Pagi-pagi sekali, ketika matahari masih bersembunyi di balik awan-awan tebal, Mia sudah mengemasi barang-barangnya.
Eri cemberut dan menatap Mia yang memeluknya erat. "Kawan, ingat, telepon aku kalau kau sedang senang atau sedih, oke?"
Mia tersenyum. "Sudah pasti... atau ini hanya basa-basi saja?" Setelah jeda sejenak, Mia melanjutkan dengan sedih, "Kamu juga!"
"Tentu…." Eri menyembunyikan kesedihannya karena harus berpisah dengan Mia di balik senyumannya. "Akan kuantar kamu ke bandara."
Mia mengangguk, kemudian berjalan keluar dari apartemennya bersama Eri.
Tepat pada saat itu, ponselnya berbunyi.
Mia berhenti, mengeluarkan ponselnya dan memeriksanya. Dia melihat nomor tak dikenal di sana dan bertanya-tanya apakah itu dari rumah sakit, jadi dia pun mengangkatnya.
"Mia, aku di luar apartemenmu. Bawakan aku seratus juta!" Di telepon, suara Raditya terdengar dengan cemas, seolah dia bisa meminta apapun dari Mia semaunya.
