Avnan kini sudah berdiri di depan Auristella yang duduk. Mereka berada di tengah ranjang. Pipi Auristella merona malu melihat betapa perkasanya milik Avnan. Ukurannya benar-benar tidak bisa di remehkan. Begitu besar, panjang, dan berurat, menantang dirinya untuk bertempur. Siapa yang paling kuat di antara mereka. Dia tersenyum dan tersipu-sipu. Melihat ke atas, pada Avnan yang juga sedang menatapnya.
Avnan menganggukkan kepalanya seraya memberitahu melalui isyarat. Auristella boleh melakukan itu. Miliknya mengayun bergerak ke atas, semakin menegang, tidak sabar mendapatkan belaiannya.
"Avnan," lirihnya.
"Ini besar sekali, Avnan."
"Kamu menyukainya, Sweety?" Avnan bertanya dengan tersenyum bangga. Tentu saja karena miliknya tidak akan pernah mengecewakan wanita. Secara tidak langsung, Auristella tengah memuji kebanggaannya itu.
"Iya, aku menyukainya. Hanya saja, dia terlihat sangat mengerikan," lanjut Auristella yang membuat senyuman Avnan hilang dengan cepat. Dia melihat Auri, tidak percaya dengan pendengarannya. Matanya membesar.
"Mengetikan, bagaimana?" sergahnya cepat. Wanita akan bangga karena bisa bermain dengannya dan melihat hal itu. Tapi Auristella justru mengatakan miliknya mengerikan.
"Dia terlalu besar dan panjang. Aku tidak yakin akan kuat," jawab Auristella lirih sembari terus menatap milik Argha yang sesekali bergerak ke atas mengayun.
"Kita akan mencobanya nanti. Lakukanlah, Sweety. Dia tidak sabar menunggumu."
Auristella memegang benda gagah perkasa itu. Dia takjub, ini sangat mengagumkan. Perlahan, Auristella memajukan wajahnya. Sebagai wanita dewasa, tentu tidak perlu diajarkan bagaimana memperlakukan benda yang sedang dipegangnya. Instingnya bermain, nalurinya yang bernafsu membawa Auristella mengulurkan lidah.
Menjilat kepala milik Avnan, dengan sesekali memasukkan pada lubang kecil tempat cairan keluar. Kemudian jilatan Auristella turun, menelusuri sepanjang milik Avnan dengan mata terpejam, sampai pada dua buah zakarnya. Entah ajaran dari mana, Auristella mengulum buah zakar itu bergantian.
Dia bahkan belum memasukkan batang Avnan ke dalam mulutnya. Tapi sudah bermain di bawah sana dengan mendongakkan kepalanya. Menghisap dan menjilati sembari memejamkan mata. Auristella bisa merasakan, gairahnya semakin terbakar saat ini.
"Oouugghh, Sweety. Kamu sangat pintar. Aku tidak menyangka, kamu akan bermain di sana."
"Yah, Sweety. Seperti itu terus. Oouugghh, yah. Enak Sweety. Itu terasa nikmat sekali."
Avnan terus mendesah mendongakkan kepalanya. Dia memejamkan mata menikmati belaian lembut lidah Auristella. Tangan Avnan berada di kepala Auri, mengikuti setiap gerakan yang dilakukan. Dia merasa terbang melayang dibuat Auristella. Wanita itu sangat pintar membakar gejolak yang tidak sabar untuk segera menyatu.
"Eemmhh, oouuhh."
"Oouugghh, oohhh, yah. Terus, Sweety. Seperti itu. Aku suka lidahmu, Sweety."
Desahan antara Avnan dan Auristella terus bersahutan. Menikmati setiap sentuhan yang dilakukan satu sama lain. Auristella kini sudah berpindah pada batang besar milik Avnan. Mengulum sampai mulutnya terasa sangat penuh. Mengingat besarnya yang melebihi ukuran pada umumnya milik pria.
Auristella berusaha memasukkan seluruh milik Avnan sampai pangkal. Tapi terus gagal karena milik Avnan yang panjang melebihi perkiraannya. Baru setengah masuk ke dalam mulutnya, sudah mencapai tenggorokannya.
"Yah, Sweety. Lebih cepat Sweety."
"Bagus. Terus seperti itu. Bergeraklah lebih cepat lagi. Benar Sweety, tanganmu sangat pintar melakukannya."
Avnan membantu Auristella yang memaju mundurkan mulutnya dengan memegang kepalanya. Dia melakukan itu agar Auri lebih mudah bergerak. Avnan tahu, Auristella kewalahan menangani miliknya di dalam mulut wanita itu.
Tangan Auristella tidak tinggal diam. Mulutnya bekerja keluar masuk, sementara tangannya meremas dan menggoda dua buah zakar yang tadi tidak luput dari jilatan lidahnya.
"Cukup, Sweety. Aku tidak tahan lagi. Kalau kita melanjutkan terus seperti ini, aku akan mengeluarkannya sebelum kita bertempur."
Avnan menjauhkan Auristella dari miliknya. Dia membaringkan tubuhnya, dan mengukung di atas. Melebarkan kedua kakinya, sampai terlihat milik Auristella yang menggoda dan memanggilnya untuk segera di masuki. Tubuh Avnan berada di antara kedua paha Auristella yang melebar. Entah kenapa, tapi dia menginginkan posisi seperti ini untuk pertama kali. Sebelum nantinya, akan berubah posisi. Tangannya mengurut pelan miliknya. Perlahan tapi pasti, Avnan mulai mengarahkan miliknya untuk bersatu dengan Auristella.
"Avnan, pelan-pelan. Aku takut," gumam Auristella memperingatkan.
"Kamu tenang saja, Sweety. Tidak ada yang perlu kamu takuti. Ini kenikmatan yang akan membuat kita melayang."
Avnan mengatakan itu sembari terus mencoba memasukkan miliknya ke dalam sana. Dia tetap berada di atas tubuh Auristella dengan tangan kirinya yang menyangga tubuhnya sendiri. Avnan mengerutkan keningnya, sangat susah untuk bisa masuk ke dalam milik Auristella. Bahkan sesekali dia melihat, tampak wajah kesakitan dari sang wanita.
'kenapa susah sekali? Seharusnya ini akan sangat mudah. Bahkan milik Auri Kitty seakan memberontak untuk aku masuki.'
'kenapa dia seperti kesakitan? Apa mungkin di masih perawan? Jadi ini pengalaman pertamanya?'
'ah, tidak mungkin. Auri Kitty wanita dewasa dan wanita bebas. Dia pasti sering melakukannya bersama banyak pria sebelum ini. Mungkin hanya kebetulan saja sudah masuk.'
Avnan terus membatin sembari berusaha memasukkan dirinya ke dalam milik Auristella. Dia akan membuktikan sendiri, apa Auri Kitty masih perawan atau tidak. Dengan mereka yang bersatu, semua akan terlihat. Apakah Auristella benar kesakitan, atau hanya kebetulan saja.
Perlahan-lahan, dia bisa menembus pertahanan Auristella. Tapi milik Avnan belum sepenuhnya masuk. Masih kepalanya saja yang berada di dalam. Dia menghentikan gerakannya mendorong lebih masuk, karena melihat Auristella ynag semakin meringis sakit. Bahkan wanita itu mencengkeram kuat kedua lengannya yang sedang di pegang.
"Avnan, sakit," lirih Auristella.
"Sakit?" tanya dia memastikan.
Melihat anggukan kepala Auristella dan wajah sakitnya, Avnan semakin penasaran. Tidak mungkin dia mencabut dan menghentikan kegiatan ini. Tentu saja karena Avnan tidak mau dirugikan.
"Bertahanlah sebentar lagi. Ini tidak akan lama."
"Avnan, sakit." Hanya kata-kata itu yang mampu dikeluarkan Auristella. Desahan ynag sebelumnya mendominasi foreplay mereka, hilang entah ke mana.
'kenapa sempit sekali? Bahkan milikku tidak bisa bergerak di dalam sana. Dia dijepit dengan kuat oleh milik Auristella.'
'bagaimana bisa Auristella melakukan ini? Dia sangat pandai membuat sandiwara. Bahkan Auristella sampai mengeluarkan sekuat tenaganya untuk menjepit milikku. Ah, aku bangga dengan usahamu untuk memuaskan aku, Auri.'
Avnan bergumam sembari terus menggerakkan miliknya yang sulit untuk masuk lebih dalam. Dengan terpaksa, Avnan menarik sedikit keluar, namun tidak sepenuhnya. Agar bisa memberikan kekuatan lebih untuk masuk ke sana.
Saat Avnan berhasil mendong masuk, terasa sesuatu yang menghalanginya di dalam. Milik Avnan seperti menyentuh hal yang menjadi incarannya kepada setiap wanita. Avnan melihat pada Auristella yang semakin kesakitan. Sekarang dia tahu, apa alasan Auristella kesakitan. Dia masih merawan
Tidak tega dengan hal itu, Avnan menarik lagi sedikit ke belakang. Kemudian mendorong masuk dengan memberikan tenaganya sedikit lebih banyak, akhirnya Avnan bisa menerobos penghalang untuk membuatnya masuk lebih dalam. Avnan berhasil merobek selaput darah Auristella.
Tapi balasan yang dia terima adalah, gigitan Auristella pada bahunya, dan cakaran kedua tangan wanita itu di punggungnya. Auristella melakukan itu demi melampiaskan rasa sakit yang baru di rasakan. Pengaruh pertama bercinta yang pasti terasa sakit. Apalagi milik Avnan melebihi ukuran.
'kamu masih perawan.'
"Kamu perawan, Sweety. Kamu masih menjaga milikmu sampai di umur yang sudah sedewasa ini. Dan aku, telah mengambil sesuatu yang selama ini kamu jaga," gumam Avnan pelan.
"Ke mana saja kamu selama ini, Sweety? Kenapa aku baru menemukanmu sekarang? Bagaimana bisa kamu masih perawan di tengah kehidupan bebas yang kamu jalani? Ditambah lagi, pergaulanmu bersama mereka yang hobi menjelajah banyak pria."
Avnan memang memberikan banyak pertanyaan. Tapi dia tidak menuntut jawaban. Avnan hanya mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya. Tidak menyangka, wanita ini masih suci sampai bertemu dengannya.
Avnan membiarkan Auristella tenang. Dia tidak merasakan sakit dari gigitan maupun cakaran Auristella. Avnan hanya diam sembari memejamkan mata merasakan miliknya dijepit sangat kuat di dalam. Tapi bukan itu fokusnya sekarang. Namun lebih kepada kepuasan yang dia terima. Menjadi orang pertama untuk wanita yang menjadi incarannya.
"Masih sakit?" tanya Avnan dengan sangat lembut.
"Iya. Jangan bergerak, Avnan. Aku takut," rengek Auristella yang terdengar sangat menggemaskan di telinga Avnan.
"Ini sakit sekali. Kalau kamu bergerak, pasti akan lebih sakit lagi," lanjut Auristella sembari terus meneteskan air matanya. Dia menangis, bukan karena kehilangan keperawanannya. Tapi pada rasa sakit yang diterima miliknya di bawah sana. Miliknya terasa sangat penuh di isi oleh Avnan.
"Tenanglah, Sweety. Aku tidak akan membiarkanmu merasakan sakit ini terlalu lama," ucap Avnan menenangkan sembari mencium kedua mata Auristella yang masih mengeluarkan air.
"Jangan bergerak, Avnan. Aku takut akan lebih sakit dari ini," rengeknya manja. Auristella sesenggukan dengan takut Avnan akan melakukan yang lebih menyakitkan dari ini.
"Hei, Sweety. Percayalah padaku. Ini hanya sementara. Setelah sakit ini, kamu akan merasakan nikmatnya penyatuan. Wajar kamu merasa sakit. Karena kamu masih perawan. Dan baru saja, kamu kehilangan keperawananmu. Ini pengalaman pertama untukmu bercinta. Kita harus melakukan sesuatu yang berkesan."
Avnan terus memberikan sugesti dan kepercayaan pada Auristella. Tapi wanita itu, tetap menggelengkan kepalanya sembari terus menangis. Avnan jadi tidak tega melihatnya. Padahal dia sudah tidak sabar untuk bergerak di bawah. Tapi tiba-tiba dia takut akan membuat Auristella trauma jika dia bergerak kasar.
Pikirannya yang tadi ingin mencoba berbagai macam posisi dan gaya, hilang begitu saja. Bagi Avnan saat ini, dia harus memenangkan Auristella. Baru bisa melanjutkan rencana yang sudah tersusun rapi. Apalagi mengetahui Auristella belum pernah disentuh sebelumnya, membuat dia semakin bersemangat. Avnan akan memberikan kepuasan yang akan membuat wanita itu tidak akan pernah melupakannya.
"Aku akan memulainya, Sweety," ucap Avnan seraya memberitahu. Dia menarik sedikit miliknya, setelah merasa Auristella terbiasa dengan benda baru yang masuk ke dalam.
"Jangan, Avnan. Nanti lebih sakit dari ini," cegah Auristella.
Namun Avnan menggelengkan kepalanya sebagai pertanda, hal itu tidak akan terjadi. Justru sebaliknya, kenikmatan yang akan di dapatkan.
Avnan memajukan wajahnya mencium lembut bibir Auristella. Berusaha membuat wanitanya terbuai dan melupakan rasa sakit itu. Tidak lupa, tubuh Avnan sesekali bergerak pelan, untuk menciptakan kenyamanan dari penyatuan pertama mereka.
Auristella membalas ciuman lembut bibir Avnan. Cengkeraman yang dia berikan, perlahan mengendur dan beralih memeluk leher Avnan. Auristella memejamkan matanya. Dia terbuai dengan perlakuan lembut seperti ini. Rasa sakit di bawahnya seperti menghilang perlahan, akibat pengalihan yang pria itu lakukan.
*
note : maaf kalau setiap kejadian dalam satu malam bisa mencapai lebih dari tiga, atau empat bab. karena saya membuat seluruh adegan ini dengan detail.
saya membuatnya dengan sepenuh hati. maaf yang kurang berkenan pada adegan bercinta yang sangat detail ini. di tunggu kritik dan sarannya, kakak semua 🤗🤗❤️❤️