Chereads / Sang Penguasa Darah 17+ / Chapter 2 - Tristan

Chapter 2 - Tristan

"Ketika hidup memberimu lemon... Tidak perlu repot-repot, kamu sudah pasti tidak akan pernah mendapatkan es limun."

~~~

Untuk seorang bocah laki-laki bernama Tristan, dia bahkan tidak mendapatkan separuh lemon, karena hidupnya telah dihinggapi dengan kata: kesengsaraan.

Kisah pahlawan klasik dimulai dengan anak yatim piatu. Anak yang tidak diinginkan siapa pun. Bagi Tristan, satu-satunya ingatan nyata yang bisa dikaitkan dengan kata 'rumah' adalah pintu merah besar panti asuhan dan nama Tristan di secarik kertas.

Tumbuh di panti asuhan seperti ikut dalam lotere. Sangat jarang bagi seorang anak untuk menemukan rumah. Dan bahkan jika ada yang bisa, hampir semuanya akan berakhir di keluarga yang hanya menerima tunjangan bulanan yang datang bersama dengan adopsi. Sebenarnya, itulah yang terjadi pada Tristan.

Hampir tidak diberi makan atau diberi tempat tidur yang layak, kadang dipukuli setiap kali orang tua barunya mengalami hari buruk; hal-hal seperti itulah yang telah dia alami. Yang terburuk adalah bahwa ayah angkatnya sebenarnya adalah seorang perwira polisi, seorang pria yang tugasnya seharusnya melindungi dan melayani.

Dalam cerita seperti itu, pahlawan setidaknya memiliki teman, tetapi tetap tidak ada lemon di departemen itu. Anak kurang gizi yang datang ke sekolah dengan luka memar? Semua orang bisa mencium kabar buruk dari jarak satu mil dari Tristan.

Untungnya, Tristan setidaknya terlahir dengan kecerdasan di atas rata-rata. Karena itu, dia selalu tahu bagaimana menghindarkan dirinya dari terlibat masalah yang lebih dalam.

Tidak ada guru yang peduli, tidak ada teman, bahkan tidak ada yang berpura-pura peduli; orang hanya tidak ingin ada hubungannya dengan Tristan. Satu-satunya teman dalam hidupnya mungkin adalah kucing dan anjing liar di belakang kantin sekolah, yang menemaninya setiap kali dia menikmati sandwich basinya.

Dan seorang gadis bernama Leyla.

Selalu ada seorang gadis dalam kehidupan seorang pahlawan, tapi yang satu ini bukan gadis seperti itu. Dia adalah saudara tirinya atau tepatnya, anak yatim piatu lain yang diadopsi dari keluarga yang sama.

Leyla adalah orang pertama yang mengajarinya arti kebaikan. Adapun dia, meskipun berada dalam situasi yang sama, selalu penuh semangat kehidupan. Mereka tumbuh begitu dekat dan Tristan memberikan segala yang ia bisa agar sanggup menjadi saudara yang baik dan pelindung baginya.

Waktu berlalu dan Tristan selalu mencoba yang terbaik untuk bertahan. Dia belajar, bekerja beberapa pekerjaan paruh waktu, dan menyimpan sebagian penghasilannya untuk masa depannya.

Hanya tinggal satu tahun lagi sebelum dia akhirnya bisa hidup bebas sendiri, sebagai orang dewasa. Tapi sebelum semanya terwujud, sebuah tragedi terjadi.

Suatu malam, ayah angkatnya mabuk, dan kali ini dia mencoba menyakiti Leyla hingga memaksakan dirinya padanya. Benang kesabaran Tristan putus, dia tidak tahan lagi dan tanpa sengaja akhirnya membunuh ayah angkatnya dan membakar rumah.

Itu adalah perasaan yang aneh dan ajaib baginya, saat dia melihat api yang menyala dan mengamuk. Tristan tidak merasa menyesal, sebaliknya, ketika dia melihat hal yang paling dia benci berubah menjadi abu, Tristan merasa terpuaskan.

Sebagai anak di bawah umur, Tristan seharusnya masuk ke penjara remaja dengan hukuman penjara minimum, tapi sayangnya hal-hal sepert ini tidak pernah berjalan sesuai keinginannya. Teman-teman polisi ayah angkatnya mampu menarik beberapa benang dari balik layar dan, sekali lagi, keadilan mengecewakannya.

Tristan dikurung di penjara dengan keamanan tinggi, penjara terburuk yang manusia tawarkan. Suatu keajaiban bagi seorang anak laki-laki berusia 17 tahun untuk dapat bertahan hidup selama 4 tahun di sana.

Ditinggalkan sejak lahir, dianiaya, dieksploitasi, dikhianati dan disakiti. Hanya ini yang ditawarkan dunia kepadanya. Kecuali Leyla. Dia adalah satu-satunya hal yang baik dalam hidupnya.

Hal terakhir yang dia dengar sebelum pergi ke balik jeruji adalah Leyla dibawa oleh keluarga yang baik. Tristan tersenyum, tahu dia cukup beruntung akhirnya bisa memenangkan lotre. Sejak saat itu, dia tidak ingin mengusiknya lagi. Dia tidak ingin Leyla terlibat dalam kekacauan hidupnya.

Untungnya, itu bukan akhir dari kisah pahlawan.

Hari ini, Tristan, 21 tahun, akhirnya dibebaskan, setelah dikurung selama 4 tahun di Penjara Negara Bagian Florida.

Bel listrik panjang berbunyi saat gerbang baja besar terbuka, Tristan berjalan keluar untuk melihat seorang malaikat sudah menunggunya. Seorang wanita dengan rambut coklat tua dan mata biru tua.

Sudah 4 tahun sejak Tristan terakhir berbicara dengannya. Dia terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. Tapi kalimat pertama yang keluar dari wajah cantik itu masih mengejutkannya.

"Apa-apaan kau, Tris! Kau tidak pernah membalas suratku atau menerima teleponku!.. Kau memaksaku untuk datang untuk menjemputmu dari lubang sialan ini."

Tristan hampir melupakan bakat adiknya dalam pidato vulgar. Selama bertahun-tahun, dia masih menyembunyikan hatinya yang lembut di balik sikapnya yang keras.

"Kulihat kau belum berubah, Dik..."

"Belum berubah? Serius, Kak? Aku sudah dewasa sekarang!"

Tristan tanpa sadar mengamati adiknya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia memang tumbuh menjadi gadis cantik dengan tubuh yang memikat.

"Awas, ya, Tris! Aku tahu kau telah dikurung selama empat tahun dan tidak pernah melihat perempuan, tapi jangan mulai jatuh cinta pada adikmu... Itu sangat menjijikkan!"

Leluconnya selalu membuat Tristan kehabisan kata-kata. Tapi berkat itu, dia bisa menghilangkan kecanggungan di antara mereka. Lagi pula, terakhir kali mereka berada dalam jarak sedekat ini adalah pada malam Tristan membunuh ayah mereka.

"Leyla, kau seharusnya tidak datang ke sini."

"Heh! Tris, aku tahu dirimu dengan sangat baik. Saat kau dibebaskan, kau berencana untuk menghilang, kan?! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, kau ikut denganku."

Jelas terlihat bahwa 4 tahun terakhir tidak mengubahnya sedikit pun. Leyla selalu kuat dan demi dia, Tristan hanya akan melakukan apa pun yang dia inginkan. Bagaimanapun, Leyla adalah kelemahannya.

Mereka berdua kemudian mengendarai mobil yang dibawa Leyla, dengan Tristan diam sementara Leyla menceritakan semua yang telah dia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Setelah mengemudi sebentar, Tristan menyadari bahwa adik perempuannya membawanya ke bandara.

"Sebenarnya kita mau kemana?"

"Kita akan pulang, Tris. Aku akan membawamu ke San Francisco. Kau akan tahu soal ini kalau kau membaca surat-suratku."

"Aku..." Tristan tidak yakin harus berkata apa karena dia tidak pernah membuka surat-surat itu. Dia melakukan itu karena dia tidak pernah benar-benar berencana untuk melibatkan dirinya dalam kehidupan Leyla lagi.

"Kau tidak akan menghilang dan meninggalkanku lagi, oke? Bisakah kau berjanji padaku, kakak?"

"..." Tristan terdiam, tapi Leyla sepertinya bisa membaca pikirannya.

"Aku akan mengartikan diammu sebagai 'ya' kalau begitu."

Mereka segera tiba di bandara Florida. Saat itu Tahun Baru dan bandara sangat ramai dengan penumpang. Banyak orang mengerumuni bandara dan Leyla takut mereka tidak akan bisa mengejar pesawat mereka.

Sambil menunggu, Tristan menonton berita di TV. Kebanyakan berita tentang Perayaan Tahun Baru. Tapi ada juga laporan tentang orang gila yang berbicara tentang Hari Penghakiman.

"Kau percaya, Kak? Mereka bahkan mempertimbangkan untuk menghentikan penerbangan karena desas-desus yang gila itu." Leyla berbisik kepada Tristan saat dia melihat berita itu.

Sebelum Tristan bisa mengatakan apapun, sebuah pengumuman bergema.

"Nomor penerbangan B738 ke San Francisco, kami siap lepas landas!"

Kakak beradik itu dengan cepat masuk ke dalam pesawat, menunggu penerbangan lepas landas sebentar lagi.

Tristan melihat Leyla tegang, tangannya sedikit gemetar. Tampaknya dia masih takut terbang. Tristan kemudian melakukan apa yang selalu dia lakukan ketika mereka masih kecil, dia memegang tangan adiknya dengan erat.

Leyla tersenyum ketika Tristan memegang tangannya, beberapa detik kemudian Tristan tiba-tiba berkata: "Ya."

"Ya? Apa maksudmu?"

"Ya, aku berjanji padamu bahwa aku tidak akan menghilang, aku akan menjagamu." Tristan berkata kepada Leyla.

Tristan melihat betapa bahagianya Leyla ketika mendengar itu, tapi dalam hitungan detik, wajahnya tiba-tiba berubah khawatir saat dia menatap ke luar jendela kecil pesawat.

"Tristan, lihat ke luar jendela!...Apa yang terjadi!?"

Langit di luar telah berubah menjadi hitam, dengan badai keunguan menyentak di sekitar pesawat.

Pesawat bergetar hebat dan setiap penumpang mulai berteriak.

Tristan hanya punya waktu untuk melirik wajah ketakutan Leyla saat dia memegang tangannya lebih erat dari sebelumnya.

"Kak-!"

Lampu tiba-tiba mati, diikuti oleh suara dering meledak di kepalanya. Dalam sekejap, hanya ada kegelapan total.

Hal berikutnya yang diketahui Tristan, dia dikelilingi oleh genangan darah.