Kedua bersaudara itu berjalan keluar dari Magus Guild. Kepala Layla menunduk begitu rendah. Jelas bahwa mereka pergi tanpa membeli mantra apa pun. Alasannya? Mereka tidak punya uang.
Melihat ekspresi Tristan di wajahnya saat ini, ditambah dengan cara dia berjalan dengan pasti menuju suatu tempat, membuat Layla khawatir. Sebuah firasat tentang apa yang dipikirkan kakaknya saat ini membuat Layla dengan cepat meraih lengan kakaknya.
"Tris!! Berhenti!"
Tristan dikejutkan oleh tarikan tiba-tiba di lengannya. Dia berbalik dengan ekspresi bingung di wajahnya, "Ada apa, Dik?"
Dia melihat Layla tidak sanggup menatap matanya, sehingga dia tahu bahwa Layla menyembunyikan sesuatu darinya. Sambil melipat tangan di depan dada, Tristan berkata, "Katakan.. ada apa?"
Layla sedikit ragu, yang membuat Tristan mengangkat alisnya. Dia kemudian berjalan lebih dekat ke kakaknya dan memberi isyarat agar Tristan menunduk, agar Layla bisa membisikkan apa yang ingin dia katakan, "Kakak.. aku tahu kita sangat membutuhkan uang. Namun, aku tidak ingin kau membelikanku barang menggunakan uang dari… kau tahu… membunuh orang.."
Mendengar kata-kata adiknya, Tristan terkekeh, "Hahaha! Kau pikir aku akan pergi dan mulai membunuh orang hanya demi uang sekarang?" dia mengendurkan lengannya yang terlipat dan mengangkat alisnya dengan cara bercanda.
Dengan ekspresi serius, Layla bertanya, "Benarkah?"
Tristan terdiam beberapa saat, "Yah.. kata-katamu tidak sepenuhnya salah. Tapi, itu tidak seperti yang kau pikirkan."
Kali ini giliran Layla yang bingung, "Apa maksudmu, Tris?"
"Hmm.. bagaimana ya.." Tristan menggosok dagunya, mencoba mencari penjelasan yang tepat untuk Layla. Tapi kemudian, dia menyerah, "Aaarggh! Ikut saja denganku." ucap Tristan sambil memberi isyarat agar Layla mengikutinya.
Tristan berjalan melalui jalan kota dengan Layla mengikuti tepat di belakangnya. Saat dia berhenti, mereka berdiri di depan sebuah gedung.
Gedung itu tampak seperti kombinasi penginapan dan kastil. Dindingnya dibangun menggunakan balok batu besar, yang memberikan kesan kasar. Namun, berkat desainnya yang teliti dan unik, gedung itu juga memberikan suasana yang agung.
Bangunan itu berdiri tegak, mencolok di antara bangunan-bangunan lain di kota.
Melihatnya, Layla merasa bahwa gedung ini di sini tidak kalah dibandingkan dengan Magus Guild yang baru saja mereka kunjungi. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia akhirnya tahu alasan dia merasa seperti itu.
Ada tanda di atas pintu masuk gedung, dengan tulisan 'Adventure Guild' di sana.
"Tempat apa ini Kak?" Penasaran, Layla bertanya pada Tristan karena dia melihat kakaknya sepertinya tahu tempat ini sejak awal. Sayangnya, Tristan tidak menjawab pertanyaannya dan langsung membuka pintu untuk masuk.
Memasuki gedung, pandangan Layla disambut aula besar dengan banyak meja, persis seperti kedai. Namun, tidak ada makanan atau minuman yang terlihat di meja-meja ini. Beberapa lusin orang duduk di meja seberang, mengobrol dan berbicara satu sama lain.
Dia kemudian melihat ada beberapa orang yang berdiri di belakang meja panjang, yang mungkin adalah pekerja guild. Melihat ke arah lain, dia menyadari ada beberapa orang berdiri di depan papan besar di sudut aula, di mana banyak kertas terlihat di sana.
Layla merasa suasana tempat ini sangat berbeda dengan suasana di kedai. Orang-orang di sini semua tampak seperti pejuang yang tangguh, menyebabkan dia menjadi sedikit khawatir.
Saat Layla memasuki aula, diikuti oleh Tristan, beberapa pasang mata langsung tertuju pada mereka berdua. Bagi Layla, tatapan mereka terasa sangat mengancam.
Tempat ini adalah Adventure Guild, tempat di mana kelompok pejuang yang kuat dapat menerima pekerjaan. Kisaran pekerjaannya beragam, mulai dari mencari hewan yang hilang hingga memusnahkan sekelompok monster. Tentu saja, para pejuang akan dibayar setelah mereka menyelesaikan pekerjaan, sesuai dengan kesulitan tugas.
Pertama-tama, sepasang saudara itu mendekati papan besar yang dikelilingi oleh orang-orang, sambil mengabaikan berbagai tatapan yang mereka terima. Sesampainya di papan, Layla sempat melihat beberapa lembar kertas yang berisi berbagai permintaan.
Jelas bahwa papan ini pada dasarnya adalah Papan Pekerjaan. Orang-orang Erantell atau desa-desa sekitarnya akan mengirimkan permintaan mereka ke Adventure Guild, yang kemudian akan diproses terlebih dahulu sebelum digantung ke papan.
Tristan dengan cepat melihat-lihat permintaan di papan tersebut.
Perburuan Monster - 50 koin perak
Membutuhkan sekelompok pejuang untuk membersihkan peternakan dari Lebah Beracun
Anak Hilang/Diculik - 20 koin perak
Mina. Perempuan, 10 tahun. Terakhir terlihat di dekat Gua Bandit Hira.
Hancurkan Orc Camp - 3 koin emas
Hancurkan minimal 50 Orc. Orc Camp terlihat di sebelah barat Desa Colla.
Tristan dengan cepat mengambil kertas Hancurkan Orc Camp. Alasan dia memilih pekerjaan ini adalah karena bukan hanya karena memiliki bayaran terbesar, tetapi juga melibatkan pertarungan, yang berarti banyak darah yang bisa dia kumpulkan. Apalagi Tristan pernah melawan Orc sebelumnya, oleh karena itu, pekerjaan ini seharusnya tidak terlalu mengejutkan baginya.
"Kenapa kau mengambil yang itu? Aku benci orc. Bagaimana dengan anak ini? Nasibnya sangat menyedihkan... Ayo ambil pekerjaan ini!" Kata Layla sambil menunjuk kertas itu dengan jarinya.
Tristan berbalik menghadap Layla, dengan wajah datar, "Aku yakin Layla si Penyihir Hebat bisa menanganinya sendiri jika dia mau... silahkan... ambil."
"Urrggg.. aku membencimu, kakak."
Tristan mengabaikan Layla dan mendekati konter sebelum meletakkan selembar kertas di atas meja.
"Aku akan menerima pekerjaan ini."
Wanita di belakang konter ternyata adalah seorang gadis dengan telinga kucing yang aneh. dia menjawab, "Tentu saja. Bisakah Anda menunjukkan lencana petualang Anda?"
"Aah, ya.. lencana petualang.. Aku.. Aku kehilangan lencanaku, itu... hmm... dimakan monster."
"Saya benar-benar minta maaf. Tetapi pekerjaan ini membutuhkan 5 petualang tingkat Perak atau petualang tingkat Emas sebagai persyaratannya. Kecuali Anda dapat menunjukkan lencana Emas Anda kepada saya, Anda tidak dapat mengambil pekerjaan itu."
Jelas bahwa proses mendapatkan uang tidak semulus yang dipikirkan Tristan.
"Baiklah, kalau begitu. Apakah ada cara untuk mendapatkan lencana baru?"
"Ya, tentu saja. Anda bisa mendapatkannya di sini."
Rupanya, Tristan bisa membeli lencana petualang Tembaga menggunakan 20 koin tembaga. Sayangnya, pekerjaan untuk petualang Tembaga kebanyakan tentang pekerjaan kasar, seperti memotong kayu, membantu di pertanian dan konstruksi. Para petualang tembaga hanya bisa mendapat sejumlah kecil uang, dan tidak darah terlibat di dalam pekerjaan ini.
"Apakah benar-benar tidak ada cara lain?" Tristan bertanya, jengkel.
"Maaf, Pak. Itu aturannya."
Ketika Tristan dan Layla merasa sedih dengan penolakan tersebut, sekelompok orang mendekati mereka. 3 pria dan satu wanita, semuanya dilengkapi peralatan lengkap.
Salah satu pria, yang berambut cokelat dan berbaju besi berat berkata, "Kami juga ingin mengambil misi itu. Kami berempat adalah petualang peringkat perak, dan kami hanya kekurangan satu orang. Bagaimana kalau Anda bergabung dengan kami?"
"Itu akan bagus... tapi sayangnya, saya hanya seorang tembaga," jawab Tristan sambil mengangkat lencana Tembaga yang baru diperolehnya.
"Ya.. Awalnya, aku juga berpikir begitu. Tapi saudaraku di sini bersikeras untuk menambahkanmu ke grup." kata pria berambut coklat sambil mengacungkan tangannya ke samping. Saudara yang dia sebutkan adalah pria pendek berjubah.
Melihat tatapan Tristan, pria pendek itu membuka mulutnya, "Kau harusnya menyebutkan bahwa kau adalah seorang elf. Dengan begitu, kau akan secara otomatis mendapatkan lencana Perak."