Serangan demi serangan tidak akan pernah habis selama Randu belum melakukan ritual untuk menggenapi sisa kekurangan yang telah dijalankan gagal berulang kali, ia bahkan berusaha untuk tidak memberitahukan kondisinya ke siapapun termasuk istrinya tetapi siapa sangka jika semuanya bersama dalam satu waktu.
Rasa sakit itu awalnya cukup tak mengenakan, mama Widya pun cukup kebingungan dan malah disaat keluar dari ruangan dirinya termenung di depan ruang tunggu.
Menerka tanpa tujuan pasti menjadikan mama Widya teringat kejadian masa lalu, kejadian jauh sebelum ini ada.
(Dua puluh tahun yang lalu)
"Pokoknya aku hanya menginginkan anak laki-laki, aku gak peduli jika perempuan."
"Memang kenapa sih, pa? Apa salahnya jika anak kita ada seorang perempuan, lagi pula dalam ciptaan pencipta tidak bolehkan menyalahkan?"