan dirawat.
Setelah menanyakan di pusat informasi, ia kemudian menuju ruangan yang dimaksud, kakinya tidak mampu berjalan dan ia menangis dengan lutut yang jatuh menekuk, rasa sakit dilutut nya tidak lebih sakit dengan hatinya.
Ia membuka sepatu hak tinggi yang dipakainya, berusaha mengangkat tubuhnya kembali, dengan tangan yang berpegangan pada dinding lorong Rumah Sakit itu.
Kakinya berhenti didepan pintu sebuah kamar pasien, dengan tangan gemetar ia berusaha menguatkan hatinya, dan perlahan pintu pun bergeser.