Setelah memeriksa semua pesan nya ia mematikan tombol membuat benda pipih di tangannya tak bercahaya.
Gadis itu kembali menaruh ponselnya, laku merebahkan diri diatas kasur single nya yang terasa nyaman, karena tulangnya sepertinya sangat butuh istirahat.
Namun sebuah bayangan sikap Damar hari ini kembali mengganggu Kania,"Ah aku benar-benar merindukannya, bukankah seharusnya dia mengirimi ku pesan, bukankah ini tidak masuk akal?" Kania berbicara sendiri sembari menatap langit-langit kamarnya.
Hanya beberapa bayangan hidup yang awalnya ia renungkan di ikuti satu hal lainnya.
Kania bangkit dan duduk, lalu memundurkan tubuhnya sehingga ia bersandar di kepala ranjang. "Aku bahkan tidak punya fotonya!" Kania kemudian meraih ponselnya kembali, yang tadi ia letakan.