Ratusan sosok berzirah baja perak berkumpul di tanah di mana masih ada mayat dan genangan darah berserakan. Kontras yang mencolok antara mereka dan sekitarnya membuat tontonan yang benar-benar meresahkan namun menarik bagi mata.
Sosok-sosok perak itu tampaknya adalah tentara elf karena Tristan dapat dengan jelas melihat ciri khas mereka dari telinga runcing yang memanjang. Memenuhi hampir sepertiga dari kubah, masing-masing dari mereka memiliki busur di punggung mereka dan berbagai jenis pedang di sisi mereka. Kilau terang bersinar dari busur mereka memberitahu Tristan bahwa busur-busur itu bukan busur buatan pabrik seperti di Bumi. Untuk sesaat, Tristan terpesona oleh penampilan para elf itu, tapi dia dengan cepat mengatur ekspresinya kembali normal.
Saat ini, sebagian dari mereka telah mengepung dan bertarung melawan orc yang tersisa, beberapa hanya berjaga-jaga, sementara sekelompok dari mereka berjalan menuju ke arah Tristan.
Satu sosok tertentu di tengah kelompok itu menarik perhatian Tristan karena betapa mencoloknya penampilannya. Seekor harimau putih besar dengan gadis elf duduk di atasnya.
Rambut emas panjang yang indah dan mata hijau sejuk. Dia mengenakan body armor yang hanya menutupi setengah dari tubuhnya, memperlihatkan kulitnya yang putih dan tubuhnya yang menawan. Sederhananya, sosok seorang dewi.
Untuk sesaat, Tristan lupa tentang situasinya saat dia terpesona oleh kecantikan elf itu. Namun, dia dengan cepat bangun dari lamunannya.
Elf itu menatap Tristan dari atas makhluk besar itu dengan karisma mengintimidasi. Dari ekspresinya, Tristan bisa melihat sedikit kebingungan. Sebelum dia berbicara, Tristan mengucapkan kata-katanya terlebih dahulu
"Syukurlah kalian semua ada di sini... Bajingan-bajingan itu, mereka semua ada di belakang sana. Tangkap mereka!"
Kata-kata Tristan sepertinya membuat elf perempuan itu semakin bingung. Dengan nada kesal dalam suaranya, dia berkata, "Siapa kau?!"
Setelah mendengar reaksi yang tak terduga namun diharapkan, Tristan menghela nafas dalam hati. Jelas bahwa elf perempuan itu adalah pemimpin. Oleh karena itu, rencananya untuk mengarahkan mereka ke si goblin terkutuk dan para space knight sebelum melarikan diri di tengah kekacauan tampaknya tidak berjalan semulus yang dia pikirkan.
Dengan adik perempuannya yang tidak sadarkan diri dan rapuh di lengannya, Tristan tidak akan melakukan perlawanan kecuali itu adalah pilihan terakhir. Dia kemudian memutuskan untuk mempertaruhkan situasi dengan mengatakan sesuatu yang membingungkan si elf wanita.
"Siapa kau?"
Elf perempuan itu menjadi semakin bingung ketika dia mendengar Tristan bertanya balik. Saat ini, Tristan mencoba menggertaknya.
Kunci penting untuk gertakan yang sukses adalah menatap target dengan lebih banyak emosi, mengungkapkannya langsung ke mata lawan. Tristan harus memiliki kepercayaan diri yang sempurna pada gertakannya untuk membuat orang lain mempercayainya.
Elf perempuan itu tercengang saat dia terdiam beberapa saat, dan kemudian dia berkata, "Aku ... Serene .."
Mulut Tristan sedikit melengkung sebelum kembali ke keadaan tenang, berpikir bahwa rencananya untuk mendominasi berhasil. Tapi kemudian, dia tiba-tiba marah saat dia mengeluarkan senjata seperti cambuk dan mulai memukulnya ke tanah, menyebabkan bekas yang dalam di sana.
'Sial... Dia tidak lebih lemah dariku, rupanya...' pikir Tristan dalam hati.
"Aku Serene! Valkyrie pertama Kerajaan Vanyar! Sekarang, katakan padaku, Elf! Siapa kau dan apa yang kau lakukan di reruntuhan terlarang Aesir?!"
Otak Tristan dengan cepat berputar keras saat dia mencoba memikirkan cara untuk bereaksi. Dalam sekejap, Tristan mengubah sikapnya, dia menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat dan dengan tenang berkata, "Valkyrie yang terhormat ... Saya benar-benar tidak tahu. Saya ... saya dibawa ke sini bukan karena pilihan saya ... Itu .. makhluk goblin itu... Saya mendengar mereka berkelahi, dan kemudian... saya berhasil lari. Saya dengar mereka akan kabur, maka saya harap anda menangkap mereka. Jangan biarkan mereka kabur."
Kebohongan terbaik adalah kebohongan yang memiliki sebagian kebenaran di dalamnya. Sebenarnya apa dikatakan Tristan tidak bohong sama sekali. Dia hanya menyusun peristiwa secara kasar dan menghilangkan beberapa detail.
Tristan diam-diam melirik Elf perempuan dan sepertinya dia masih belum yakin.
"Bagaimana dengan gadis manusia di lenganmu itu?"
Tentu saja, Tristan telah menyiapkan respons yang dapat diterima untuk kehadiran Leyla, "Dia.. dia membantuku melarikan diri dan terluka. Aku berhutang nyawa padanya, jadi setidaknya aku harus melihatnya pulih." Tristan berkata sambil mengepalkan tinjunya dan menggertakkan giginya, bertingkah seolah dia berhutang nyawa pada Leyla.
Kali ini, itu jelas tidak masuk akal, tetapi Elf perempuan itu tidak mengetahuinya. Tentu, itu bukanlah sebuah kebohongan, tapi pengalaman hidupnya, terutama saat di penjara, membuatnya sanggup menyempurnakan bakatnya.
Elf perempuan itu bergerak lebih dekat ke Tristan saat dia menarik tali kekang harimau di tangannya. Segera setelah itu, harimau besar itu mengaum keras begitu dekat ke wajah Tristan.
Raungan yang begitu keras dan menakutkan dari binatang buas seharusnya membuat siapa pun mengompol, tetapi yang mengejutkan, Tristan tidak merasa takut sama sekali. Tristan hanya berdiri di sana tidak tergerak dan bertanya-tanya apakah dia masih manusia.
Elf perempuan itu menatap Tristan dengan tatapan tajam, "Kau tidak bisa membodohiku, kau tahu ..." katanya dengan percaya diri.
"Mina di sini.. Dia bisa mencium bau ketakutan. Dan dia tidak bisa mencium bau apapun darimu.."
Setelah mendengar kata-katanya, Tristan mengira dia ketahuan berbohong. Bagaimanapun, dia mungkin perlu menggunakan pedangnya. Namun, sebelum Tristan bisa mengambil pedangnya, Serene mengatakan sesuatu yang membuat Tristan menghentikan tangannya di udara.
"Hanya orang-orang dengan rasa bersalah yang merasa takut... Karena itu kau... aku yakin kau mengatakan yang sebenarnya."
"..." Tristan tersenyum kecut dalam hatinya. Untung dia ragu-ragu sejenak, atau dia akan menggali kuburannya dan adiknya!
Terlebih lagi, bisa jadi dia terintimidasi oleh makhluk harimau, tetapi ternyata dia tidak merasakan apapun, atau lebih tepatnya, tidak bisa terintimidasi.
Serene akhirnya turun dari tunggangannya dan menatap Tristan dari dekat. Kali ini, Tristan bisa melihat sisi lain dari wanita itu, tatapan yang tulus dan penuh perhatian. Sejujurnya, dia cukup terkejut dengan perubahan drastis itu.
Saat memeriksa Tristan, Serene berkata, "Salah satu telingamu.. matamu.." dia menghela nafas, dan melanjutkan, "Kau peri yang malang... Apa yang mereka lakukan padamu? ...Jangan khawatir, karena aku takkan membiarkan mereka lolos."
Tristan cukup terkejut dengan perasaan penuh perhatian yang datang dari kata-kata Serene. Ditambah dengan dia yang begitu dekat dengannya, membiarkan indranya berpesta dengan tubuh dan bau wanita itu yang memikat; Tristan merasa bersalah karena telah membodohinya sekarang.
Serene dengan cepat menunjukkan beberapa gerakan sederhana ke arah para elf di belakangnya, dan mereka segera berlari menuju pintu masuk arah Tristan datang sebelumnya. Serene akan mengikuti bawahannya ketika dia berbalik dan bertanya, "Siapa namamu, elf?"
"Kau bisa memanggilku Tristan"
Dengan Serene dan para elfnya pergi memburu si goblin terkutuk dan para Space Knight itu, Tristan sekarang hanya perlu menemukan cara untuk melarikan diri secara diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya.