Ketika Auristella masih terus menggerutu, tiba-tiba mulutnya ada yang membekap dari belakang. Dia seperti ditarik dan dipaksa menaiki sebuah mobil. Tapi Auri tidak tahu, siapa pelakunya.
Entah kenapa tiba-tiba yang teringat di dalam pikirannya hannyalah Avnan seorang. Hal itu membuat dia menggumamkan nama Avnan dan meminta pertolongan pada pria itu.
'Avnan, tolong aku.'
Auristella meneteskan air matanya saat kain berwarna hitam menutupi seluruh wajahnya. Dia ingin memberontak, tapi karena kedua tangannya diikat di belakang, Auri tidak bisa melakukan apa pun.
"Kita sudah sampai. Kalau kamu ingin selamat, pergi ke kamar ini dan jangan pernah mencoba untuk kabur. Kami akan mengawasimu meskipun dari jauh."
Bodyguard yang membawanya membuka suara. Ternyata mereka sudah sampai di depan sebuah hotel yang sangat mewah. Meskipun dia tidak heran dengan kemewahan ini. Karena hal yang berbau kemewahan sudah terbiasa baginya.
"Kalian siapa? Siapa yang menyuruh kalian?" Berang Auristella setelah orang-orang itu membuka penutup kain matanya dan juga membebaskan mulutnya untuk berbicara.
"Kamu jangan banyak tingkah, wanita. Kalau kamu ingin selamat dan tidak berakhir dengan kami semua, cepat lakukan dan jangan banyak bertanya." Perkataan yang merupakan sebuah ancaman meluncur dengan bebas. Suara dingin yang tidak bersahabat membuat Auristella terpaksa menuruti perkataan pria berbadan besar itu.
"Aku akan menghabisi kalian kalau sampai berani macam-macam kepadaku. Avnan tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja. Kalau sampai aku terluka meskipun hanya sedikit, aku yakin Avnan tidak akan membuat kalian menghirup udara secara bebas. Ingat itu!"
Meskipun Auristella takut dan menuruti perintah itu, bukan berarti dia akan menjadi wanita lemah yang menurut begitu saja. Ancaman yang dia berikan tidaklah main-main. Auristella rencana untuk melaporkan hal ini kepada Avnan saat nanti dia memiliki kesempatan untuk menghubungi pria itu.
'akh, sial! Aku tidak mempunyai nomor yang bisa terhubung dengannya,' umpat Auristella di dalam hati menyadari dia tadi lupa tidak menyimpan nomor Avnan. Bukan tidak menyimpan, tapi memang dia tidak memilikinya.
'aku bisa menghubungi mereka. Setidaknya, mereka bisa mengirimkan bantuan untukku. Ini bukanlah hal yang sulit.' Auristella ingat dengan keempat sahabatnya. Mereka akan selalu siap siaga untuk saling membantu.
'hanya tinggal membereskan orang yang ada di dalam kamar itu, lalu menunggu bantuan datang. Aku bisa saja dengan mudah mengalahkan seseorang dibalik ini yang ada di sana. Mengingat aku mempunyai ilmu beladiri yang cukup tinggi.' Sombong Auristella yang membanggakan dirinya sendiri.
Auristella sudah berada di dalam lift untuk menuju ke lantai tertinggi di gedung itu. Tempat di mana kamar yang diberitahu oleh para bodyguard yang menculiknya. Auristella sudah mengirim pesan kepada para sahabatnya. Jika dalam beberapa saat dia tidak menghubungi mereka, itu artinya Dia sedang membutuhkan bantuan mereka.
'tapi kalau sampai aku menghadapi sepuluh orang pria berbadan besar seperti mereka sekaligus, tentu saja itu tidak akan imbang dengan tenagaku. Sebenarnya siapa yang berani melakukan ini kepadaku? Awas aja kalau dia hannyalah pria tua dengan tubuh yang pendek, perut yang besar, rambut putih dan kulit mengeriput.'
'akan aku cincang tubuhnya. Bahkan kalau perlu, aku langsung membuat dia merasakan hukuman kebiri secara sadar,' lanjut Auristella terus saja menggerutu kesal. Hidupnya yang aman dan damai, malam ini harus hancur berantakan.
Saat dia sedang menghindari pertemuannya dengan Avnan. Justru malah terjebak dan menjadi korban penculikan seperti ini. Beruntung Auristella termasuk ke dalam wanita pemberani yang tidak takut apa pun. Jadi dia bisa menghadapi masalah ini dengan benar.
"Ini bukan kamar. Tapi tempat tinggal yang lebih mirip dengan sebuah apartemen khusus orang yang memiliki hotel ini," gumam Auristella saat dia sudah masuk ke dalam ruangan yang diberitahu.
'shit! Pasti kamar pria tua itu ada di atas.' Auristella membatin dan memperkirakan tempat yang tidak membuatnya kesulitan untuk menyimpulkan sesuatu.
"Tapi kamu apa pengingat terasa sangat maskulin sekali. Seperti tidak ada aroma pria tua di sini. Ah, pasti karena dia ingin menipuku. Jadi pria tua itu memakai pengharum yang sama seperti dengan anak muda. Tipuan yang tidak bermutu," desisnya mengejek dengan senyuman miring yang terbit di bibirnya.
Auristella terus naik ke atas tangga dan menuju dua pintu kamar berwarna coklat yang terlihat lebih besar daripada pintu yang lainnya. Dia yakin benar, itu pasti kamar utama yang sedang ditempati pria tua penculik dirinya.
Saat membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya, Auristella tidak menemukan siapa pun. Dia terus berkeliling di kamar yang besar dan mewah itu. Menatap waspada kalau sampai ada seseorang yang langsung menyerangnya secara tiba-tiba.
"Aku sudah menunggumu terlalu lama, Sweety. Apa kamu tidak merindukan aku, hmm?" bisik seorang pria yang tiba-tiba sudah berada di belakang Auristella dan memeluknya. Tidak hanya itu, Bahkan punya itu juga menggulung sebelah kanan telinga Auristella dengan gerakan yang menggoda.
"Siapa kamu?" Antara ragu dan tidak, Auristella bertanya seperti itu. Dia seperti mengenali suara pria ini. Tapi karena takut salah mengira sesuatu lebih baik bertanya, bukan?
"Kamu sudah lupa kepadaku, Sweety? Baiklah kalau begitu. Aku akan mengingatkan kamu siapa Aku ini."
Setelah mengatakan itu, dengan gerakan cepat dan tak terbaca, pria itu membalikkan badan Auristella. Kemudian tanpa aba-aba dia langsung menyerang bibirnya dengan ganas dan penuh nafsu. Auristella sampai tidak bisa bernafas lalu kemudian memukul agar dia menghentikan ciuman tak terbalasnya.
"Sial! Kamu sudah gila ingin membunuhku dengan cara seperti itu, hah?!" Bentak Auristella dengan suara besar dan dipenuhi kemarahan. Tapi setelah melihat seperti apa wajah pria di depannya, seketika nyalinya langsung menciut.
Glek!
'Kenapa dia bisa ada di sini? Dan lagi, apa menemuiku harus bertelanjang dada seperti itu?' batinnya dengan mata yang menyusuri tubuh tanpa pakaian di depannya.
Terlihat jelas bagaimana dada bidang yang pastinya akan sangat hangat jika berada di dalam pelukannya. Bukan itu saja, mata Auristella turun ke bawah pada perut sixpack yang menggodanya untuk meletakkan tangan di sana. Menyentuh dan meraba tubuh yang menurutnya sangat seksi.
Lagi, mata Auristella turun semakin ke bawah. Seketika itu juga pipinya langsung merona. Sesuatu di dalam sana yang tertutupi oleh handuk, terlihat menyembul. Seperti tengah mempersiapkan diri untuk segera berperang.
Auristella sampai melupakan pertanyaan yang sudah dia rangkai di kepalanya. Sebuah kalimat yang ingin diucapkan dengan suara yang keras. Ternyata kamu yang sudah melakukan ini kepadaku, Avnan?! Menyuruh mereka untuk menculikku dan kemudian mengancamku. Seperti itu?!
"Kenapa pipimu merah seperti itu, Sweety? Kamu menyukainya bukan?
"Kamu gila, Avnan!"
Melihat Auristella yang begitu menggemaskan di matanya, Avnan sudah tidak sabar lagi. Dia mendorong wanita itu yang langsung mendarat tepat di ranjang king size di belakangnya.
Avnan mencium Auristella dengan penuh nafsu. Tangannya tidak tinggal diam, sebelah tangan kiri digunakan untuk menahan berat badannya. Sedangkan tangan kanan langsung berada di atas gunung kiri Auristella. Meremasnya dengan gemas dan sesekali memutarnya.
Hal yang dilakukan oleh Avnan berhasil membuat satu desahan lolos dari bibir Auristella. Meskipun awalnya dia ingin memberontak, tapi kenikmatan awal yang diterima membuatnya menjadi terbuai.
"Aakkh, oouuhh."
"Bagus, Sweety. Aku senang mendengar suara desahanmu yang merdu itu. Terus kamu mendesah agar aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan yang tiada tara kepadamu."
Avnan mengatakan itu di sela kegiatannya menikmati bibir Auristella. Kemudian ciumannya turun ke bawah pada leher jenjang yang sejak tadi dibiarkan terekspos untuk dipandang pria lain.
Merasa ingin membalaskan rasa tidak rela itu, Avnan menjilat seluruh inci yang dapat terjangkau oleh lidahnya. Memberikan tanda kissmark yang banyak di mana-mana, Avnan berhasil membuat desahan demi desahan kembali keluar dari bibir Auristella.
"Aakkh ... Eemmhh, Avnan. Aku ...."
Tidak hanya itu saja, kini tangan Avnan sudah berpindah tempat. Turun ke bawah menyusuri paha yang sudah tidak tertutupi oleh kain. Karena dress mini yang digunakan oleh Auristella terangkat dengan posisinya yang saat ini tengah berbaring terlentang.
"Aku merindukan ini, Sweety. Hanya beberapa jam saja aku berpisah darinya, itu sudah membuatku tidak tahan untuk kembali merasakannya."
Tangan Avnan sudah berada tepat pada milik Auristella. Dia membelai lembut dari luar kain yang menutupi lubang kenikmatan itu. Sesekali menggodanya, dengan menekan jarinya di sana dan memberikan gerakan memutar.
Hal yang sudah pasti membuat Auristella semakin terbang melayang dengan sentuhan itu. Ini hannyalah awal. Bukan, ini bahkan belum masuk pada tahap awal mereka melakukan foreplay. Bisa dikatakan, yang sedang Avnan lakukan hanya sebagai permulaan sebelum dia melakukan foreplay yang sebenarnya.