Dunia Ini Gelap.
Semua orang tahu tapi tidak semua orang sadar.mereka menginginkan cahaya dan menciptakannya untuk menerangi dunia.begitu terang,sangat terang dan membutakan mata.pada akhirnya mereka kembali lagi ke dalam kegelapan.penolakan,ambisi,harga diri dan keegoisan adalah poin utama manusia.perasaan dan pemikiranlah yang menjadikan manusia itu baik atau buruk,berdosa atau suci,layak atau tidak layak,tinggi atau rendah,semua tergantung kepentingan yang paling kuat.sesuatu yang cerdas dan mampu berdiri tegak disegala situasi.cahaya terang yang diciptakan semua orang namun akhirnya membutakan mereka sendiri.benar-benar komedi tragis.
"Real!"panggil seseorang membuka pintu."Apa yang kamu lakukan? kak James dan kak Vello sudah kembali dari garis depan.ayah dan yang lain sedang merayakan kepulangan mereka dimeja makan sekarang."jelas pemuda berambut pirang itu.
"Benarkah? aku akan segera kesana,Eiz.kamu duluan saja."
"Apa kamu yakin? kamu bahkan tidak menyadari tongkat lipatmu terjatuh."
Pemuda bermanik silver itu tersentak."Eh???"ucapnya kemudian meraba-raba lantai disekelilingnya.
Eiz menggeleng tidak habis pikir.ini sudah keseratusan kalinya Real menjantuhkan tongkatnya tanpa sadar.sebenarnya apa sih yang ditulis pemuda itu dibuku tua itu selama ini?
Eiz menghampirinya,"Haduh,dasar.ayo pergi.aku akan membantumu."ucapnya mengambilkan tongkat Real dan membantu pemuda itu berdiri.
"Terima kasih,Eiz."balas Real menerima tongkatnya.
"Sudahlah.ayo kita bergegas turun.aku tidak mau bagianku dimakan si gendut itu."
Real tertawa kecil.sebenarnya dia juga berharap hal yang sama seperti Eiz.karena itulah tanpa berlama-lama,mereka langsung pergi dan menuju meja makan.
Setelah menuruni anak tangga terakhir,Eiz langsung menarik Real ke ruang makan dengan langkah cepat.suara dentingan alat makan dan piring-piring tertangkap jelas ditelinga mereka barusan.keduanya khawatir sesuatu yang mereka takutkan sedang terjadi saat ini.
"Kakaaakkkk!!!Ronald mengambil piringku!"rengek seorang gadis kecil menujuk-nujuk piringnya.
"Ronald,kembalikan piring itu kepada Naera! telingaku sakit mendengar rengekkanya."seru seorang wanita muda mengusap-usap telinganya.
"Tidak mau! kalau kau mau menghentikan rengekannya ambil piring ini sendiri dariku,Esa galak."ucap anak lagi laki itu dengan tampang mengejek.
"Bocah ini."
"Sudah-Sudah.Naera,gunakan saja piringku.nanti aku akan mengunakan piring yang lain."lerai seorang pria memberikan piringnya pada Naera.
"Wah! terima kasih kak Vello.aku akan mengunakan piring ini seterusnya."
"Ya,terserah Neara saja."
"Eh,dua bintang kita dateng nih."seru seorang pria lain melihat kedatangan Real dan Eiz.
"Kak James! si Milo mana?dia belum makankan?"tanya Eiz duduk dikursinya.
Real juga ikut duduk disebelah Eiz dan James membantunya mengambilkan piring."Kau tenang saja Eiz.sekarang Milo sedang membantu ayah dan Grea memasak didapur.bagianmu nggak akan dimakan lagi kok."
Eiz bernafas lega,"Haaahhh...syukurlah..."
"Kak James Kak Vello,apa kalian baik baik saja?apa kalian terluka?"tanya Real khawatir.
"Kami baik-baik saja,Real. Kamu tidak usah khawatir.kami hanya mengalami luka kecil."jawab Vello dan James bergantian.
"Sungguh?"
"Iya."
Real tersenyum bahagia.dia meraba-raba piring dan sendok dihadapannya bersiap-siap untuk makan.walaupun hanya dapat mendengar suara,Real sudah sangat bahagia memastikan keadaan mereka baik-baik saja.ia hanya berharap mereka selalu selamat.
"Makanan sudah tiba."seru malas seorang pemuda menyajikan makanan.
"Hehe...Grea semakin kusut saja.apa benar kau anak umur 15 tahun?"canda James.
"..." Grea menatapnya tajam.dia malas dengan candaan garing James.
"Kak Gre,ini hidangan utamanya!"seru seorang anak laki-laki bertubuh bongsor menghidangkan seekor ayam pangang diatas meja."hehe...aku tidak sabar menyantapnya!"tambah milo membuat Eiz was-was.
"Milo Grea,kalian duduklah ditempat kalian masing masing.kita akan mulai makan malam."ucap seorang pria tua yang menyajikan makanan lainnya sebelum ia duduk dikursi utama.
Milo dan Grea mengganguk.mereka duduk dikursinya dan kemudian Ayah memulai acara makan malam.
"Selamat datang kembali,James Vello."sambut Ayah tersenyum hangat.
---1---
Real menutup bukunya.
Setelah selesai makan malam tadi,ia dan semua anak-anak lainnya kembali ke kamar masing-masing.Real tersenyum tipis mengingat suasana hangat dan semua suara tawa saudara-saudari angkatnya.meskipun mereka tinggal di daerah terpencil didekat perbatasan Sunkyrie dan Helldown,mereka semua hidup bahagia.
Real akui inilah hal paling beruntung yang dia punya setelah 10 tahun lalu kehilangan ayah kadungnya dan kedua matanya.peristiwa itu merupakan peristiwa yang menjadi kenangan yang dilihatnya terakhir kali dalam hidupnya.kejadian mengerikan yang terus-menerus terulang secara otomatis dalam ingatannya setiap waktu dan merupakan sesuatu yang mengubah seluruh dunianya.Real membenci peristiwa itu.
Tok! Tok! Tok!
Orang itu membuka pintu,"Real,kau sudah tidur?"tanya James diambang pintu.
"Belum.ada apa kak James datang kemari?"balas Real menoleh ke sumber suara.
James melihat-lihat sekitarnya sebelum kemudian memasuki kamar dan menutup pintu,"Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu."ucap James agak berbisik.
"Ada apa kak?"
"Kau ingat Memorycard yang kau berikan padaku waktu itu?"
"Apa? Memorycard? kapan?"
"Kenapa kau malah bertanya balik? ingatlah benda itu adalah satu-satunya benda peninggalan ayah kadungmu!"
"Ah! benda itu ya...ada apa memangnya? apa benda itu rusak?"
"Bukan begitu,Real.apa kau benar-benar tidak tahu isi data didalamnya? lalu apa tujuan kau memberikannya kepadaku?"
"Tidak.aku tidak tahu isi didalamnya.benda itu kutemukan disaku jaketku ketika aku sudah berada disini.kupikir karena aku sudah buta,benda seperti itu tidak ada gunanya bagiku jadi kuberikan kepadamu karena kau sedang membutuhkannya."
"Benarkah? sungguh seperti itu?"
Real mengganguk.
James menghela nafas lega,"Fiuh,syukurlah...ternyata dugaanku benar..."
"Ada apa kak James? Apanya yang benar?"
"Real...apa kau tahu proyek AI696?"
"Tidak,aku baru kali ini mendengarnya.memang proyek apa itu?"
"Aku juga tidak tahu proyek apa itu.aku hanya membacanya dalam data-data di memorycard peninggalan ayahmu jika proyek itu berkaitan dengan uji coba pada anak-anak dibawah umur dan sistem AI bernama Nirwasea."
"Apa? Nirwasea?"
"Iya! apa kau ingat?"tanya James memastikan.
Real menggeleng kepala,"aku tidak tahu kak.yang kutahu hanya...ayahku...dibunuh oleh pasukan Daxnight...didepan mataku malam itu."balas Real membuat James terdiam sejenak.pria itu jadi ragu untuk melanjutkan pembicaraan.
"Kak James?"
"Real.ada sesuatu yang harus kuberitahukan kepadamu.ini berbahaya...tapi aku tidak bisa terus menyembunyikannya darimu.sebenarnya ada beberapa pihak dari dalam dan luar negara yang mengincar data-data milik ayahmu ini.aku tidak mengerti kenapa dan mengapa mereka begitu sangat menginginkanya tapi yang jelas karena data-data ini...Aku dan Vello nyaris mati kemarin."
"Apa?! bagaimana bisa?!"
"Shuttt! pelankan suaramu! jika Ayah dengar dia akan memarahiku nanti."
Real mengganguk paham,"Kak,apa kalian berdua benar-benar baik-baik saja? siapa yang mengincar kalian? lalu bagaimana kalian bisa selamat?"tanya Real bertubi-tubi.
"Kami benar baik-baik saja.kami berhasil selamat karena berlindung disuatu jalan rahasia di perbatasan Sunkyrie dan Excellzia.sedangkan untuk pihak yang menyerang kami,aku sudah menyelidikinya.pihak itu adalah..."lanjut James membisikannya ditelinga Real.
Nampak raut wajah Real langsung berubah kala mendengar nama itu.
"Yang benar? diakan..."
Tok! Tok! Tok!
"Kak Real,apa kau sudah tidur?"tanya sebuah suara membuka pintu.
"Ronald."seru James melihat anak laki-laki itu.
"Kak James? Apa yang kau lakukan disini? bukankah ini sudah jam tidur ya?"tanya Ronald memasuki kamar sambil membawa bantal biru miliknya.
"Aku sedang mengobrol dengan Real sebentar.sudah lama kami tidak mengobrol sejak aku berangkat ke garis depan.lalu apa yang kau lakukan disini?"
"Itu..Hooam!" Ronald menguap.terlihat jelas dari prilakunya anak itu sangat mengantuk.
"Bisakah aku tidur bersamamu lagi malam ini,kak Real?kak Esa belum selesai memperbaiki jendela kamarku karena candaan tadi."
"Ya bisa,Ronald."balas Real sambil tersenyum.
Ronald langsung berbaring dikasurnya,"Terima kasih,kak Real..hooaam...wanita memang sulit dimengerti ya."ucap Ronald memeluk bantal birunya.
James terkekeh mendengar lanturannya."He-hei,memang kau sudah umur berapa berbicang-bicang soal wanita? kau bahkan belum genap 12 tahun saat ini."
"Sudahlah.aku mau tidur!"serunya kemudian berbalik dari James.
"Dasar bocah.apa kau tidak apa-apa tidur dengannya,Real?nanti dia bisa mengusilimu loh."
"Tidak apa-apa,kak James.Ronald tidak akan mengusiliku jika dia sangat kelelahan.seharian ini dia terus bertengkar dengan Naera dan berlarian kesana-kemari mengelilingi asrama."
James tertawa,"Benarkah? apa dia kucing? lucu sekali.kelak aku ingin mengerjainnya dan membuatnya kelelahan selama bertahun-tahun.hihi..."ucap James tersenyum jahil."Baiklah Real,aku akan kembali ke kamarku sekarang.besok subuh aku harus kembali markas pusat dan kembali bekerja.sebaiknya kau juga segara tidur ini sudah larut malam."
"Ya,kak.dan...terima kasih sudah memberi tahuku."
James tersenyum kecil,"Tidak perlu sungkan.kita adalah saudara dan kau adalah salah adikku."ucap pria itu kemudian keluar kamar dan menutup pintu.
---2---
"Ini waktunya.lakukan sesuai rencana."
Hujan menguyur deras wilayah itu.
Deruan langit dan kilatan petir mengisi suara diseluruh ruangan.semua anak tertidur dengan pulas dan memakai selimut mereka masing masing termasuk Real dan Ronald.keduanya berbagi selimut dimalam yang dingin itu.namun karena gaya tidur Ronald yang berantakan serta banyak gerak,selimut bagian Real tertarik dan membuat pemuda itu merasakan udara dingin yang menyeruak diseisi kamar.
Real mulai gelisah.film buruk yang selalu dibencinya kembali terulang.
Ini dingin.tubuhku sakit.pandanganku buram.nafasku kacau.dan semua organku mati rasa.aku hanya mendengar riak air dan langkah batu disekitarku.apa ini akhir?ayah,apa aku akan menyusulmu?ini menyakitkan.tolong cepat akhiri ini...
Tidak Boleh!
Real terbangun.
Pamuda itu terengah-engah mengingat mimpi buruknya.jantungnya berdetak kencang dan kulitnya berkeringat dingin.dia memeluk kedua lengannya sambil mencoba mengatur ulang nafasnya.setelah beberapa saat,Real kembali tenang.
"Ini sudah ke-4976 kalinya,aku memimpikan itu....Ini Menyebalkan..."
Real ingin kembali tidur.meskipun dunianya selalu gelap,Real tahu ini masih malam.dia tidak mengangu siapapun sebelum alarm-nya berbunyi dipagi nanti.ia-pun mencari selimutnya yang ditarik.tangannya meraba-raba sekitar dan menemukan selimutnya injak telapak kaki Ronald.Real menarik benda itu kemudian kembali tidur sambil menyelimuti dirinya.
Prank!
Belum ada satu menit Real menutup mata,suara benda jatuh kembali membangunkannya.pemuda itu nampak heran mendengar suara itu berasal dari lorong depan kamarnya.merasa penasaran,Real kembali terbangun dan berjalan menuju pintu kamar.
Ia membuka pintu lalu menoleh kesekeliling lorong.namun,ia tidak mendengar apapun lagi.
"Apa tadi cuma halusinasiku saja ya?"tanyanya pada diri sendiri.
Setelah memastikan sekali lagi,Real-pun kembali menutup pintu.tepat ketika pemuda itu berbalik,sebuah benda tumpul melayang dan menghantam kepalanya dengan keras.
Prank!
Real memegang kepalanya.tubuhnya oleng sebelum ia kemudian jatuh tak sadarkan diri.
"Lapor.target 1 berhasil dilumpuhkan."
---Chapter 1 End---