Bagaimana bisa perasaan khawatir tentang perasaan gadis di depannya berhasil membuatnya gundah.
Lelaki itu tampak menatap mata Kania tak percaya, bagaimana bisa gadis itu lebih memikirkannya dibanding dirinya sendiri. "Aku mengkhawatirkan mu, aku takut kamu belum bisa melupakan Aditya, aku tidak masalah."
"Saya juga tidak masalah, bukankah bapak akan melindungi saya!" Jawab Kania diikuti dengan senyumnya yang indah.
"Apa kah nyaman memanggil nama dengan kata-kata saya dan bapak?" tanya Damar.
"Haruskah panggil sayang? bukankah itu terlalu cepat?" Kania menggaruk kepalanya padahal tidak gatal.
"Mari coba, sesekali boleh agar terbiasa! Aku akan belajar memahami mu!" Jawab Damar, membuat hati Kania begitu senang.
Kania berganti pakaian dan turun bersama Damar. "Aku pulang duluan ya, motorku ku parkir disana!"
"Apa tidak pulang bersama?" tawar Damar.
Kania menggeleng, "Adikku cukup ganas dan dia bisa menyerang mu kapan saja," Kania menunjukan jari tangannya seperti macan.