Hari sudah semakin gelap. Badan Anindira benar-benar remuk saat ini. Bagaimana tidak, seharian ini tenaganya benar-benar dikuras karena pernikahan ini. Ia harus berlama-lama salaman dengan banyak orang. Ia juga harus menampilkan senyum lebarnya yang sayangnya palsu itu pada semua tamu yang hadir. Jujurnya, mulutnya cukup kaku sekarang.
Anindira menutup matanya menikmati segarnya guyuran air dari shower. Pikirannya jadi agak tenang setelah mandi. Ia mengenakan bathrobe yang ada di kamar mandi itu dan keluar dari kamar mandi.
Ia melihat seisi kamar yang didominasi oleh warna abu-abu itu. Rangkaian hiasan bunga mawar memenuhi isi kamar itu. Layaknya kamar pengantin baru. Apa mereka berpikir jika Anindira dan Nathan akan melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri? Itu tak mungkin bukan?
