Sudah satu minggu sejak kepergian Raihan untuk selama-lamanya. Naura masih tetap sama. Hanya duduk diam dengan tatapan kosong, sambil memeluk kemeja Raihan yang masih tersisa wangi parfumnya. Dengan tetes demi tetes air mata yang mengalir perlahan di kedua pipinya.
Naura hanya duduk di ruang tamu, seraya menatap ke arah pintu. Menanti Raihan pulang. Ia masih yakin sekali, jika suaminya itu pasti akan pulang ke rumah ini.
Tidak ada yang bisa mencegahnya. Naura terlalu keras kepala untuk mau mendengar bujukan orang-orang.
Orang tuanya, bahkan Ratna dan Adi pun tak bisa membujuknya. Rico juga tidak berhasil membuatnya sadar. Bahwasanya, Raihan telah damai di sana bersama Tuhan.
"Na, ini sudah larut malam. Kamu harus tidur. Kasihan bayi dalam kandungan kamu, kalau Ibunya tidak istirahat seperti ini. Tidur, yah? Raka juga menunggumu di kamarnya," bujuk Rico untuk ke sekian kalinya.