Raja Anusapati sedang bekerja di meja kerjanya. Dia sedang membaca sebuah kertas laporan. Tiba-tiba dia ingat bahwa dia harus pergi sarapan dengan ratunya. Kemudian dia menyimpan kertas laporan itu dan bersiap untuk pergi ke paviliun ke timur. Tapi kepala pelayannya (Karso) masuk ke kamar raja.
"Karso ada di sini", kata kepala pelayan.
"masuk", jawab raja.
Karso membawa nampan makanan.
"Apa itu, aku akan sarapan dengan ratuku", kata raja.
"Yang Mulia sudah makan, dia mengirim makanan ini untuk Anda, Yang Mulia", kata Karso.
"Apa? Kenapa dia meninggalkanku sendiri" Sang Raja kecewa.
"Yang Mulia memasaknya sendiri, silakan anda coba", kata Karso.
"Benarkah? Aku tidak tahu jika ratuku bisa memasak, tapi mungkin dia berhasil, jadi aku akan mencobanya", kata raja.
Kepala pelayan meletakkan makanan di atas meja.
"Makanan macam apa ini?" tanya raja.
"Yang Mulia bilang ini Nasi Padang dengan Rendang, Rendang adalah gulai daging sapi yang dimasak dengan santan. Ini makanan dari pulau Sumatera" jawab Karso.
"Woww.. kita punya ratu yang luar biasa, saya tidak pernah bepergian ke Sumatera, tapi dia pernah ke sana" kata raja.
Raja Anusapati mencoba makanan itu dan dia makan sambil tersenyum. Dia makan semuanya tanpa meninggalkan nasi di piringnya. Kepala pelayannya terkejut karena Raja Anusapati menyukai makanan itu.
"Mmmmm.... rasanya enak sekali... aku suka sekali makanan ini.." kata sang Raja.
"Wah, saya senang mendengarnya", kata Karso.
"Saya harus berterima kasih kepada ratu ku untuk makanan ini, mari kita pergi ke kamar ratu", kata raja.
"Ah.. maafkan saya yang mulia, Pangeran Toh Jaya sudah menunggumu untuk latihan memanah", kata karso.
"Ohh begitu, baik lah, aku akan mengunjungi ratuku nanti".
Tania berjalan ke taman istana. Dia sangat senang setelah memasak Nasi Padang dan rendang. Sejak dia datang ke Singhasari, dia hanya makan makanan Jawa yang pedas tapi manis. Berbeda dari makanan Sumatera, mereka memiliki banyak jenis makanan yang dimasak dengan santan.
Kemudian Ratri memberitahunya bahwa Raja Anusapati menyukai Nasi Padang yang dibuat oleh Tania.
"Yang Mulia sangat suka Nasi Padang. Pelayannya bilang ke saya", kata Ratri.
"Oh saya tahu, saya rasa tidak ada yang tidak suka Nasi Padang", kata Tania.
"Yang saya tahu, Anda tidak pernah bepergian ke Sumatera, bagaimana Anda bisa tahu resep makanan itu?", tanya Ratri.
"Hmm.. aku menemukannya di dalam mimpiku", jawab Tania.
"Mimpi?"
Ratri bingung dengan ratunya karena Tania berbeda dengan ratu aslinya. Tetapi dia lebih menyukai Tania karena Tania lebih energik dan tampak bahagia setiap hari.
Taman Istana dekat dengan lapangan panahan. Tania melihat Raja Anusapati sekarang sedang beradu memanah dengan Pangeran Toh Jaya. Dia melihat mereka dari balik pohon. Keduanya sangat mahir memanah, ternyata Bagaskara (pengawal Raja) memberitahu raja bahwa ratu sedang melihat raja di balik pohon.
"Maafkan saya, Yang Mulia, ratu sedang melihat Anda", kata Bagaskara.
"Benarkah? di mana dia?" tanya raja.
"Dia tinggal di balik pohon itu", jawab Bagaskara.
"Oh, aku bisa melihatnya", kata raja sambil tersenyum.
Pangeran Toh Jaya mendengar bahwa ratu ada di sana. Dia harus bermain lebih baik dan menang melawan raja. Dan Raja Anusapati pun kalah dalam adu memanah itu. Kemudian Pangeran Toh Jaya memenangkan permainan tersebut.
"Ahh.. dia sangat lemah, Ivan selalu lemah bahkan lemah juga di masa lalu" kata Tania.
"Mungkin ketika Yang Mulia melihat kita, dia merasa gugup" kata Ratri.
"Ah tidak menarik lagi, ayo kembali ke kamar kita" kata Tania.
"Ya, yang Mulia".
Tania meninggalkan taman istana. Bagaskara memberi tahu raja bahwa ratu telah meninggalkan taman istana. Raja kecewa karena dia tidak bisa menunjukkan permainan yang bagus kepada ratunya.
"Saya harus bermain lebih baik di pertandingan berikutnya", kata raja.
"Yang Mulia, terima kasih atas permainan yang bagus, saya akan kembali ke rumah saya", kata Pangeran Toh Jaya.
"Kamu adalah pemain panahan terbaik yang pernah kutemui, ayo bermain lagi jika ada waktu luang", kata sang Raja.
"Terima kasih banyak, Baginda", kata Pangeran Toh Jaya.
Raja kembali ke istananya dengan pengawalnya. Dan di kamar ratu, Tania merasa bosan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan di abad ke-13. Tidak ada handphone, internet, dan media sosial.
"Hwaaaaa... gak bisa update status.. gak bisa nonton film...". teriak Tania.
Tania sedang berbaring di tempat tidurnya. Ratri datang dan memasuki kamar ratu.
"Yang Mulia, sinar matahari masih tinggi, mengapa Anda berbaring di tempat tidur Anda?" kata Ratri.
"Apa yang bisa saya lakukan selain tidur, saya tidak bisa melakukan apa-apa di era ini, saya sangat bosan", kata Tania.
"Ah, ayo kita pergi melihat pendopo barat, ada beberapa penari yang bersiap untuk ulang tahun raja", kata Ratri.
"Wow,, ide bagus.. Aku bisa melihat semua yang tidak bisa kulihat di era modern,, ayo pergi!!"
Tania dan Ratri telah tiba di Pendopo barat. semua orang berdiri untuk menyambutnya.
"Selamat datang Yang Mulia", kata instruktur tari.
"Ya.. ya.. bolehkah aku mengikutimu menari?", tanya Tania.
"Oh,, Dengan senang hati,, yang mulia", kata sang instruktur.
Kemudian Instruktur tari meminta penari untuk memberi Tania tempat.
"Tolong beri tempat untu yang mulia".
"Ya, nyonya".
Di ruang kerja Raja, Raja tidak bisa berkonsentrasi karena dia selalu memikirkan ratu. Dia memikirkan senyumnya, tawanya, dan wajahnya yang sedang marah. Sepertinya dia mencintai ratu lebih dari sebelumnya. Tetapi Dia masih takut pada saudara tirinya. Dia tahu bahwa Pangeran Toh Jaya mencintai ratunya. Tapi Dia tidak tahu siapa pria yang dicintai ratu. Dia harus mengkonfirmasinya.
Karso mendatangi raja dan berkata bahwa ratu ada di pendopo barat. Dia menari dengan semua penari. Kemudian Raja Anusapati pergi ke pendopo barat.
"Ayo pergi menemui ratuku" kata Raja.
"Ya, yang Mulia".
Tania terlihat senang. Dia tersenyum dan tertawa. Pada saat ini, dia terlihat cantik di mata Raja. Kemudian raja tersenyum ketika melihatnya dan berkata:
"Dia adalah wanita paling cantik yang pernah kutemui, aku mencintainya lebih dari diriku sendiri", kata raja.
Hari ini semakin gelap. Tania sudah ada di kamar tidurnya. Karso datang untuk memasuki kamarnya.
"Karso disini"
"Ya, masuk"
Karso memberinya surat dari Raja Anusapati. Namun isi suratnya menggunakan aksara Jawa Kuno. Tania tidak mengerti cara membaca surat itu.
"Karena saya kehilangan ingatan saya, maka saya kehilangan kemampuan saya untuk membaca, tolong bacakan untuk saya", kata Tania.
"Maaf Yang Mulia, itu surat pribadi, saya tidak bisa membaca untuk Anda" kata Karso.
"Ah.. ok lah, kamu bisa pergi".
"Ya, yang Mulia".
Karso telah meninggalkan kamar ratu.
"Bagaimana saya bisa membaca surat ini?", kata Tania.
Tania meminta Ratri untuk membacakan surat itu, lalu Ratri membaca surat itu.
"Ratuku, aku menunggumu di pendopo timur untuk melihat bintang bersama".
Raja Anusapati ingin bertemu Tania di pendopo timur. Tapi Tania merasa malas dan ingin tidur lebih awal.
"Ahh.. aku lelah setelah menari,, pergi dan katakan padanya aku akan pergi tidur", perintah Tania.
"Tapi raja sudah ada di pendopo timur" kata Ratri.
"Ah.. Ivan menyebalkan.. oke lah, ayo pergi".
Tania dan Ratri pergi ke pendopo timur, tetapi seseorang bertopeng memegang tangan Tania. Tania dan Ratri pun berteriak.
"Aaaaaaaaaaa"