"Gimana Dok keadaan Ibu saya?"
"Ibu kamu kondisinya sudah membaik. Semuanya sudah kembali normal. Berarti Ibu kamu besok sudah bisa pulang ke rumah."
"Syukurlah. Besok Ibu udah bisa pulang ke rumah Bu."
"Iya nak."
"Tapi Ibu tetap harus cuci darah ya. Sekarang ini cuci darahnya tiga bulan sekali aja. Karena setelah operasi kemarin, ginjal Ibu sudah membaik."
"Iya Dok. Pasti saya ga akan lupa untuk jadwalkan cuci darah untuk Ibu saya."
"Baik kalo gitu saya permisi dulu ya."
"Iya Dok. Silahkan."
Dokter itu pergi meninggalkan ruang rawat Ibunya Sabrina. Karena masih banyak pasien ya g harus dia periksa juga. Sedangkan Sabrina dan Ibunya sekarang ini sedang berpelukan kembali. Karena mereka berdua merasa sangat bahagia besok Ibunya sudah boleh pulang ke rumah.
"Ibu besok udah bisa pulang ke rumah, Bu. Sabrina senang banget."
"Iya. Ibu juga senang. Ibu udah bosan di rumah sakit. Ibu pingin pulang ke rumah."
"Tapi Ibu tetap ga boleh capek-capek di rumah."
"Siap Boss. Hehe."
"Hehe."
Seketika rasa kesal Sabrina hilang begitu saja setelah mendengar jika kondisi Ibunya sudah semakin membaik. Dan besok sudah boleh pulang ke rumah. Jika Sabrina tahu kalau yang membiayai semuanya selama Ibunya di rumah sakit adalah Alvin, pasti Sabrina juga tidak akan marah-marah kepada Alvin seperti tadi.
******
Alvin baru saja tiba di rumahnya. Setibanya di rumah Alvin sudah senyum-senyum sendiri. Tidak seperti biasanya Alvin seperti itu. Biasanya Alvin selalu diam bahkan terlihat sangat dingin di depan orang lain atau keluarganya sendiri. Membuat orang yang berada di rumah merasa aneh dengan sikap Alvin seperti ini. Dan di sana juga sedang ada Amanda. Dia yang sudah melihat sikap Alvin yang aneh sedari tadi langsung meledeknya.
"Alvin. Kamu baru pulang nak? Kamu kenapa nih? Kok senyum-senyum sendiri kaya gitu? Ada apa nih? Ada yang buat kamu bahagia? Apa? Cerita dong sama Mamah."
Tiba-tiba saja Amanda langsung mebjawabnya begitu saja. Padahal Alvin, orang yang ditanya belum menjawabnya satu kata pun.
"Alvin lagi jatuh cinta tuh Tante. Dari tadi dia senyum terus."
"Oh ya? Kamu lagi jatuh cinta nak? Sama siapa? Kok Mamah ga tahu si."
Alvin langsung menepis pernyataan dari Amanda.
"Engga Mah. Bohong itu Amanda. Sok tahu banget dia emang orangnya."
"Yehh, apaan sih. Emang benar kan. Kamu nya aja ga ngaku."
"Emang engga."
"Udah, udah. Kenapa kalian jadi bertengkar gini sih? Apapun yang membuat kamu bahagia seperti ini Mamah ikutan bahagia. Tapi kalo emang kamu sedang jatuh cinta, Mamah pesan sama kamu pilihlah wanita yang sederajat sama kita ya nak."
Tiba-tiba saja wajah Alvin berubah. Wajahnya kembali terlihat dingin seperti biasanya. Kemudian Alvin bertanya kepada Mamahnya.
"Kenapa harus yang sederajat Mah? Bukannya cinta itu buta ya? Lagian emangnya harta itu penting?"
"Kamu itu gimana sih sayang. Kita itu kan orang berada. Kamu pemilik restaurant. Masa kamu menikah sama wanita yang miskin. Apa kata orang nanti?"
"Terserah Mamah."
Kemudian setelah itu Alvin pergi meninggalkan Mamahnya dan juga Amanda di ruang keluarganya. Mamahnya sekarang juga ikutan kesal dengan jawaban yang diberikan oleh Alvin tadi.
"Alvin itu gimana sih. Gitu tuh dia kalo udah soal cinta pasti buta. Padahal kan derajat itu penting. Iya kan Amanda?" tanya Mamahnya Alvin.
"Iya Tante."
Amanda hanya meng-iyakan ucapan Tante nya saja. Padahal di dalam hatinya Amanda berkata, "kasihan Alvin. Pasti sekarang ini dia emang benar-benar lagi jatuh cinta sama wanita yang ga sederajat sama dia. Padahal cinta itu emang ga harus sederajat. Karena cinta datangnya dari hati. Bukan dari harta," ucap Amanda di dalam hatinya.
Sedangkan Mamahnya Alvin berpikiran beda dengan Amanda. Dia berpikir, "aku yakin banget kalo Alvin emang lagi jatuh cinta. Tapi dia jatuh cinta sama wanita miskin. Aku harus cari tahu siapa wanita itu. Aku ga mau sampai nanti Alvin menikah dengan wanita yang ga sederajat sama keluarga aku. Bikin malu aja," pikir Mamahnya Alvin di dalam hatinya.
"Tante, aku izin ke kamarnya Alvin dulu ya Tante," ucap Amanda.
"Iya sayang. Kamu sekalian nasihati dia ya tentang apa yang Tante nasihati ke dia tadi."
"Iya Tante."
Amanda hanya meng-iyakan perintah Tante nya. Padahal sebenarnya Amanda sependapat dengan Alvin tentang cinta dan derajat. Amanda masuk ke dalam kamarnya Alvin tanpa permisi. Membuat Alvin terkejut.
"Amanda. Kamu masuk ke kamar aku bisa ketuk pintu dulu ga? Bikin kaget aja," ucap Alvin.
"Ya maaf. Aku mau tanya sama kamu."
"Mau tanya apa?"
"Kamu beneran lagi jatuh cinta kan?"
"Kenapa emangnya? Kamu mau ceramahin aku tentang cinta seperti Mamah gitu?"
"Ih engga. Jangan suka asal nebak deh. Aku justru malah setuju sama kamu. Aku setuju kalo cinta itu ga harus pandang derajat. Karena cinta itu kan datangnya dari hati, bukan dari harta."
"Tumben kamu benar."
"Ih nyebelin banget si. Tapi kamu lagi jatuh cinta sama siapa sih? Kasih tahu aku dong. Siapa tahu aku bisa bantu kamu. Pasti kamu kesulitan kan dekatin dia? Iyalah, kamu itu kan cowok terdingin yang ada di dunia ini."
"Aku ga lagi jatuh cinta. Aku cuma lagi bahagia aja. Emangnya salah ya kalo aku bahagia dan senyum?"
"Ya engga sih. Tapi karena apa coba kamu bahagia kalo bukan karena cewek? Kasih tahu aku dong siapa orangnya."
"Ga ada. Udah kamu keluar aja deh dari kamar aku sana," perintah Alvin sambil menarik Amanda.
"Ih kasih tahu dulu siapa orangnya?"
"Udah keluar sana."
"Ih nyebelin banget sih."
Alvin terus menarik Amanda sampai akhirnya Amanda keluar dari dalam kamarnya. Alvin mengunci pintu kamarnya supaya Amanda tidak masuk ke dalam kamarnya dengan seenaknya lagi.
"Apa iya gua lagi jatuh cinta? Sama siapa? Sama Sabrina? Engga, engga. Sabrina itu biangnya masalah. Dia ga pernah benar kalo kerja, ga jelas. Gua ga boleh jatuh cinta sama dia," pikir Alvin di dalam hatinya.
*******
Hari telah berganti. Pagi ini Sabrina sedang membereskan semua pakaian dan barang-barang yang ada di rumah sakit. Karena siang ini Ibunya sudah boleh pulang ke rumah. Hari ini Sabrina juga akan izin tidak masuk kerja ke Alvin dengan alasan ingin mengantarkan Ibunya pulang dari rumah sakit. Tetapi Sabrina belum izin kepada Alvin. Karena dia masih kesal dengan sikap Alvin kemarin. Namun walaupun begitu Sabrina tetap harus izin dengan Alvin. Karena biar bagaimana pun Alvin adalah pemilik Restaurant tempatnya bekerja.
-TBC-